Sepulang sekolah di hari Senin, kegiatan Ishak tidak langsung menunggu angkutan umum untuk pulang ke rumah. Cowok itu akan pergi ke ruangan ekskul publikasi dan mading untuk mulai kegiatan produktif sebagai fotografer untuk dipublikasi di majalah sekolah maupun mading. Hari ini rencana dari ketua ekskulnya, Bang Fadli, bilang bahwa mereka akan mewawancarai anggota paskibra yang habis menang dalam lomba paskib. Wawancara anggota band yang sedang persiapan untuk ikut dalam lomba di akhir semester.
Tidak lupa mewawancarai dua anggota ekskul dance modern yakni Kak Jiji, alias Kakaknya Ishak yang paling cantik, sebagai salah satu ace dalam ekskul tersebut. Wawancara untuk Jihan lebih kepada tentang siswi prestasi yang telah memenangkan banyak sekali kompetisi di bidang non-akademik, salah satunya adalah dance modern.
Serta Ishak yang akan menjadi fotografer bersam Kak Salsa, teman Kak Jiji, yang akan menjadi pewawancara. Iya, perempuan manis itu merupakan seniornya dalam ekskul satu ini.
"Sak, kamera batrenya aman, kan?" Salsa lagi-lagi bertanya memastikan selagi dirinya menyiapkan naskah serta Rei yang bertugas sebagai sutradara untuk syuting kali ini. Mereka juga mempunyai akun metube setidaknya 1 tahun lalu saat Kak Gema yang menjabat dan mengusulkan untuk membuat akun metube khusus majalah SMA Bina Nusantara.
Memulai tantangan baru yang ternyata menjadi batu loncatan untuk perkembangan majalah dan mading mereka.
Ishak mengangguk lagi. "Iya, Kak. Kamera buat foto dan buat video udah aman."
"Sip."
Cowok itu tersenyum kecil sebelum berdiri untuk meregangkan pergelangan tangannya. Lantas menerima tepukan ringan yang membuat remaja itu menoleh. Dia menemukan Jihan yang tersenyum lebar bersama Erina yang melambai di sampingnya. Menyapa Ishak akrab.
"Kamu pas pegang kamera, jadi makin mirip Abang kamu, deh," ucap perempuan berkulit putih sedikit pucat itu pada Ishak yang langsung tersenyum malu.
Dia suka sekali dengan Erina. Perempuan ini sangat baik padanya dan selalu menganggap Ishak sebagai Adiknya sendiri.
Kenapa Kak Heri tidak bisa—oh, ayolah Ishak!
"Maka—"
"Enak, aja! Ishak itu mirip sama gue," Jihan langsung menggerutu sebelum mencubit kedua pipi cowok di depannya dengan gemas. "Duh, Adik siapa sih ini gemes banget."
"Kak," cowok itu sedikit merajuk. Apalagi semua siswa di dalam tribun langsung menatap Ishak layaknya bayi yang sedang dimanjakan oleh Kakaknya.
Jihan tertawa kecil. "Kamu fotonya yang bagus, ya. Kalo bisa angel-nya tuh, bikin aku keliatan kurus. Pipi ku gemukan, Sak."
Ishak mengangguk sambil berpikir keras. Dari mana letak kegemukan Kakaknya ini?
Setelah itu, wawancara pun dimulai dengan begitu lancar. Baik Jihan maupun rekannya yang bernama Demas, tampak menjawab pertanyaan dari Salsa dengan sangat baik. Kak Rei yang bertugas sutradara sekaligus mengawasi kamera untuk video berjalan sangat baik, untuk syuting kali ini tidak banyak berkomentar menyuruh berhenti. Mungkin karena Jihan dan Demas yangjawabannya begitu lugas atau karena performa mereka kali ini cukup bagus.
Entah yang mana, setidaknya kegiatan Ishak sore itu berlangsung sangat cepat. Cowok itu kembali ke ruangan ekskul pukul 4 lebih 10 menit. Dia berniat mengedit foto sekaligus di ruang ekskul selagi menunggu seluruh tim yang ditugaskan untuk wawancara kembali ke ruangan. Sesekali dia diminta bantuan oleh tim yang bertugas menyusun mading buat minggu ini untuk mengedit beberapa bagian foto sekaligus klip tulisan yang akan ditempel di mading.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Know It's Hurt
Teen FictionBrothership series 3# Hyunjeong ft Yeji Ketika Ibu meninggal, Ishak pikir dunianya telah berakhir. Tetapi kemudian Paman membawanya pada satu rumah asing, dan mempertemukannya dengan pria yang disebut sebagai Ayahnya yang dulu Ibu mengatakan bahwa A...