pretzel.

1.1K 137 75
                                    

Pretzel is a Germany baked in soft and hard varieties and savory or sweet flavors in a unique -like shape, originating in Europe. The pretzel shape is a distinctive symmetrical looped form, with the ends of a long strip of dough intertwine brought together and then twisted back onto itself in a certain way ("a pretzel loop"). Sweet pastry pretzels exist with many various textures, toppings and coatings.

 Sweet pastry pretzels exist with many various textures, toppings and coatings

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorry is not enough, sometimes you actually have to change.

-Anonim-

Aidan POV

"Abang?"

Suara lembut seorang wanita menyadarkan dari lamunan, membuatku mengangkat kepala, dan mencari arah suara itu berasal. Aku tersenyum begitu mendapati sosok seorang wanita keluar dari pintu kamar dan menghampiriku yang sedang duduk di bangku balkon. Perlahan dia mendekat dan duduk berdampingan denganku, mengelus lembut telapak tangan kiri yang kini bebas dari sarung tangan.

"Kok tumben Abang pulang ke rumah?"

"Papa mana Ma?"

"Papa di RS, memimpin rapat akreditasi," jawab Mama sambil tersenyum.

"Aranth? Aryl?"

Mama menghela napas berat, seakan membicarakan kedua putri kembarnya membuatnya lelah. "Aranth jaga malam di RS, sejak jadi koas sibuknya bukan main. Kalau Aryl katanya bermalam di rumah temannya, sedang menyelesaikan tugas profesi, Mama baru tahu ternyata tugas psikolog itu berat ya. Makanya Abang sering-sering pulang ke rumah, jadi Mama gak kesepian."

Aku hanya tersenyum dan mengangguk pelan, lalu kembali terdiam menatap langit malam dengan malas.

"Kenapa Bang? Kamu kelihatan kacau?"

Terdiam, aku tidak menjawab pertanyaan Mama, hanya memijat kuat telapak tangan kiri yang akhir-akhir ini selalu membuat ulah. Antara kaku tidak merasakan apa-apa atau justru nyeri berdenyut tidak tertahankan.

"Tangan Abang bermasalah lagi? Sakit lagi?" tanya Mama khawatir, wajah yang selalu dia perlihatkan sejak dulu setiap aku merasakan nyeri di tangan.

"Gak Ma, tangan aku gak apa-apa. Tapi...."

Perkataanku terhenti, antara bingung dan khawatir ketika akan mengatakan kebenaran. Ada rasa takut Mama akan menyalahkan dan kecewa padaku. "Ma, aku sudah melakukan kesalahan yang sangat besar. Kesalahan yang mungkin sudah menghancurkan hidup seseorang. Aku harus apa Ma?"

"Kesalahan apa Bang? Hidup siapa yang sudah kamu hancurkan?"

Aku hanya menggeleng, masih berupaya menghindari kenyataan yang sebenarnya. Sebut aku pengecut dan kekanakan, tapi di usia yang hampir menginjak 28 tahun aku masih membutuhkan nasihat orang tua ketika menghadapi masalah. Aku akan tetap kembali kepada mereka ketika membutuhkan pandangan baru.

Mama masih menatapku, seakan sedang menyelami pikiran yang sejak tadi membuatku penat. Perlahan Mama menatapku lembut, matanya tidak lepas dari wajahku yang kini tertunduk lesu memandang guratan tidak rata menjijikkan yang timbul di permukaan kulit tangan kiri.

AIR (END, COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang