Liburan itu benar-benar terjadi padahal Heri sudah berdoa pada Tuhan untuk didatangkan hujan dengan banjir yang mencapai atap rumah sekalian. Tapi sekarang, dengan wajah suntuk, cowok itu duduk di samping Ayah yang mengemudi. Di belakangnya ada Jihan yang sedang menelepon Samudera, serta Ishak yang tengah memperhatikan pemandangan Ibukota yang membosankan. Sungguh, liburan keluarga yang tidak menyenangkan untuk beberapa hal. Termasuk adanya lelaki berumur 16 tahun itu.
Heri lagi-lagi mendengkus, untuk kelima kalinya di dalam mobil.
Ayah melirik. "Minum, Her. Atau mampir beli makanan? Kamu kan tadi gak sempet sarapan."
"Nggak usah," cowok itu membalas dengan ketus, mengabaikan tatapan tajam Jihan padanya.
"Heri perutnya sempit, Yah. Makan roti sehelai aja udah kenyang."
"Diem lo, gendut!"
"Enak aja!"
"Hush," Ayah memperingati keduanya untuk tidak bertengkar, lalu melirik Ishak yang sejak tadi diam.
"Kemarin gimana selama di rumah Om Aji, Sak? Ayah lupa nanya kabar Om kamu itu. Sehat, kan, ya?"
Remaja bermata kecil seperti rubah itu mengangguk. "Sehat, Yah."
Pria paro baya itu tersenyum tipis. "Kapan, kapan, ajak Om Aji makan di rumah kita, Sak. Udah lama gak kumpul, kan?"
Heri mendengarkan dengan wajah semakin suntuk. Rasanya cowok itu selalu marah dan marah jika itu menyangkut Ishak dengan keluarganya, atau gimana remaja itu yang tampak disayang oleh Ayah lebih dari apapun. Meskipun sekali lagi dia tahu bahwa Ishak hanyalah anak kecil yang gak tahu apa, apa. Tetap saja Januhari merasa jengkel.
Dia marah.
Kenapa dia harus memiliki seorang Adik dari luar pernikahan suci orangtuanya? Kenapa harus dia yang tahu tentang itu dari awal?
Dari sebelum Jihan tau tentang keberadaan Ishak. Awal dari Ibu yang mulai lebih sering diam sehabis pulang kantor, Ibu yang selalu memaksakan senyum saat berbicara dengan Ayahnya, Ibu yang semakin hari semakin kurus.
Ibu yang akhirnya meninggal.
Perjalan itu memakan waktu satu setengah jam, Heri yang tidak sadar tertidur pun dibangunkan Ayah. Dia melihat villa dengan taman yang cukup asri dan bertemu dengan dua penjaga yang langsung mengenali Heri serta Jihan. Tersenyum ramah.
"Udah lama gak liat Heri sama Jihan," ucap Pak Radi, sebelum melirik ke belakang Jihan. Ada Ishak yang bersembunyi, merasa asing.
"Ini ... Ishak, ya?"
Pak Radi sudah kenal ternyata. Heri bergumam, agak jengkel karena Pak Radi dan Bu Nur sangat ramah menyambut Adiknya itu. Ia berjalan lebih dulu, mulai mengamati villa keluarganya yang menyimpan banyak kenangan indah jika Ayah dan Ibu mengambil cuti dari kantor masing-masing. Karena sejak kecil, Heri dan Jihan sering ditinggal dinas oleh Ayah maupun Ibu, membuat keduanya menjadi mandiri meskipun kenyataannya baik Heri dan Jihan tetap kesepian.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi kesepian mereka. Kedua orangtuanya selalu memiliki jadwal cuti tiap semester hanya untuk membawa dua anak-nya ke villa ini.
Villa yang dibeli Ayah sebagai hadiah pernikahannya untuk Ibu. Meskipun pada akhirnya Heri tahu bahwa villa ini bagian dari permintaan Ayah pada Ibu yang saat itu sudah tahu mengenai Ishak dan perselingkuhan Ayahnya sewaktu Heri dan Jihan masih belum genap 1 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Know It's Hurt
Teen FictionBrothership series 3# Hyunjeong ft Yeji Ketika Ibu meninggal, Ishak pikir dunianya telah berakhir. Tetapi kemudian Paman membawanya pada satu rumah asing, dan mempertemukannya dengan pria yang disebut sebagai Ayahnya yang dulu Ibu mengatakan bahwa A...