Kegiatan ngopi bareng anggota basket ternyata tidak cukup buruk untuk Januhari yang akhir-akhir ini selalu merasa bahwa hidupnya mulai memuakan. Cowok itu duduk di samping Rido yang langsung mendorong kopi capucino yang dia pesan melalui grup basket. Dia melirik saat beberapa anggota menyapa, matanya agak menyipit sewaktu melihat salah satu junior basketnya yang tidak lain adalah Bobi, sahabat Adiknya, tengah menelepon lantas sambungan pun terputus.
"Oh, halo Bang Her. Baru dateng?" Bobi menyapa dengan basa-basi.
Heri tersenyum tipis. "Telepon siapa? Pacar?"
Belum sempat Bobi menjawab, Acel menyapa. "Bang, si Bobi mana punya pacar! Rinai aja nolak dia."
"Lo dapet kabar dari mana anjir? Asem bener," Bobi cemberut sambil menatap temannya dengan jengkel. Dia gak habis pikir berita itu kesebar dengan kesalahpahaman yang sangat mengganggunya. "Itu tuh, bukan nembak. Tapi—AW AW SAKITT!"
"Jir, langsung dateng mantan gebetannya."
"BUKAN!"
Dua orang itu menjawab bersamaan dan Heri memperhatikan percakapan mereka sebelum dia kembali mendengarkan candaan Rido dan anggota kelas 12 lainnya. Awalnya mereka berbicara soal ketua basket periode selanjutnya sebelum berlanjut ke obrolan lain.
"Eh, lo sendiri lebih pengen ketua selanjutnya si Bobi atau Anto?"
Heri kali ini menoleh saat Geri bertanya, melupakan obrolan sebelumnya tentang cewek yang baru saja datang—sebuah obrolan yang selalu Heri hindari karena teringat Erina kalo ngomel semisal Heri kedapatan membicarakan perempuan lain. Tapi lupakan itu, mari Heri jawab pertanyaan dari Geri terlebih dahulu.
"Kalo dari kemampuan, jelas Bobi lebih pantes. Tapi," dia melirik ke arah dimana Bobi sudah menjauh dengan Rinai di meja lain dan keduanya terlibat percakapan yang tidak terdengar, sebelum matanya melirik ke arah Anto yang tenang di kursinya sambil mendengarkan anggota lain berbicara. "Sikapnya jelas lebih dewasa Anto."
"Kan," salah seorang langsung duduk di samping Heri, merebut minuman milik Dial lantas menyahut. "Gue juga setuju sama Ketua," dia tersenyum lebar, menatap Heri seakan mereka adalah dua orang yang selalu akrab. Padahal kenyataannya, keduanya jelas selalu berbeda pendapat.
Apalagi semenjak kekalahan Reynald tahun lalu sewaktu pemilihan Ketua basket dan Januhari pemenang unggul baik itu dari sisi voting hingga pertandingan one by one. Keduanya jelas memiliki rasa saling bersaing antara satu sama lain sejak kelas 10. Makanya melihat Reynald yang bersahabat dengannya malam ini, rasanya aneh.
"Gabungin aja, jadi kombo," kata Dial, merebut minumannya kembali.
Heri hanya mengangguk setuju, tidak lagi berbicara karena ponselnya bergetar.
Jihan
Lo ke kafe mana?
Ishak tadi keluar jga, katanya mo ngopi
Belum sempat Heri menjawab, bunyi pintu kafe dibuka terdengar dan dia langsung menoleh saat mendengar suara yang tidak asing. Di sana ada Ishak dan tiga sahabatnya, disambut oleh Bobi dan Rinai. Kumpulan orang itu berjalan ke kursi tempat Bobi dan Rinai sebelumnya duduk.
Heri mencoba untuk acuh, tetapi Reynald tampaknya menemukan kesempatan untuk mengganggu lelaki di sampingnya itu.
"Eits, Adek lo tuh," katanya dengan tawa terdengar bersama beberapa anggota lain—kecuali Dial dan Geri yang langsung menatap teman seperjuangannya selama kelas 10 itu dengan khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Know It's Hurt
Novela JuvenilBrothership series 3# Hyunjeong ft Yeji Ketika Ibu meninggal, Ishak pikir dunianya telah berakhir. Tetapi kemudian Paman membawanya pada satu rumah asing, dan mempertemukannya dengan pria yang disebut sebagai Ayahnya yang dulu Ibu mengatakan bahwa A...