Chapter 15

641 95 14
                                    

Persiapan pernikahan Eunseo dan Bona sudah 95%. Bagi Bona, persiapan ini sangat matang, mengingat hanya disiapkan oleh Eunseo dan orang-orang suruhannya. Karena Bona sedang hamil, dia tidak boleh ikut dalam menyiapkan pernikahannya, kecuali foto pra-wedding. Siapa lagi yang melarang kalau bukan calon ayah mud yang tampan itu.

Tak terkecuali Sekretaris Jang yang mulai dekat dengan Bona saat menyiapkan semuanya, terkadang mengeluh kalau Eunseo yang terjadwal lebih mudah untuk ditangani daripada persiapan pernikahan ini. Bona sedikit merasa bersalah pada Sekretaris Jang, karena tidak bisa membantu lebih.

Bona juga merasa tidak enak, karena Eunseo, Victoria, dan Sekretaris Jang yang menangani semuanya. Sudah jelas ibunya tidak mau ikut andil dalam pernikahan putrinya itu. Untungnya ayahnya Bona masih mau datang saat acara ramah tamah keluarga kedua mempelai sampai akhir dengan lancar.

Saat ini Bona dan Eunseo sedang survey rumah yang sudah direkomendasikan oleh Sekretaris Jang. Rumah yang diseleksi oleh Sekretaris Jang dengan teliti. Total berjumlah 3 unit. Tapi Eunseo banyak mengeluh. Satu rumah pemandangannya jelek, satu rumah lainnya memiliki halaman yang sempit, dan satu rumah sisanya dia tidak suka lokasinya yang terlalu pelosok.

Karena sudah kepalang capek, Sekretaris Jang memarahi Eunseo. Dia meminta Eunseo dan Bona untuk melihat rumahnya secara langsung, bukan memilih lewat profil unit yang dikirimkan oleh agen.

"Sekarang tinggal lihat rumah yang ketiga," kata Eunseo.

Mereka sudah tiba di rumah yang sebenarnya cukup bagus. Dengan halaman yang luas dan desain bangunan yang jarang digunakan.

"Di sini bersih, tenang dan lalu lintasnya tidak terlalu macet. Menurutku ini bagus kok. Tapi kenapa‒"

"Rumah kakakku di dekat sini."

"Ah begitu."

"Halamannya bisa dipakai tiga anak untuk lari-larian dengan leluasa."

"Jangan seenaknya bilang kayak gitu."

"Hm? Memangnya aku bilang apa? Aku kan cuma bilang kalau misalnya teman-temannya Eun main kesini."

Bona mengalihkan wajahnya saat dia malu karena salah paham dengan ucapan Eunseo. "Ayo lihat-lihat rumahnya!"

Keduanya masuk ke ruang tamu yang gelap. Saat mencari saklar lampu, tangan Bona ditumpuk dengan tangan besar Eunseo yang saat ini menatap Bona dengan wajah yang sulit diartikan. Eunseo semakin mengikis jarak mereka. Semakin dekat.

Ctek!

Bona sudah menutup matanya. Dia takut Eunseo berbuat lebih dari perkiraannya. Tetapi saat lampu menyala, apa yang di pikirannya langsung hilang.

"Kamu kenapa? Katanya mau nyalain lampu?" ucap Eunseo sedikit menggoda setelah melihat ekspresi Bona yang sekarang berada di dalam kungkungannya.

Lagi-lagi Bona dibuat malu untuk kedua kalinya karena salah paham dengan perlakuan Eunseo. Eunseo yang melihatnya, dibuat gemas.

"Ng‒nggak."

"Apa yang kamu pikirkan?"

"Nggak ada."

"Apa kamu mengharapkan yang lain?"

"Siapa bilang begitu? Minggir!" Bona menyingkirkan tubuh tegap Eunseo.

Grep!

"Tapi aku yang mengharapkan hal lain."

"Hm?"

"Kamu pakai parfum?"

"Nggak. Kenapa?"

"Nggak apa-apa. Tiap kali mendekatimu, tercium bau yang enak," kata Eunseo sambil mengendus leher jenjang Bona. Hal itu membuat Bona langsung merinding. "Wangimu buat aku tenang. Jadi aku ingin memelukmu terus."

Two Stripes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang