Irene yang duduk di samping Junhui merasa terabaikan, sedari keduanya duduk di kursi kantin untuk makan siang, Junhui tak menganggapnya ada, bahkan ketika ia mengajak kekasihnya itu untuk berbincang pun, Junhui menjawab singkat tanpa menoleh.
Karena kedua mata Junhui sedang menatap Wonwoo, Seungcheol dan Jeonghan yang tertawa bersama di meja kantin tak jauh darinya. Ia menghela napasnya. Kenapa harus Wonwoo yang terlihat bahagia?
Padahal dirinya yang dilecehkan oleh Wonwoo, dirinya yang dibuat kesal dan marah oleh Wonwoo. Jadi, kenapa harus Wonwoo yang sekarang bisa tersenyum dan tertawa seperti tak ada yang terjadi. Seperti Wonwoo yang terlihat hanya mempermainkan dirinya.
"Kamu kenapa sih dari tadi liatin Wonwoo mulu?" Tanya Irene, ia juga sadar bahwa kekasihnya itu ada masalah dengan Wonwoo. Akhir-akhir ini ia tidak pernah melihat Junhui main dengan Wonwoo.
"Nggak papa." Jawab Junhui, ia lalu menunduk dan menghabiskan makan siangnya.
Irene menghela napasnya kesal, ia lalu bangkit dari duduknya, meninggalkan Junhui begitu saja di tempat tersebut. Junhui melihat kepergiannya, tapi ia enggan untuk mengejar kekasihnya itu. Malah kembali memperhatikan tiga temannya yang masih bercanda gurau.
"Udah cukup, perut gue sampe sakit gara-gara kamu Reza." Protes Jeonghan sembari mengusap perutnya sendiri. Wonwoo bercerita tentang kejadian di hari minggu, kemarin.
"Ya habisnya, si Joshua bikin ngakak, ya kali pak Hendra mau sama orang ganjen kaya dia." Balas Seungcheol, ia kemudian menoleh ke arah Wonwoo. "Mending lo panas-panasin aja Joshua, Ka.. Biar dia tambah kesel terus sadar diri." Lanjutnya.
"Ngapain gue manas-manasin dia, orang gue bukan apa-apanya pak Hendra, sekedar tinggal bareng."
"Iya, tapi kalo kaya gitu kan jadinya Pak Hendra nggak digangguin terus sama Joshua.." Timpal Jeonghan.
Wonwoo menatapnya lekat. "Iya sih.. Tapi, pak Hendra juga bertindak kok. Katanya Joshua bukan tipe uke buat dia."
"Hah?!"
Kedua mata Wonwoo membulat lebar, ia mengulum bibirnya. "M-Maksud gue, pak Hendra nggak suka cowok.. Jadi dia nyarinya cewek buat dinikahin." Balas Wonwoo.
Kedua mata Jeonghan dan Seungcheol menatap lekat Wonwoo yang terlihat kebingungan. "Lo bohong.. Pak Hendra sukanya sama cowok? Makanya dia belum nikah sampe sekarang?" Tanya Seungcheol dengan lirih dan sedikit memajukan tubuhnya.
"Enggak gitu Seungcheol, gue salah ngomong.." Balas Wonwoo, ia menelan ludahnya dengan kasar.
"Arka, lo nggak di apa-apain selama tinggal bareng dia kan?" Jeonghan.
"Okta! Enggak, jangan berpikiran kaya gitu.." Wonwoo menghela napasnya. Ia mengulum bibirnya sendiri, merasa bersalah dengan Mingyu karena telah mengatakan rahasia yang sifatnya sangat privasi itu.
"Jelasin ke kita, lo tinggal sama pak Hendra bukan karena lo jadi ukenya kan?" Kali ini Seungcheol yang bertanya.
Wonwoo menatapnya dengan tajam. "Ya enggak lah, kan gue udah jelasin sama kalian." Balas Wonwoo cukup kesal, entah pada dirinya sendiri atau pada kedua temannya.
Seungcheol menghela napasnya. "Gue sih nggak peduli kalo itu bener atau nggak, kalo lo gay atau enggak, yang penting jangan sampe lo bikin malu diri lo sendiri. Apalagi masih jarang yang tahu lo tinggal sama pak Hendra."
"Dan jika tersebar, bisa ancur reputasi lo, pak Hendra juga.." Jeonghan.
"Enggak.. Gue sama pak Hendra tuh nggak ada hubungan apa-apa, gue nganggap dia sebatas dosen dan abang, nggak lebih." Balas Wonwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
second lead
FanfictionMINWON • COMPLETED - dedicated to 'mas arka wonwoo' that have sad ending Local Fanfiction "Kamu tahu kan kalo lidah itu nggak bertulang?" "Tahu.." "Tapi bisa ngangkat pinggang kamu." "Huh?" • Dylan Wonwoo Arkana • Mingyu Alvaro Mahendra start :...