20. Ishak si Cowok Berantakan

65 15 2
                                    

SMP Negeri 1 berubah berantakan saat salah seorang siswa menyebabkan pertengkaran hebat dalam ruang kelas di tengah acara sekolah paling spesial. Mereka mengadakan bazar bagi tiap kelas untuk menjual berbagai macam makanan, minuman, atau karya seni seperti lukisan, mainan, dan lain-lain. Akan tetapi, siang itu acara kacau karena pertengkaran dua orang murid laki-laki dari kelas 8B.

Cowok itu salah satunya adalah Ishak, menatap bengis lawan di depannya yang sudah babak belur. Dia menggeram. "Apa maksud kau, bangsat!"

"Hah," cowok di bawahnya, Raihan, tertawa geli. "Ibuku bilang, Mama kamu itu pelacur! Makanya dipecat dari pegawai negeri—"

Bugh!

Sekali lagi Ishak tidak dapat menahan amarahnya. Dia selalu seperti ini. Mudah sekali memukul siapa saja tanpa memandang bulu. Baginya, menghina sang Ibu sama saja cari mati. Ishak bahkan pernah mendorong seorang perempuan hingga dirinya diskors selama 1 minggu.

Meskipun terkenal berantakan, sejatinya Ishak hanyalah laki-laki yang mudah menangis. Dia akan menangis dengan getir sambil menatap tangan yang sudah menyakiti banyak teman-temannya.

Atau ... apa Ishak masih bisa menyebut mereka sebagai temannya?

"Ishak, Raihan. Ikut saya ke ruang guru!"

Lagi-lagi Ishak akan membuat panggilan dari sekolah menghampiri Ibunya yang sudah lelah berkutat di dapur sehabis membantu Om Aji di ladang sawah yang hanya setengah meter itu. Harusnya Ishak lebih menahan diri dari amarahnya yang meledak-ledak. Namun ... bagaimana caranya?

"Maaf," cicit cowok itu saat keluar dari ruang guru dengan surat peringatan dan tertera hukuman apa yang diterima Ishak kali ini. Hanya membantu OB sekolah untuk memberikan lapangan setiap pagi dan sore hari. Untungnya bukan toilet sekolah yang bau. Seru Ishak dalam hati.
Ibu hanya tersenyum. "Waktu Om kamu masih umur segini, juga sering bikin almarhumah Nenek ke sekolah. Jadi, kamu gak usah merasa bersalah, Sak," kata wanita itu, merangkul anaknya dengan lembut. "Cuman ... besok, jangan ikuti amarah kamu, ya? Jangan semua hal kamu balas dengan tangan kamu. Kasian, lho, tangannya."

"Bukan cowok itu yang dikasihanin?" Ishak malah bertanya polos, yang membuat Ibu tertawa.

"Ya, ngapain. Kan dia juga salah."

Begitulah Ibu menanggapi segala kekacauan Ishak dengan senyum yang selalu membuat cowok itu takut. Apa benar Ibu baik-baik saja setelah mendengar alasan Ishak memukuli Raihan hingga babak belur? Apa benar bahwa hanya tangannya yang patut dikasihani?

Namun sepertinya, jawaban atas pertanyaan itu telah Ishak dapatkan selepas kematian sang Ibu. Bahwa yang patut dikasihani bukan wanita itu, tapi dirinya sendiri.

***

"Emang gak boleh gue ke sini? Orang tempat umum."

Ucapan Ishak yang acuh dan sengak itu membuat Heri bergeming sesaat. Dia tidak tahu bahwa Ishak kembali menunjukkan dirinya yang tidak punya ketakutan di hadapannya. Cowok itu dapat melihat bagaimana remaja laki-laki di depannya ini tampak ingin marah.

Memangnya cowok ini boleh marah? Apa yang membuat Ishak marah padanya? Semua kesalahan ... letaknya ada pada diri Ishak. Bukan Januhari.

"Ck, anak gak tahu diri kayak lo mau lawan gue?" ia membalas, membuat Ishak semakin tersinggung.

Cowok itu semakin menatap Abangnya penuh nyali. "Kenapa? Baru tau kalo gue bisa lawan lo, Bang?"

"Guys, come on. Ini banyak orang.." cicit Dial, berusaha menarik Heri untuk tidak membuat kekacauan di tengah taman yang ramai. Apalagi beberapa dari mereka ada yang melirik ke arah mereka. Membuat Bobi yang juga mulai khawatir dengan sahabatnya pun, ikut menarik Ishak biar menjauh dan lebih tenang.

I Know It's HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang