“Kim Bona sudah gila ya?” gusar Seola melihat kelakuan sahabatnya.
“Eh? Kenapa ekspresinya seperti itu?”
Terlihat Bona langsung berlari dan bersembunyi di balik tubuh Seola dan Soobin yang berdiri berdampingan.
“I‒itu orangnya,” kata Bona pelan. “Ayah dari bayi di dalam perutku.”
“HE?!!! Dia si brengsek itu? Woy! Beraninya kamu menggoda Bona kami yang suci sampai dia ham‒pph,” bibirnya dibungkam oleh Seola. Dua-duanya buat malu saja, pikir Seola,
“Jiwon, dia siapa?” tanya laki-laki itu.
“Benar. Suara itu,” batin Bona.
Suara laki-laki yang melakukan seks dengannya. Suara laki-laki yang katanya malam itu akan melakukannya dengan pelan-pelan. Suara rendah yang berbisik di telinga Bona saat itu.
“Dia wali kelasku. Bu Bona!” kata Liz sambil menghampiri Bona. “Perkenalkan, ini paman saya.”
“Hey bocah! Dia beneran paman kamu?” Kali ini Soobin yang bersuara. “Bukan ‘paman’ yang kayak‒”
“Park Soobin! Aku benar-benar akan membungkam bibirmu selamanya!” gertak Seola.
“Iya, ini paman kandung saya. Namanya Son Eunseo. Kalau saya Son Jiwon atau Liz, keponakannya paman ini. Sepertinya ada salah paham. Apa perlu saya tunjukkan kartu keluarga saya?” kata Liz pada Soobin.
“Ng‒nggak usah segitunya.”
“Katanya Anda wali kelasnya Liz? Saya tidak tau kenapa Anda menarik kerah baju saya tadi,” kata Eunseo dengan wajah tegas. Dia melirik Bona yang masih berada di belakang tubuh Soobin. “Saya harap Anda keluar dari sana dan kita bertukar salam.”
“Bona, apa kamu dengar? Dia mengajakmu bertukar salam," kata Seola.
“Ah? Oke. Saya minta maaf atas kejadian barusan,” kata Bona menyesal. Dia berkali-kali membungkuk.
Dirasa cukup, Bona langsung mengalihkan pandangan dengan menghadap ke Liz. Dia tidak mau menatap Eunseo yang melihat gerak-geriknya.
“Liz, kenapa kamu di sini?
“Saya? Sulit buat dijelaskan, Bu. Karena keluarga saya agak unik.”
“Apanya yang unik dari punya adik baru?” ceplos Eunseo tidak tanggung-tanggung.
“Yaa! Paman! Aku masih belum terbiasa. Bu Bona, jangan bilang ke anak-anak ya? Hehe.”
“Aku benar-benar salah paham. Lagian kenapa juga aku menghampiri mereka? Bona bodoh! Kalau kayak gini, justru aku yang akan di curigai hamil,” batiin Bona.
“Oh ya? Bu Bona ada perlu apa ibu ke dokter kandungan?”
“Eh? Ah itu, temanku ini hamil. Hahaha,” tawa cangung Bona sambil menunjuk Soobin yang memasang wajah datar. “Teman-temanku itu bukan suami istri tapi masih calon suami istri. Terus temanku itu hamil. Makanya kami semua ada di sini.”
“Atas nama pasien Kim Bona.”
“Mati aku!”
“Bu Bo‒”
“‒Ibu akan menjelaskannya nanti.”
Bona berjalan menunduk lemas. Dia menyembunyikan malunya pada muridnya itu.
:::
Empat orang tadi tengah menunggu Bona yang sedang diperiksa di dalam.
“Oy bocah! Kenapa kamu nggak pulang?” tanya Soobin pada Liz.
“Saya bukan bocah. Tapi Son Jiwon atau Liz. Saya sedang menunggu Bu Bona.”
“Oh.”
Soobin melihat Eunseo yang sedang memainkan ponselnya. Setelan suit berwarna gelap menambah kesan betapa tampannya dia.
“Aku sudah takut kalau yang membuat Bona hamil adalah preman pasar. Tapi Si Eunseo ini kayaknya orang kaya. Wajahnya sangat tampan, bajunya juga menunjukkan kalau dia bukan orang sembarangan. Dia juga nggak keliatan syok pas ketemu pasangan One Stand Night-nya di dokter kandungan. Dia benar-benar bisa mengontrol wajahnya dengan baik. Apa dia sibuk? Padahal aku mau ngobrol sama dia,” kata Soobin dalam hati. Mata sipitnya itu mengintimidasi Eunseo yang sibuk dengan ponselnya.
“Kayaknya benar deh, dia wanita yang waktu itu. Wanita yang meninggalkan dua lembar uang 50 ribu won di atas kasur. Itu adalah one stand night pertamaku selama hidup dan rasanya luar biasa. Malam itu adalah malam yang sangat memuaskan. Paginya aku terbangun dengan mood yang bagus dan tubuh yang pegal di setiap sudutnya. Sampai aku menemukan dua lembar uang 50 ribu won. Bayangkan dua lembar 50 ribu won. Awalnya aku bisa tertawa, tapi sesaat kemudian aku langsung di selimuti rasa malu dan amarah yang entah berasal dari mana. Baru semalam aku gemetar di pelukannya. Keesokan harinya dia pergi meninggalkan dua lembar 50 ribu won. Apa hargaku hanya segitu? Bisa-bisanya dia membayar upah seks padaku. Tapi, aku penasaran siapa dia. Aku sudah mencarinya kemana-mana. Tetap saja nggak ketemu. Hari ini, seakan doaku terkabul. Aku nggak percaya kalau dia wali kelas keponakanku,” kata batin Eunseo.
Eunseo tidak sepenuhnya sibuk dengan ponselnya. Dia masih tidak percaya kalau wanita yang dia cari sudah ketemu. Mata sendu itu melihat Seola yang terpejam. Dia meyakini kalau Seola bukanlah suami wanita itu. Eunseo pensaran juga, kenapa wanita itu ke dokter kandungan?
:::
“Usia kandungannya masuk minggu ke-6. Apa suami Anda tidak ikut ke sini?”
“Hah?”
:::
To be continue
:::
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Stripes ✔
FanfictionBercerita tentang seorang guru SMA bernama Kim Bona yang sangat polos. Dia tergiur untuk masuk bar dimana temannya mendaftarkan namanya di sana. Karena penasaran, dia pergi ke bar dan melakukan One Stand Night dengan seorang pria tampan, mapan, dan...