Kedua mata Wonwoo mengerjap kecil dan terbuka, membiaskan cahaya pagi yang memasuki kamarnya, jendelanya sudah dibuka. Ia menoleh dan tak ada Mingyu di sampingnya.
Lalu perlahan, senyum mengembang, ia mengulum bibirnya untuk menahannya. Wajah dan kedua telinganya memerah, ia menarik selimut dan menggigit ujung selimut tersebut, menggerakkan tubuhnya dan, "Shh akhh.." Ia meringis sakit saat merasakan pinggangnya yang remuk.
Semalam, terjadi pergumulan antara dirinya dan Mingyu, tiga ronde. Dan Wonwoo, ia sudah tidak perjaka lagi. Ia tak bisa menyembunyikan senyumannya, mengingat dengan jelas kejadian malam tadi.
Bagaimana dirinya dan Mingyu telanjang bulat, saling mencium, mendesah, menggeram, merasakan tubuhnya yang panas dan nikmat yang tak pernah ia dapatkan. Di dadanya dan beberapa tubuh lain juga terdapat tanda merah yang Mingyu buat.
Lalu.. Saat Mingyu memasukinya, pikirannya menghilang, ia tidak bisa mendeskripsikan bagaimana kenikmatan yang ia terima itu. Memang itu membuat tubuhnya sakit, apalagi bagian bawahnya. Tapi, Wonwoo tidak memikirkan rasa sakit itu, meskipun semalam ia menangis saat pertama kali Mingyu masuk.
Namun Mingyu menciumnya dengan lembut, mengusap wajahnya, memberikan afeksinya dan mengungkapkan kata cinta untuk dirinya. Itu membuat Wonwoo terlalu senang dan ia tidak tahu bagaimana cara mengekspresikannya.
Ia hanya bisa tersenyum dengan bibirnya yang semalam bengkak, dengan wajah dan kedua telinganya yang memerah. Meremas kuat selimut yang menutupi tubuhnya.
Bahkan Wonwoo ingat jelas, bahwa Mingyu menggendongnya keluar untuk ke kamar mandi dan membantunya untuk membersihkan diri. Ah, Wonwoo jadi ingin senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
Ceklek
Ia langsung menoleh ke arah pintu, melihat Mingyu yang masuk. Ia mengerjap sembari mengulum bibirnya. Malu.
Mingyu mendudukkan dirinya di sisi tempat tidur Wonwoo. "Saya kira kamu belum bangun.. Mau ngampus nggak?" Tanyanya.
Wonwoo terdiam sejenak, ia menatap Mingyu dengan lekat. "K-kalo enggak gimana mas?" Lirihnya. "Sakit.." Bibirnya mengerucut lucu.
Mingyu terkekeh dan mengangguk. "Iya nggak papa.." Tangannya terulur mengusap dahi Wonwoo, ia mendekat dan merendahkan tubuhnya. Mencium kening Wonwoo dengan lembut. "Saya mau berangkat, udah masak sarapan juga, nanti keluar dan makan ya.."
"Iya mas." Wonwoo tersenyum, menatap Mingyu yang bangkit dari duduknya. "Hati-hati.." Ucapnya dan Mingyu mengangguk untuk menanggapi.
Ia kemudian keluar dari kamar Wonwoo, menghela napasnya dan mencoba untuk menyembunyikan senyum kebahagiaannya. Sedari pagi tadi ia bangun, ia tidak bisa mengelak bahwa ia begitu bahagia.
Semalam, ia sempat ragu untuk melakukannya, tapi melihat tubuh dan tatapan Wonwoo, ia tak ada keraguan lagi. Menjamah tubuh yang lebih muda dan menikmatinya.
Mingyu tak pernah berpikir jika Wonwoo akan menyukainya, tapi, ternyata, semalam Wonwoo bahkan meminta ronde ketiga sebelum ia membantu Wonwoo untuk membersihkan diri.
Ia menyukai bagaimana Wonwoo yang berkeringat dan berantakan dibawahnya, bagaimana Wonwoo mendesahkan namanya, bagaimana Wonwoo kalang kabut karena ulahnya juga, bagaimana dirinya menciptakan tanda di beberapa bagian tubuh Wonwoo.
Ia tidak mengerti kenapa ia bisa sebahagia itu, mungkin, itu adalah pertanda bahwa ia benar-benar menyayangi Wonwoo, mencintai Wonwoo dan ia ingin, hubungannya dengan Wonwoo lancar.
Mingyu sampai di kampus, ia langsung berjalan ke arah ruang jurusan dan mendudukkan dirinya di kursi kerjanya. Ia terdiam sembari tersenyum tipis, lalu bangkit membawa buku ajarnya pergi ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
second lead
FanfictionMINWON • COMPLETED - dedicated to 'mas arka wonwoo' that have sad ending Local Fanfiction "Kamu tahu kan kalo lidah itu nggak bertulang?" "Tahu.." "Tapi bisa ngangkat pinggang kamu." "Huh?" • Dylan Wonwoo Arkana • Mingyu Alvaro Mahendra start :...