Ishak sampai di kelas dengan tubuh kelelahan. Mungkin karena dirinya bukan tipe orang yang sibuk dipagi hari, sedangkan di Senin pagi saja dia sudah seradak seruduk mencari baterai kamera sampai menyiapkan syuting lanjutan di kelas 12 IPA 1. Kegiatan yang tidak pernah dia bayangkan sebagai remaja introvert yang akan cepat lelah habis banyak interaksi dengan orang.
Dia mendesah panjang, merasakan dingin di pipinya dan membuat cowok itu menoleh.
Ternyata Rinai.
"Minum," ucap gadis itu, menarik kursi di hadapan Ishak dengan bibir cemberut. "Gue liat, liat. Hubungan lo sama Abang lo pagi ini keliatan ... baik?"
Ishak tersenyum kecut. "Karena syuting, dia jadi baik."
"Justru itu poinnya, baik dari kebiasaan berbohong," kata gadis itu lagi, kemudian dia yang kini tersenyum kecut. "Bang Jaka ngajak lo main ke rumah, katanya dia mau traktir lo makan lagi," ucap cewek itu. "Sak, Abang gue beneran berhati batu kali, ya? Dia udah gue kata, katain. Dia udah gue omelin buat jangan terlalu baik sama gue karena gue gak pantes untuk itu, dia ... kayak lo!"
"Apaan nih?" Ilham baru saja sampai, duduk di kursi yang tepat di samping Ishak. Lalu Bobi menyusul dengan Henderi yang kembali mengintili seperti anak itik.
"Jahat lo, Nai! Ninggalin gue sendirian di kelas. Ajak kek!"
"Ogah."
Bobi tertawa. "Kalian berdua ngomongin apa?"
Rinai berdiri dari kursinya, karena selain itu adalah kursi Bobi, dia juga tidak pernah cerita soal kisahnya dengan tiga cowok ini. "Bukan apa, apa."
"Cih, gak asik," sungut Bobi lalu melirik Ishak. "Eh, gimana tadi syuting?"
Ishak memasukkan ponselnya ke dalam ransel dan menjawab. "Biasa aja."
"Ah, masa?" Henderi mencoba bergurau, tetapi Ishak tidak merasa terhibur. Justru cowok itu malah murung.
"Bang Heri ... kayaknya cocok jadi aktor, deh."
"Penipu, ya?" balas Ilham, menjawab kalimat Ishak yang ambigu.
Henderi langsung murung, merasa bersalah. "Gue salah ngomong lagi, ya?"
Rinai meliriknya. "IYE!"
"Dih, kok lo yang sewot?"
Bobi yang kini berbicara. "Emang, intronya kayak gimana? Maksud gue, awalan syutingnya itu lho. Kayak youtuber gitu, gitu, Sak."
Cowok itu tersenyum tipis. "Kalian nonton aja deh, Sabtu. Pas videonya rilis."
Dia tidak bisa menjawabnya.
***
Istirahat pertama memang cukup menyenangkan karena Heri makan bersama Erina seperti biasanya, duduk di kursi favorit mereka berdua dengan menu andalan masing-masing. Namun yang membedakan kegiatan istirahatnya hari ini dengan kemarin adalah, bahwa mungkin ada satu cameramen tengik yang ikut serta meskipun jelas dia tidak makan. Heri tampak tenang mulai menyuap baksonya ke mulut, tapi Erina terlihat khawatir.
"Kamu gak ikut makan, Sak? Itu kameranya biarin aja berdiri, sih. Gak bakal keganggu juga, kan?"
Heri melirik gadis itu, sebelum matanya menatap Ishak demi menunggu jawaban Adik tengiknya itu.
Ishak tersenyum tanggung. "Gak apa, Kak. Ini shootnya cuman butuh 5 sampai 10 menit, abis itu aku meja sana," cowok itu menunjuk keempat teman-nya yang melambai sewaktu Ishak menunjuk mereka. Nampaknya mereka juga penasaran bagaimana interaksi Ishak selama menjadi kameramen untuk kegiatan Heri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Know It's Hurt
Novela JuvenilBrothership series 3# Hyunjeong ft Yeji Ketika Ibu meninggal, Ishak pikir dunianya telah berakhir. Tetapi kemudian Paman membawanya pada satu rumah asing, dan mempertemukannya dengan pria yang disebut sebagai Ayahnya yang dulu Ibu mengatakan bahwa A...