second lead || moody-an

2.3K 226 19
                                    

Senyum merekah Wonwoo membuat Mingyu menatapnya dengan heran, berbeda sekali dengan beberapa hari lalu yang Wonwoo langsung kabur setelah menyapanya. Kali ini, Wonwoo berdiri di hadapan Mingyu, masih dengan senyumannya. "Kamu kenapa?" Tanya Mingyu bingung.

Wonwoo menggelengkan kepalanya dengan senyuman itu juga. "Nggak papa mas.. Eh, pak.." Wonwoo kemudian sedikit membungkuk. "Duluan pak Hendra.." Serunya sembari melewati Mingyu.

"Emang udah gila." Lirih Mingyu sembari menggelengkan kepalanya, ia juga melanjutkan jalannya.

Wonwoo hanya sedang senang, setelah beberapa hari lalu mendapat nasihat dari Mingyu, ia semakin yakin untuk mengungkapkan perasaannya pada Junhui, dan hari ini adalah waktunya.

Ia memutuskannya kemarin malam sebelum tidur, membayangkan bagaimana jika ternyata Junhui juga menyimpan perasaan untuknya, ah, meskipun hanya sebuah angan-angan belaka, tapi itu membuat Wonwoo semakin bersemangat.

Jam masih menunjukkan pukul dua siang, ia tak sabar untuk menunggu kelas terakhirnya. Kini, dirinya sudah duduk di salah satu kursi dalam ruang kelas. Beberapa mahasiswa sudah memasuki ruangan.

Namun orang yang Wonwoo tunggu tak kunjung datang, bahkan sampai dosen masuk pun, Junhui tak ada. Biasanya Junhui akan duduk di sampingnya, tapi kali ini kursi di sampingnya di duduki oleh mahasiswa lain.

Ia tidak tahu kenapa Junhui tidak datang, padahal dua kelas sebelumnya Junhui datang dan terlihat baik-baik saja. Itu membuat Wonwoo khawatir, bahkan ia tidak bisa fokus untuk mendengarkan penjelasan dosen.

Empat SKS itu memakan waktu cukup lama, hampir empat jam Wonwoo duduk di kursinya sampai akhirnya ia bangkit dan keluar dari gedung utama. Melihat langit yang sudah mulai meredup.

Karena keputusan yang sudah ia buat, Wonwoo akhirnya melajukan motornya ke indekos Junhui, ia menghabiskan waktu hanya sekitar sepuluh menit sampai ia berhenti di depan indekos tersebut.

Ia berjalan masuk dan menaiki tangga sampai lantai tiga. Berjalan menuju indekos Junhui. Ia mengetuk pintu, tak ada respons. Lalu Wonwoo teringat dengan kunci cadangan yang Junhui berikan.

Karena terkadang, saat ia akan pergi ke indekos Junhui, Junhui sedang tidur dan ia akan susah di bangunkan. Lihat, sedekat itu memang Wonwoo dengan Junhui. Tidak hanya Irene yang mendapatkan kunci cadangan itu, tapi Wonwoo juga.

Ia meraihnya, kunci itu selalu berada di dalam tasnya. Lalu membuka kunci tersebut dan membuka pintu. Hatinya seperti tersengat listrik ribuan volt, tubuhnya serasa lemas dan ia mematung di ambang pintu.

Indekos Junhui itu seperti kamar hotel, jadi tempat tidur satu ruang dengan ruangan lain. Wonwoo menelan ludahnya kasar, saat kedua matanya melihat bagaimana persetubuhan Junhui dengan Irene, suara desahan Irene yang menyeruak masuk ke kedua telinganya. Bahkan keduanya tak sadar jika Wonwoo di sana.

Wonwoo langsung menutup kembali pintu tersebut setelah melangkah mundur. Tangan kanannya yang menggenggam ganggang pintu mengerat sampai urat tangannya terlihat dan merah.

Rahangnya mengeras dan ia melamun di sana selama beberapa saat, sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu, bahkan ia lupa untuk kembali mengambil kunci cadangan itu.

Ia berlari menuruni tangga hingga lantai pertama, keluar dari gedung tersebut dan bergegas ke arah tempat parkir. Ia berdiri di samping motornya.

Tangan kirinya terangkat untuk menghapus air matanya yang tiba-tiba turun. Saat ini adalah momen paling menyakitkan yang ia rasakan sejak menyukai Junhui.

Ia menaiki motornya dan mengendarainya ke arah rumah Mingyu, yang juga cukup dekat dari area kampus. Hanya butuh sekitar delapan menit hingga ia sampai di garasi rumah Mingyu.

second leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang