"Emhhh.." Wonwoo melenguh saat merasakan ciuman Mingyu yang semakin dalam. Kedua tangannya melingkar di leher Mingyu, meremas rambutnya dengan kuat.
Lalu ciuman Mingyu perlahan turun ke lehernya, menyesapnya, menjilatinya, menciuminya dengan lembut. Ia menggigit bibir bawahnya. "Aa-ahh.." Mencoba menahan desahannya tapi tak bisa.
Ia merasakan tangan Mingyu yang bergerak turun, mengusap kejantanannya, lalu dengan perlahan mengocoknya. Dan Mingyu kembali mencium bibirnya, mengobrak-abrik mulutnya.
Wonwoo semakin kalang kabut, tapi tunggu kenapa dirinya sudah telanjang? Kedua mata Wonwoo mengerjap dan terbangun dari tidurnya, ia terengah dan menyibak selimutnya. "Fuck." Umpat Wonwoo dengan lirih.
Ia bangkit, mengganti celananya dan mengganti seprei tempat tidur tersebut yang kelewat basah, ia keluar kamar membawa seprei dan celana juga baju kotornya yang lain ke tempat cuci.
Mencucinya jam 3 subuh. Astaga. Ia kembali ke kamarnya, duduk di lantai dengan bersandar di sisi tempat tidur. Ia meraih ponselnya. Menghela napasnya panjang dan meletakkannya di lantai sampingnya.
Wonwoo terdiam, ia tengah memikirkan apa yang ia impikan. Merasa frustrasi dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Kemarin malam, Mingyu hanya bilang akan mendekatinya dan mengecup bibirnya sangat singkat.
Hanya itu, tidak lebih, tapi malah dirinya memimpikan ia bersetubuh dengan Mingyu. Malah dirinya yang meminta lebih dari sekedar kecupan singkat.
Ia menggigit bibir bawahnya. "Apa gue suka sama mas Alvaro?" Lirihnya sembari memanyunkan bibirnya. "Terus kenapa mas Alvaro bilang suka sama gue? Karena apa?" Lirihnya lagi.
Ia mendongak dan menatap langit-langit kamar tersebut. "Boleh nggak sih mahasiswa sama dosen pacaran? Tapi kayaknya boleh sih.. Masa nggak boleh." Ia menerka.
Terdiam di sana dan naik ke tempat tidur, kembali membayangkan mimpi yang terlihat begitu jelas tadi. Ia tersenyum simpul dan membalik tubuhnya menjadi tengkurap. "Siapa sih yang nggak bakal suka sama mas Alvaro.." lirihnya.
Jemarinya bergerak mengusap bantal yang kepalanya tiduri. Ia terdiam, mencoba mencari tahu apakah dirinya benar suka dengan Mingyu atau tidak. Dari bagaimana ia bersikap pada Mingyu, bagaimana dirinya bisa terbuka dengan Mingyu, bagaimana dirinya bergantung pada Mingyu.
Wonwoo tersenyum simpul, ia menghela napasnya panjang. "Gue harap perasaan gue bukan cuma pelampiasan.. gue nggak mau nyakitin mas Alvaro.." Lirihnya lalu perlahan terlelap.
••••••
Wonwoo tahu jelas bagaimana perasaan orang ketika jatuh cinta, ia pernah mengalaminya. Tapi untuk sekarang, ia lebih mengalaminya, ia tahu bahwa dirinya menyukai Mingyu, dosennya sendiri. Tidak, tapi jatuh cinta, mencintai dosennya sendiri.
Ia tak akan pernah berbohong jika itu benar adanya karena Mingyu juga sudah mengatakan perasaannya terhadap Wonwoo. Yang menjadi beban pikirannya sekarang adalah dirinya sendiri.
Kenapa ia tidak bisa menatap Mingyu? Kenapa ia tidak bisa berbicara leluasa dengan Mingyu? Apa yang harus ia lakukan agar Mingyu tahu bahwa dirinya juga memiliki perasaan yang sama untuk Mingyu?
Wonwoo tidak tahu itu semua, ia lebih merasakan cinta yang entah seberapa besar dan dalam sekarang ini pada Mingyu. Bahkan untuk melihat wajah Mingyu saja sudah mampu membuat jantungnya akan melompat keluar.
Bagaimana jika ia berhadapan langsung dengan Mingyu? Akan mati tersenyum dirinya dan kupu-kupu langsung menerobos perutnya keluar berterbangan.
"..ka? Arka.." Wonwoo terperanjat saat mendengar panggilan tersebut, ia menoleh dan mendapati Hoshi yang mendudukkan dirinya di samping Wonwoo. "Lo ngelamunin apa sih?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
second lead
FanfictionMINWON • COMPLETED - dedicated to 'mas arka wonwoo' that have sad ending Local Fanfiction "Kamu tahu kan kalo lidah itu nggak bertulang?" "Tahu.." "Tapi bisa ngangkat pinggang kamu." "Huh?" • Dylan Wonwoo Arkana • Mingyu Alvaro Mahendra start :...