Chapter 23

494 62 4
                                    

"Kenapa ayahnya Irene? Bukannya kamu bilang kalau Irene hiatus sementara?"

"Aku juga nggak tau. Kata manajernya, dia pamit untuk pulang ke Daegu."

"Apa kecelakaan itu rencana Irene juga?"

Eunseo menatap sendu istrinya. Wajah cantik itu masih terlihat sangat pucat. Meskipun Bona bilang kalau dirinya tidak apa-apa, tapi Eunseo tau, Bona masih trauma dengan kejadian tadi siang.

"Iya. Kata Yeeun, orang yang hampir menabrakmu adalah suruhan dari Irene. Dia mengalami luka yang serius bahkan belum sadarkan diri. Aku sudah menyuruh orang-orangku untuk melindungimu ketika kamu berada di luar pengawasanku. Aku kayak gini biar nggak terulang lagi. Kamu jangan khawatir ya?"

"Aku nggak khawatir, cuma aku sedikit takut."

"Nggak perlu ada yang ditakutkan. Semua akan baik-baik saja. Aku akan melindungimu dan Eun."

"Aku tau apa yang kamu rasakan Seo. Kamu sangat menghormati gurumu itu. Tapi di sisi lain, kamu juga muak dengan tingkah Irene."









:::









Keesokan harinya, Eunseo menemui gurunya yang ternyata juga menunggu di lobi rumah sakit semalaman.

"Pak."

"Eunseo. Bagaimana keadaan istrimu? Apa dia baik-baik saja?"

"Iya dia baik-baik saja."

"Saya benar-benar minta maaf. Saya tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Maafkan saya yang tidak becus menjadi seorang ayah yang baik buat Irene."

"Maaf sebelumnya, Pak Bae. Saya tidak menerima maaf dari orang yang benar-benar tidak bersalah kepada saya."

"Saya meminta maaf untuk mewakili Irene."

"Sepertinya permintaan maaf itu tidak bisa diwakilkan."

Ayahnya Irene menunduk dengan tangan yang sedikit gemetar. Tangan yang sudah mengeriput itu saling bertautan, seakan-akan dia memberikan ketenangan untuk dirinya sendiri.

"Saya tau. Tapi saya akan bertanggungjawab karena sudah salah mendidik dan membesarkan Irene."

"Tolong jangan bicara seperti itu. Saya tidak mau mendengarnya," kata Eunseo tegas.

"Saya minta maaf jika saya kurang ajar."

Eunseo beranjak dari duduknya. Dia sebenarnya tidak tega melihat gurunya yang sangat merasa bersalah itu. Ini semua memang bukan salah gurunya. Kehidupan Irene sebagai idol yang membuat gadis itu memiliki sebuah obsesi yang tinggi.

"Pak, semoga Anda sehat selalu. Saya tidak akan bertemu dengan Anda lagi dalam kondisi seperti ini. Saya permisi," ucap Eunseo lalu meninggalkan ayahnya Irene.

"Eunseo."

Panggilan dari suara parau itu menghentikan langkah Eunseo.

"Maafkan saya."

Eunseo tidak menanggapi permintaan maaf gurunya. Kaki jenjangnya melanjutkan langkah yang sempat terhenti tadi. Laki-laki itu masuk ke dalam lift dan menuju ke ruangan Bona. Langkah yang berat baginya. Ayahnya Irene adalah guru yang sangat Eunseo kagumi dan hormati selama di sekolah menengah dulu.

"Seo."

"Na."

"Gimana? Sudah ketemu sama gurumu?"

"Iya. Semuanya baik-baik saja."

"Syukurlah. Terima kasih. Ayo pulang."

Bona mengapit lengan kiri Eunseo. Keduanya berjalan meninggalkan ruang rawat inap Bona. Keadaan Bona jauh lebih baik daripada semalam. Eun juga dalam kondisi yang baik-baik saja. Sepanjang jalan, mereka berdua bermesraan. Mereka lupa kalau ada Yeeun yang juga berjalan di belakang mereka.

Two Stripes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang