Kedua tangan Wonwoo mengacak rambutnya dengan frustrasi. Ini sudah jam sembilan pagi tapi ia tak mau keluar dari kamarnya. Hari ini hari minggu, tentu Mingyu tidak pergi ke kampus. Semalam juga ia tidur karena ketiduran, bukan memang niat tidur. Ia terus mengingat kejadian semalam.
Kepalanya itu mengingat bagaimana ia memuji Mingyu saat berada di club, keduanya beradu mulut di mobil, Mingyu yang mengangkat tubuhnya seperti karung beras, membawanya ke kamar mandi dan menyalakan shower.
Tapi yang dominan teringat di kepala Wonwoo adalah ia yang berciuman panas dengan Mingyu. Ia tidak bisa menyalahkan alkohol karena ia semalam sudah tersadar. Menyalahkan Mingyu? Tidak, Mingyu terlalu baik untuk disalahkan. Jadi, apakah dirinya yang salah?
Ia menendang-nendang selimutnya berkali-kali, menggigit ujung selimutnya dengan kuat. Lalu menyentuh bibirnya dan mengusapnya saat ia sudah anteng, terdiam.
Ia mengingat bagaimana tangan Mingyu mengusap pinggang juga lehernya, lalu menciumnya, mempermainkan lidahnya, bahkan mengulum daun telinganya.
Ia menelan ludahnya dengan kasar, entah kenapa ia merasa sesak dan basah di bawah sana. Ia menggigit bibir bawahnya, tangan kanannya turun memasuki celananya, menyentuh penisnya yang menegang. "Shh ahh.." Ia menggigit bibir bawahnya.
Wonwoo itu mengakui bahwa dirinya bukan orang yang polos, tapi masa ia menegang dan basah hanya mengingat kejadian semalam? Tapi memang begitu keadaannya. Ia tak bisa menahannya.
Kedua tangannya menurunkan celananya hingga lutut, keadaan kamarnya gelap, ia belum membuka tirai jendela. Ia mulai menggerakkan tangan kanannya, mengurut penis tegangnya sendiri.
Matanya terpejam, membayangkan kejadian semalam, ia menggigit bibir bawahnya. "Eunhhh.." Melenguh lirih, tangannya mulai mengocok penisnya. "Mhh mash Alva-ahh.." Lirihnya.
Dalam pikirannya itu, ia membayangkan Mingyu yang menyentuh dirinya, meraba sensual tubuhnya, memilin putingnya, menjilati dadanya, mengulum telinganya, mencium bibirnya, memainkan lidahnya.
Lalu fantasinya bertambah liar saat membayangkan Mingyu menghujam lubang analnya yang sekarang berkedut, gerakan tangannya bertambah cepat karena ia mendekati klimaksnya.
"Eumhh eumhh, anghh mashh..." Ia menutup mulutnya dengan tangan kirinya untuk meredam desahannya sendiri. Takut Mingyu akan mendengarnya dan beberapa saat kemudian ia keluar begitu saja.
Wonwoo menghela napasnya panjang, menikmati pelepasannya. Ia mengerjap dan membuka kedua matanya. "Sial.." Lirih Wonwoo, meruntuki dirinya sendiri yang menggunakan Mingyu untuk dijadikan fantasi liarnya.
Ia menoleh dan meraih tisu yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya, membersihkan cairan yang sedikit mengenai seprei dan di bagian kejantanannya. Ia menoleh ke arah pintu, berharap Mingyu tak akan mendengarnya.
Tapi sialnya, Mingyu mendengarnya, bahkan dirinya sekarang masih berdiri di depan pintu kamar Wonwoo. Ia datang untuk membangunkan Wonwoo, mengajaknya sarapan bersama dan mencoba untuk bersikap biasa saja.
Namun malah ia mendengar desahan Wonwoo, bahkan mendengar saat Wonwoo mendesahkan namanya. Ia tersenyum tipis dan berjalan menjauh dari kamar Wonwoo. Ternyata bukan hanya dirinya. Semalam, ia melakukan masturbasi di kamar mandi, dengan Wonwoo sebagai fantasinya.
Ia berdiri bersandar di counter dapur, tangan kiri memegang ponsel dan tangan kanan memegang cangkir kopi paginya. Lalu ia mendengar pintu kamar Wonwoo yang terbuka, ia mendongak.
Wonwoo membulatkan kedua matanya, ia menunduk dan menggigit bibir bawahnya. Menelan ludahnya dengan kasar, ia sangat gugup sekarang. Ia berjalan ke arah kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
second lead
FanfictionMINWON • COMPLETED - dedicated to 'mas arka wonwoo' that have sad ending Local Fanfiction "Kamu tahu kan kalo lidah itu nggak bertulang?" "Tahu.." "Tapi bisa ngangkat pinggang kamu." "Huh?" • Dylan Wonwoo Arkana • Mingyu Alvaro Mahendra start :...