tarte aux chocolat.

1.1K 117 52
                                    

Tarte aux chocolat is a flaky, buttery tart shell filled with a creamy, rich chocolate ganache.

Tarte aux chocolat is a flaky, buttery tart shell filled with a creamy, rich chocolate ganache

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

It's not the person refusing to let go of the past, but the past to let go off the person. When we feel weak, we drop our head on the shoulders of others.

-HealthyPlace-

Air POV

Satu berita itu datang tiba-tiba, bagaikan hujan di musim panas.

Saat itu tengah malam ketika Kak Awan mengalami kecelakaan, mobilnya ditabrak oleh truk karena sopir mengantuk. Dia sempat terperangkap di belakang kemudi selama beberapa jam, sebelum akhirnya berhasil dikeluarkan dari dalam mobil oleh bantuan polisi. Tabrakan itu menyebabkan pembengkakan pada tulang belakang yang membuat kedua kakinya lumpuh, entah permanen atau tidak.

Kecelakaan Kak Awan bagaikan satu manik dalam rangkaian ketidakberuntungan keluarga kami. Entah sampai kapan kami harus mengalami semua kesulitan, entah sampai kapan kami harus mencoba berdiri tegak dari semua angin yang datang menerpa, entah sampai kapan kami harus terus tersenyum di tengah gempuran kesedihan.

Tentu saja Ibu menjadi malaikat dalam keluarga, lagi-lagi Ibu yang merekatkan keluarga yang hampir pecah karena kepingan nasib buruk. Ibu, yang selalu tegar dalam menghadapi semua permasalahan. Ibu, yang selalu mengatakan kalau selalu ada makna di balik semua peristiwa. Ibu, yang selalu yakin kami akan bisa menghadapi semuanya.

Sebagai keluarga.

Jika kami keluarga, maka kami akan baik-baik saja.

"Air, Ibu pulang ke Indonesia dulu, sementara mengurus kakakmu. Secepatnya Ibu akan kembali ke sini. Will you be okay here?" tanya Ibu khawatir, malam itu saat kabar kecelakaan Kak Awan menyeruak.

Aku menggelengkan kepala untuk menenangkan, memberi satu buah genggaman ketenangan, hanya agar Ibu berhenti menghawatirkanku. "Tenang aja Bu, ada aunty dan uncle di sini. Air gak sendirian, Air gak apa-apa. Ibu pulang dulu, Kakak lebih membutuhkan Ibu sekarang."

Ibu kembali menatapku dengan pandangan khawatir, matanya menatapku lembut sementara tangannya membalas genggamanku lebih erat. Perlahan dia berkata, "mungkin kamu mau pulang sama Ibu? Kita pulang?"

Kali ini aku menggeleng lebih cepat, tanpa keraguan sedikit pun. Bahkan tanpa Ibu bertanya, aku sudah mempunyai jawabannya.

"Belum bisa?" tanya Ibu meyakinkan.

Aku mengangguk sebagai jawaban. Ya, jawabannya belum bisa, tidak bisa, mungkin tidak akan pernah bisa.

"Okay, take your time Dear."

"I-ibu?" panggilku perlahan.

"Iya?"

Terdiam sejenak, aku mengaitkan jari di depan dada. Menarik napas untuk mengucapkan semua kata yang ingin aku lontarkan. Satu hal yang selalu aku lakukan jika merasa butuh ketenangan.

AIR (END, COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang