second lead || percaya diri aja

2.2K 245 13
                                    

"Huwaaaaa.... Hiks.. Hiks.. K-katanya.. Katanya Juna nggak mau temenan sama saya lagi mas.. Hiks.. Katanya dia muak sama saya.." Wonwoo menatap Mingyu dengan kedua mata yang penuh dengan air mata. Wajahnya sudah kelewat basah seperti dibasuh dengan air.

Ia sudah bangkit duduk bersila menghadap Mingyu yang menatapnya sembari mencoba untuk menenangkannya dengan mengusap lengan kiri Wonwoo. "Emang tadi kamu bilangnya gimana hm?" Tanya Mingyu.

"Hiks.. S-saya bilang kalo saya suka sama dua.. Ta-tapi sebelum itu.. Saya.. Nyium Juna.." Nada bicara Wonwoo semakin melirih di akhir.

Mingyu menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ia menghela napas. "Pantes aja, harusnya kamu bilang dulu baru aksi.."

"Enggak tahuuu.. Hiks.." Wonwoo mengusap wajahnya yang basah.

"Terus sekarang mau gimana?" Tanya Mingyu.

Wonwoo mengerjap, ia menelan ludahnya dan menggeleng kecil untuk menanggapi. "S-soalnya.. Juna bilang, dia nggak suka cowok gay.. Nggak mau temenan lagi sama saya." Lirihnya sembari menunduk, bibirnya mengerucut.

Kedua mata karamel Mingyu menatap lekat dirinya, ia lalu mengusap wajah Wonwoo untuk menghapus air matanya yang masih saja mengalir. "Itu berarti, kamu harus move on.."

Mendengar kata tersebut, Wonwoo langsung mendongak, menatap Mingyu dengan lekat. "Move on?" Tanyanya dan Mingyu mengangguk. Wonwoo kemudian menunduk, menautkan kedua tangannya dengan jemarinya yang bergerak abstrak. "Nggak tahu.." Lirihnya.

"Butuh waktu Arka.. Nggak sekarang juga." Mingyu menghela napasnya. "Kamu udah makan?" Tanyanya.

Wonwoo menggeleng kecil untuk menanggapi. "Ya udah, saya pesen makan aja biar cepet. Sekarang kamu mandi, segerin pikiran kamu." Ucap Mingyu lalu berdiri dari duduknya.

Tangan kiri Wonwoo menahan tangan kanan Mingyu yang akan pergi keluar. Ia mendongak dan menatap Mingyu lekat. "M-makasih mas." Ucapnya dan Mingyu mengangguk kecil.

Wonwoo menghela napasnya, jika saja tidak ada Mingyu sekarang, mungkin ia akan menangis sendirian entah dimana, apalagi keluarganya berada jauh darinya.

Ia mengusap dadanya yang serasa sakit, menghembuskan napasnya panjang lalu turun dari tempat tidur dan berjalan mengambil pakaian ganti dan handuk.

Lalu ia keluar dan memasuki kamar mandi, membasuh wajahnya berkali-kali lalu membersihkan diri. Ketika ia sudah selesai dan keluar, ia mendapati Mingyu yang tengah menyiapkan makan di counter dapur.

Langkah kakinya berjalan mendekat, ia mendudukkan diri di kursi depan counter sembari menatap Mingyu dengan wajah murungnya.

Mingyu menoleh. "Gimana?" Tanyanya.

"Udah mendingan.." Lirih Wonwoo, lalu ia menerima sodoran piring yang berisi nasi goreng udang. "Makasih mas." Ucapnya dan Mingyu mengangguk.

Mingyu lalu menarik kursi dan mendudukkan dirinya di seberang Wonwoo. "Makan habis itu istirahat. Jangan dipikirin terus, nantinya jadi beban." Ucapnya.

Kepala Wonwoo mengangguk kecil, ia mulai memakan nasi goreng yang Mingyu pesan tadi. Begitu juga dengan Mingyu.

Hanya suara dentingan sendok dan piring yang terdengar di sana, keduanya begitu fokus pada makan malamnya, lebih tepatnya Mingyu.

Wonwoo sendiri mengingat kejadian bagaimana ia sungguh merasa sakit hati saat Junhui bilang bahwa ia tak mau berteman lagi dengan Wonwoo karena Wonwoo penyuka sesama jenis.

Jika saja Junhui menolak dengan cara halus, tidak seperti tadi, mungkin dirinya tak akan merasa sesakit itu. Tapi bagaimana perlakuan juga tatapan Junhui yang menganggapnya menjijikan, membuat Wonwoo sadar, bahwa ia tak akan pernah mendapatkan Junhui.

second leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang