Chapter 06

938 112 12
                                    

Eunseo dan asistennya sudah selesai dengan urusan bersama jajaran staf sekolah. Mereka sedang berjalan menuju gerbang.

"Pak direktur, bagaimana bisa Anda memutuskan seenaknya seperti itu? Pertemuan ini sudah direncanakan dari seminggu yang lalu."

"Bukannya ini memang tugasmu untuk mengatur jadwalku? Kepala sekolah juga memohon untuk ikut makan malam bersamaku."

"Kan dia cuma bilang, 'Kalau ada waktu...'. Memangnya itu terdengar seperti memohon? Bagaimana aku bisa membatalkan pertemuan yang sudah dijanjikan dari minggu lalu?"

"Aku belum pernah bilang ya? Suaramu itu sangat persuasif. Kamu orang kedua di korea yang punya suara persuasif. Jadi jangan khawatir."

"Jika saya orang kedua, yang pertama siapa?"

"Tentu saja aku," senyum tengil Eunseo lalu melenggang pergi. Asisten Eunseo sudah muak sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus memiliki penghasilan juga kan.

"Ha~ baiklah. Kalau begitu Anda sendiri saja yang membatalkan janjinya. Padahal biasanya Anda ke toilet pun harus dimasukkan ke jadwal. Tapi sejak kema‒Aduh!"

Eunseo sengaja berhenti mendadak, sehingga menyebabkan asistennya itu menabrak dirinya. "Aduh, kenapa tiba-tiba berhenti? Hampir saja saya..."

Gerutuan asisten Eunseo berhenti saat dia melihat atasannya itu melihat sesuatu yang membuatnya sedikit bersedih. Asistennya pun melihat apa yang dilihat Eunseo.

Mereka berdua melihat Bona dan Kim Taeri sedang berjalan bersama. Bona menyetujui permintaan Kim Taeri untuk menemaninya berkeliling sekolah.

"Sekretaris Jang, kalau aku bilang 'Eunseo' apa sama seperti 'Eun'?"

"Apalagi itu?"

"Nggak, lupakan saja. Jadwalku bisa diatur kan?"

"Huft! Iya bisa. Anda kan yang menggaji saya. Mana bisa saya bilang tidak bisa," gerutu Seretaris Jang. "Tapi kalau dilihat-lihat, kalian terlalu kaku untuk disebut calon suami istri."

"Ya, ibu dari anakku memang pemalu."

"Menurut saya, perasaan Anda cuma sepihak."

"Wanita itu bilang akan bertanggung jawab atas diriku sampai akhir. Apa itu perasaan sepihak?"

"Wah! Dia unik ya? Cantik juga," puji Seketaris Jang.

Pujian itu malah membuat Eunseo menatap tajam Sekretaris Jang. "Bercanda Pak Direktur."

Eunseo masih melihat kedekatan Bona dengan orang disampingnya. Semoga saja ajakan menikah tadi segera dijawab oleh Bona. Eunseo tidak mau jika ada yang dekat dengan ibu dari calon anaknya itu.



:::



Di ruangan Bona, Liz duduk berhadapan dengan gurunya itu. Ada aura canggung diantara keduanya.

"Liz, pamanmu nggak bilang apa-apa kemarin?"

"Tidak. Paman saya selalu sibuk," jawab tegas Liz.

"Oh begitu?"

"Paman saya tidak melakukan sesuatu di luar jadwalnya. Dia itu sangat teliti dan terjadwal."

"Sangat teliti dan terjadwal?" batin Bona. "Kalau terjadwal, berarti malam itu sudah dijadwalkan dong? Dia memang orang yang sulit dipahami. Apa dia punya proyek pengembangan spesiesnya?"

"Bu Bona," panggil Liz setelah dia melihat Bona hanya diam melamun.

"I‒iya?"

"Apa saya oleh jujur soal sesuatu?"

Two Stripes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang