Sudah sepuluh menit lamanya Mingyu berdiri di depan kamar Wonwoo, ia masih mendengar isak tangis Wonwoo tapi Wonwoo tak kunjung membuka pintunya. "Arka, buka pintunya kalo nggak saya dobrak dan kamu suruh ganti." Ucap Mingyu dengan tegas.
Wonwoo yang mendengarnya pun menjadi takut, terkadang di kampus, Mingyu itu jarang sekali marah, tapi saat marah benar-benar menakutkan seperti singa.
Ia bangkit dari duduknya di lantai dan mendekat ke arah pintu, menghapus air matanya dan membuka pintu tersebut. Ia menunduk.
Mingyu mengernyitkan dahinya. "Itu kenapa bibir kamu kaya gitu?" Tanyanya dengan khawatir. Darah keluar dari ujung bibir Wonwoo juga bibir bawahnya. Ia menghela napasnya dan mendorong Wonwoo masuk mendudukkan dirinya di sisi tempat tidur.
Lalu ia keluar dan mengambil kotak P3K, kembali dan duduk di samping Wonwoo, ia membuka kotak obat tersebut. Ia menuangkan cairan alkohol di kapas dan menempelkannya dengan perlahan di kedua luka itu.
"Shh.. Perih mas.." Rengek Wonwoo sembari menahan tangan Mingyu.
Mingyu menghela napasnya. "Kalo nggak diobatin nanti infeksi, malah tambah sakit." Ucapnya, ia dengan perlahan membersihkan luka tersebut. Lalu mengoleskan obat salep di sana.
Kedua mata Mingyu tertuju pada leher Wonwoo, ia mengerjap dan tentu tahu, itu tanda apa. "Kamu di apain sama Juna?" Tanya Mingyu. Wonwoo menunduk, menggeleng untuk menanggapi. "Arka.." Tegas Mingyu.
"Hiks.. Juna.. Juna lecehin saya mas.." Ia mengerjap kecil dan mengeluarkan air matanya lagi.
"Kok bisa? Katanya dia nggak suka sama kamu."
Wonwoo menggelengkan kepalanya. "Enggak tahu.. Hiks.. dia bilang biar saya rasain apa yang dia rasain.. Hiks.."
"Tapi kamu cuma nyium dia, nggak sampe segininya.." Mingyu malah yang terlihat kelas, ia meraih tubuh Wonwoo dan menyandarkan kepalanya di dada samping. Ia mengusap lengan Wonwoo yang masih menangis.
Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar. "P-padahal saya tadi nggak ngapa-ngapain, pas udah selesai ngerjain, saya mau pulang.. Tapi tiba-tiba Juna marah.. Katanya saya buat dia nggak bisa tenang dan bikin hubungannya sama Erina renggang." Jelas Wonwoo.
"Alasan nggak jelas, orang kamu yang ditolak dan dikatain masa dia yang marah."
"Makanya.. Hiks.." Wonwoo melingkarkan kedua tangannya di pinggang Wonwoo memeluknya dengan erat, menenggelamkan wajahnya di dada Mingyu. "Besok nggak mau ngampus.." Lirihnya.
"Kamu harusnya malah ngampus.. Biar dia tahu kalo kamu lebih baik dari dia." Balas Mingyu dan membuat Wonwoo mendongak. Mingyu menangkup wajahnya dan menghapus air matanya. "Jadinya, biar dia tahu juga kalo kamu kuat, udah bisa lupain dia." Ucap Mingyu.
Wonwoo mengerucutkan bibirnya yang masih merasakan sakit, benar, ia tidak boleh terlihat lemah di depan Junhui. Ia lalu mengangguk untuk menanggapi Mingyu.
"Terus besok ngampusnya, leher kamu tutupin, atau mau kasih liat ke orang-orang?"
"Leher saya emang kenapa mas?" Tanya Wonwoo bingung dan menjauh dari Mingyu, ia memegangi lehernya sendiri.
"Coba ngaca." Ucap Mingyu.
Wonwoo berdiri dari duduknya, berjalan ke arah lemari dan kedua matanya langsung membulat saat melihat ada bercak merah di sana, meskipun tak terlalu kentara tapi tetap saja ada. "I-ini kenapa?" Lirih Wonwoo.
"Ya kerjaan Juna lah Arka.. Siapa lagi." Mingyu bangkit dari duduknya dan menarik Wonwoo, ia membaringkan tubuh Wonwoo dan menyelimutinya. "Sekarang tidur, besok kuliahnya make turtle neck." Ucap Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
second lead
FanfictionMINWON • COMPLETED - dedicated to 'mas arka wonwoo' that have sad ending Local Fanfiction "Kamu tahu kan kalo lidah itu nggak bertulang?" "Tahu.." "Tapi bisa ngangkat pinggang kamu." "Huh?" • Dylan Wonwoo Arkana • Mingyu Alvaro Mahendra start :...