Chapter 08

744 108 8
                                    

"Apa?!" pekik Bona.

"Kebetulan besok akhir pekan, apa Anda ada waktu? Jadwal saya akan terselesaikan sampai sore hari, malamnya saya ada waktu."

"Saya tidak bisa. Besok saya ke sekol‒eh, saya ada janji dengan teman," elak Bona.

"Kalau teman-teman yang kemarin, saya tidak masalah kalau ikut gabung," kata Eunseo lembut. "Kita sudah melakukan malam pertama dan saya sudah melamar Anda. Biarpun urutannya kacau, tapi ayo kita berkencan."

"Tidak mau."

"Saya bisa menganggap itu sebagai penolakan biasa kalau tidak ada Eun. Tapi, perkataan Anda sekarang menunjukkan bahwa Anda sama sekali tidak mau berusaha. Saya ingin Eun tumbuh dalam keluarga yang benar dan mendapat banyak cinta dari ibu dan ayahnya. Untuk itu, kita harus menikah. Anda bilang harus ada cinta di dalam pernikahan kan? Menurut saya, kita harus intens bertemu untuk menumbuhkan rasa cinta di antara kita. Karena itu ayo berkencan. Itu yang bisa kita lakukan untuk Eun sekarang. Besok, kita akan berkencan, oke?" jelas panjang lebar Eunseo.

Bona hanya diam dan tidak bisa membantah kata demi kata yang terlontar dari bibir Eunseo. Ada benarnya juga apa yang dikatakan laki-laki ini.

"Baiklah. Tapi saya mau menegaskan satu hal. Saya setuju berkencan, bukan berarti saya setuju menikah dengan Anda."

Eunseo tersenyum manis sekali. "Iya. Itu saja sudah cukup."

Laki-laki itu menjalankan mobilnya. Guratan kepuasan tercetak indah di wajah tampannya. Senyumnya pun tidak pernah pudar.

Berbeda dengan Bona yang masih tidak rela jika dia berkencan dengan Eunseo. "Sepertinya dia orang yang selalu mendapatkan apa yang dia inginkan."





:::





Tiit! Tiit! Tiit!

"Bona?! Sudah pulang?! Aku sudah tau siapa laki-laki‒eh?"

"Park Soobin! Jika kau sedang bertengkar dengan Seola, kau harus membukakan pintu untuk menyelesaikan masalah kalian. Bukannya saling menghindar seperti ini."

"Sekarang masalahnya bukan itu. Aku sudah tau siapa ayah dari anakmu itu," kata Soobin. Dia masih tidak menghiraukan keberadaan Seola. "Jangan kaget ya? Ternyata dia Direktur Andromeda Group."

"Oh ya?"

"Loh kok reaksimu nggak tertarik gitu? Kamu nggak paham maksud perkataanku? Dia itu direktur yayasan sekolahmu."

"Iya. Aku sudah tau," kata Bona sambil merebahkan tubuhnya di sofa.

"Serius?"

Bona mengangguk pelan. "Aku bahkan sudah bertemu dengannya."

"Biarpun dia masih belum dikenal publik, tapi kata ayahku dia akan segera mengambil alih perusahaan. Kalau nggak salah, tahun lalu ayahku mengenalkan aku ke dia di pesta amal Andromeda Group."

"Tahun lalu kapan?" tanya Seola.

"Tanggal 31 Desember. Waktu kamu ngajak aku menyaksika pembunyian bel tahun ba‒"

"Oh jadi waktu itu kamu batalin janji kita buat kenalan sama cowok lain?"

Seola bangkit dari duduknya dengan raut wajah dengan menahan marah. Masalah dengan Soobin yang baru saja belum selesai, ditambah dengan kebohongan yang Soobin sembunyikan selama ini.

"Park Soobin, ikut aku sebentar."

Soobin mau tidak mau mengikuti Seola yang masuk ke kamarnya. Memang masalah mereka harus diselesaikan dengan segera.





Two Stripes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang