3. Ulang Tahun Sekolah

116 12 2
                                    

Hari itu matahari cukup terik untuk memberikan cahayanya yang terang dan udara yang dibuatnya menghangat pada hari Rabu, hari yang spesial untuk sekolah barunya ini. Ishak turun dari mobil, berpamitan pada Ayah lantas berjalan dengan santai memasuki koridor yang dipenuh siswa-siswa yang asik menghias stan mereka untuk festival sekolah hari ini, begitu pula suara Hendri yang berisik dengan membawa sebuah galon membuat atensi cowok bermata runcing seperti rubah itu menoleh. Ishak tersenyum tipis, berlari kecil mendatangi Hendri lalu membantu cowok itu mengangkat sebagian dari galon berisi air untuk stan minuman mereka di dekat ruang gym sekolah.

"Lo udah bawa minuman yang kurang?" tanya Hendri memastikan, selagi mereka menurunkan galon itu dengan hati-hati di samping galon lain yang telah dibawa oleh teman mereka sebelumnya.

Ishak mengangguk, mengeluarkan serenceng nutrisari rasa jeruk nipis dan memberikannya pada Lina, si sektretaris yang sedang menyiapkan dagangan mereka untuk festival hari ini. "Ilham sama Bobi mana?" Ishak melirik beberapa anggota kelasnya yang tengah menyiapkan dagangan lain, seperti sosis dan roti untuk hot dog, begitu pula beberapa bungkus cireng tinggal goreng.

"Ilham lagi ngambil kompor dari mobilnya Tari, sedangkan Bobi kalo gak salah lagi kumpul sama anggota basket. Tadi Abang lo yang nyamper ke sini buat manggil dia."

"Bang Her?" Ishak memastikan dan dijawab dengan santai oleh Hendri. "Oh," cowok itu lantas pamit untuk meletakkan ranselnya di kelas, mulai menaiki tangga gedung C dan tak sengaja bertemu Kak Jihan bersama kekasihnya, Sam, dimana dua orang itu mengulas senyum lebar. Serasi sekali.

"Baru mau naro tas?" Jihan memastikan Adiknya itu.

Ishak mengangguk. "Aku ke kelas dulu, ya, Kak Ji."

"Iyaa. Nanti mampir ke stan ramalan kelas Kakak, ya, Dek."

"Oke."

Setelah memberikan tanda jempol, Ishak kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga sampai di lantai 3. Lantas dirinya berjalan ke arah gedung B, tepatnya di bagian tengah letak kelasnya berada. Cowok itu masuk, yang ternyata ada Rinai yang sedang mengikat rambutnya. Ishak cukup ragu untuk masuk, namun dia berpikir kenapa pula dia harus takut bertemu Rinai yang jelas hanya seorang perempuan bermulut besar, suka bertingkah seenaknya, dan kadang tak dianggap oleh teman sekelas akibat tidak mau memiliki urusan dengan perempuan itu. Cowok bermata seperti rumah dengan wajah yang tegas itu pun masuk dengan santai, meletakkan ranselnya lalu mengambil dompet beserta power bank untuk dimasukkan ke saku celana, sebelum dia berniat keluar tetapi suara perempuan yang tak pernah berbicara dengannya itu menyita atensi Ishak.

"Apa?"

Rinai sudah memasukkan dompetnya ke saku baju, menjawab. "Bareng, bocah," gadis itu sedikit mengejek, berjalan mendahului Ishak dan cowok itu mengikuti Rinai bagai anak itik yang mengikuti induknya namun dengan sedikit takut. Gadis berambut sebahu itu menghentikan langkah, melirik cowok di belakangnya dengan jengkel. "Lo pikir gue bos lo? Sini bareng, elah," Rinai menarik Ishak untuk berdiri di sampingnya, sebelum gadis itu kembali berjalan dengan Ishak yang mulai menyamakan langkahnya dengan Rinai—meskipun dia masih tidak paham mengapa perempuan itu bisa tiba-tiba baik padanya.

Mereka sudah sampai di lantai 2 gedung C sampai Ishak mendengar suara tiga orang cowok yang tidak asing, membuat cowok itu mempercepat langkahnya namun tangan Rinai lebih dulu menangkan bahu Ishak, merangkul cowok itu dengan akrab. "Halo, Kakak-kakak," suara Rinai yang terdengar santai menyapa tiga seniornya, pun membuat Ishak lamat-lamat menelan salivanya. Ia cukup syok menemukan Heri yang mendelik tak suka, sedangkan dua temannya yang ia kenal bersama Felix dan Zidan tampak tersenyum tipis.

I Know It's HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang