"Ayahnya Wonyoung, ah, maksud saya CEO kami sangat tertarik dengan perkembangan sekolah. Pak Kepala Sekolah juga tau tentang hal itu, 'kan?"
"Iya tentu saja saya sangat tau hal itu."
"Hari ini saya sekuat tenaga menahan dia untuk datang ke sini. Belakangan ini dia sudah sibuk dengan urusan kantor. Orang yang melakukan pekerjaan besar seperti dia seharusnya tidak mengurusi hal seperti ini. Iya, 'kan?"
"Iya tentu saja," jawab kepala sekolah dengan nada sedikit gugup.
"Jadi, bagaimana Anda mau menyelesaikan masalah ini, kepala sekolah?"
"Ah itu, kami masih belum tau siapa yang menyebabkan rumor seperti itu. Dan juga‒"
"Tapi 'kan yang penting sekarang bukan siapa yang menyebarkan rumor."
"Kami harus memeriksa itu benar atau tidak."
"Memeriksa benar atau tidak? biang keladinya ada di sini. Tanya saja langsung. Benar 'kan?"
"Apa rumor itu benar?" kali ini kepala sekolah bertanya pada Bona dengan nada yang lembut.
"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena rumor tentang saya memberikan dampak buruk kepada anak-anak. Jika Anda meminta saya untuk mengundurkan diri, saya rela melakukannya. Tapi saya khawatir dengan anak-anak kalau tiba-tiba wali kelasnya diganti. Jadi, mohon berikan waktu‒"
"Duh banyak omong banget ya? Guru Kim, kamu tidak mengerti pertanyaanku?" sela ibunya Wonyoung. "Aku tanya rumor itu benar atau tidak?" lanjutnya.
"Ibunya Wonyoung. Apa pentingnya benar atau tidaknya rumor itu?"
"Apa katamu?!"
"Katanya Anda ke sini karena khawatir dengan pendidikan anak Anda? Kalau begitu, tolong taruh niat Anda pada bagian itu saja."
"Astaga! Jadi maksudmu sekarang aku sedang berniat pada hal yang tidak berguna begitu?" teriak ibunya Wonyoung. Wanita itu langsung menatap tajam kepala sekolah. "Pak dengar, 'kan? Saya mana bisa tenang menyerahkan anak saya ke guru macam ini!!!"
"Bu, tenang dulu."
"Lihat saja kalau CEO kami tau! Anda tidak tau betapa kuat perusahaan Starplanet, ya? Kalau dia memanggil dewan direksi sekarang juga, kalian pasti ak‒"
Tap! Tap! Tap!
"L‒loh Pak Direktur?!" kata kepala sekolah. "Ada perlu apa Anda tiba-tiba ke sini?"
Eunseo dan Yeeun tiba-tiba datang di saat-saat yang rasanya Bona ingin sudahi semuanya. Eunseo melirik Bona yang juga sama terkejutnya seperti kepala sekolah dan ibunya Wonyoung. Sedangkan Yeeun yang berada di belakang Eunseo, tersenyum ramah pada calon ibu negaranya itu.
"Ya ampun Pak Direktur! Selamat pagi. Saya‒"
"Pak Kepala Sekolah, di luar tadi saya mendengar ada ucapan soal memanggil dewan direksi. Apa ada masalah?" kata Eunseo memotong perkataan ibunya Wonyoung. Setelah mendengar kata-kata dari Eunseo, ibunya Wonyoung sedikit malu.
"I‒itu, memang ada masalah. Hehe. Si‒silahkan duduk."
Eunseo menatap Bona sebentar lalu berjalan mendekati wanita itu. "Kamu nggak apa-apa?" tanyanya sambil memeluk Bona dari samping.
Tindakan Eunseo membuat kepala sekolah dan ibunya Wonyoung terkejut.
"A‒apa?" tanya balik Bona.
"Katanya hari ini kamu nggak enak badan?"
"Tidak. Kamu kenapa begi‒"
"Kamu diam saja," Eunseo berbisik pelan. Suaranya hanya bisa didengar oleh Bona saja. "Sekertaris Jang, sepertinya ibu ini ingin memanggil dewan direksi. Apa jadwalku bisa diatur ulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Stripes ✔
FanfictionBercerita tentang seorang guru SMA bernama Kim Bona yang sangat polos. Dia tergiur untuk masuk bar dimana temannya mendaftarkan namanya di sana. Karena penasaran, dia pergi ke bar dan melakukan One Stand Night dengan seorang pria tampan, mapan, dan...