Chapter 20

622 89 20
                                    

"Silakan diminum tehnya, Pak."

Guru Eunseo yang diketahui adalah ayah dari Irene dengan sengaja bertemu dengan Eunseo di perusahaannya. Awalnya Eunseo tidak mau menemuinya, karena dia teringat tingkah Irene beberapa minggu yang lalu terhadap Bona. Tapi, ayah Irene benar-benar ingin bicara dengan mantan muridnya itu.

"Terima kasih."

"Istri saya sedang hamil. Saya tau apa yang ingin Anda bicarakan. Saya merasa tidak enak, tapi maaf sepertinya yang kali ini tidak bisa dibiarkan. Dia orang yang mau saya lindungi. Saya ingin dia hanya melihat dan mendengar yang baik-baik saja, agar anak kami juga baik-baik saja. Mohon pengertiannya."

"Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik? Jangan sampai agensinya tau dan mengeluarkan dia dari grupnya. Masa depannya masih panjang."

"Lalu, bagaimana dengan istri dan anak saya? Kalau masalahnya berhubungan dengan saya sendiri, saya tidak akan sampai begini karena saya juga memikirkan Anda. Sebagaimana Anda menyayangi putri Anda, saya juga menyayangi istri dan anak saya lebih dari apa pun."

"Maafkan dia. Dia juga pernah memiliki permasalahan dengan beberapa orang sebelumnya dan membuatnya kena hujat masyarakat. Jangan sampai masalah ini akan berakhir sama."

"Maaf, Pak. Kali ini dia melakukan tindakan yang sudah membuta istri saya ketakutan, yaitu menyusup ke rumah orang tanpa ijin. Kalau dibiarkan, tidak ada yang tahu ke depannya dia akan melakukan apa."

"Eunseo, saya mohon‒"

Brugh!

"‒saya mohon untuk tidak mengambil tindakan yang mengancam karier Irene. Saya pastikan, kalau kejadian yang membuat keluargamu tidak nyaman beberapa waktu lalu adalah yang terakhir. Ini semua salah saya. Maafkan dia," kata ayah Irene sambil duduk bersimpuh di depan Eunseo. Air mata yang terkumpul di pelupuk keriput itu tidak bisa tertahankan.

"Anda membuat saya seperti murid yang jahat pada gurunya."

"Saya mohon maafkan dia, Eunseo."

"Saya yang akan berbicara dengan agensinya untuk memberikan skors beberapa bulan dari kegiatannya di dunia hiburan."

"Eunseo. Terima kasih banyak."

"Saya harap, kita tidak bertemu lagi karena masalah seperti ini. Saya minta maaf karena keegoisan saya, membuat Anda melakukan yang seharusnya tidak perlu Anda lakukan. Saya mohon Anda berdiri, Pak."

"Sekali lagi maafkan saya dan Irene."

Eunseo menatap nanar pria tua di hadapannya itu. Ini bukan salah mantan gurunya, tapi ini salah Irene yang sangat terobsesi dengan dirinya. Sampai-sampai melakukan hal yang membuat Bona tidak nyaman.




:::




Dalam perjalanan pulang setelah menjemput Bona, Eunseo tidak sengaja melihat Liz yang sedang berjalan sendirian. Sedikit paksaan, dia akhirnya ikut juga di dalam mobil pamannya.

"Oh ya, Bu. Katanya vila untuk karya wisata ada kolam renangnya?"

"Iya. Katanya Pak Lee sudah meminta ke pemilik vila untuk diisi kolam renangnya."

"Wah serius?"

"Kemarin saja kamu menggerutu bilang nggak ada apa-apa di sana."

"Bukan begitu, Bu Bona. Anak-anak senang katanya kami akan pergi bersama dengan guru olahraga."

Two Stripes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang