uwa

18.3K 1.6K 51
                                    

Seminggu telah berlalu sejak first kiss seorang Hema hilang begitu saja karena kecerobohan atau nafsu(?)nya sendiri.

Selama seminggu itu juga Jevian bersikap biasa saja malah seperti menghindari nya.

Seperti pagi ini. Hema yang kebetulan menjabat sebagai bendahara kelas yang memiliki tugas untuk menagih uang kas setiap minggu pada seluruh anggota kelas. Yang dimana Jevian termasuk dalam daftarnya.

Dengan gugup ia hampiri meja paling depan dipojok sebelah kiri dekat jendela dimana tempat duduk Jevian berada.

Terlihat pemuda bersurai hitam itu sedang sibuk mencatat entah materi atau apa hingga tak menyadari kehadiran Hema yang berdiri dengan buku kas kelas disebelah mejanya.

"V- vian? "

Pergerakan Jevian yang sedang mencatat berhenti seketika kala rungunya mendengar suara orang yang memanggil nama panggilan kecilnya sama seperti seminggu yang lalu.

Ia mendongak dan menemukan Hema yang berdiri disebelah mejanya.

"Apa?" tanyanya.

"Itu... uang kas," jawab Hema pelan mencoba tak menatap wajah lawan bicaranya.

Jevian berdiri dan membereskan barang-barang nya lalu menyimpannya dilaci.

Setelah itu ia rogoh saku celananya dan mengeluarkan uang pecahan limaribu rupiah dan memberikan nya pada Hema.

Hema menerima uang itu dan mencatat dibuku kas, saat akan memberikan kembalian Jevian telah mulai melangkah buat Hema reflek menahannya.

"Eh! Tunggu dulu!" tahan Hema.

Jevian menaikan alis.

"Kembaliannya—" "Gak usah, buat uang kas minggu depan aja," potong Jevian cepat menghempas tangan Hema yang menahannya.

Hema cemberut.

Kasar banget sih!

Dengan kesal Hema memasukkan kembali uang kembalian Jevian ke dompet khusus ia menyimpan uang kas.

Lalu dengan langkah lebar ia duduk ditempatnya dan mulai menghitung uang kas, menyamakan dengan pengeluaran dan pemasukan selama seminggu.

"Dasar batu es nyebelin ," dumel Hema sembari menghitung uang kas.

.

Bila dikelas Hema sedang berdumel kesal beda lagi dengan pemuda tinggi pemilik eye smile yang menawan yang membuat para siswi jejeritan tak jelas bila sekali saja ia tersenyum.

Jevian, berdiri disisi atap dengan pandangan lurus kedepan. Ia biarkan surai hitamnya tertiup angin.

Tatapannya terlihat kosong berbanding terbalik dengan isi pikirannya yang penuh bahkan ruwet.

Ia menghela nafas lelah dan memejamkan mata. Hingga beberapa detik kemudian terdengar seseorang memanggilnya.

"Ian! "

Jevian berbalik dan menemukan pemuda bersurai coklat tua dengan senyum kelincinya ia menghampiri Jevian.

"Ngapain?" tanyanya tepat setelah ia berdiri di samping Jevian.

Jevian tak menjawab pertanyaan pemuda itu malahan ia berbalik dan duduk dikursi panjang yang ada diatap itu.

Pemuda yang melemparkan pertanyaan mendengus kecil sebelum ikut duduk di samping Jevian.

"Mikirin apa sih?" tanyanya lagi namun Jevian tetap bungkam.

"Hema?" tanya pemuda itu setelah beberapa saat dan bisa ia lihat perubahan ekspresi dari Jevian walau tidak terlalu kentara.

Ia terkekeh dan mengusak surai pemuda disebelah nya yang langsung ditepis kasar oleh empunya.

"Aduh!? Kasar banget sih?"

"Gimana Hema mau suka coba kalo lo kasar kayak gini," lanjut pemuda itu bergumam sambil mengelus tangannya.

Jevian menatap pemuda itu datar. "Hema suka sama gue. "

"Masa?" pancing pemuda itu.

Jevian menyipitkan matanya tidak suka.

"Dia suka sama gue Jem. Buktinya dia cium gue di UKS seminggu yang lalu," jelas Jevian membuktikan ucapannya.
Jemian tertawa pelan.

"Itu dia hilap aja kali," kata Jemian memanasi.

Alis Jevian menukik tajam.

"Jadi maksud lo Hema cuman kebawa nafsu?" Jemian mengangguk dengan bangga.

Jevian melunturkan ekspresi amarahnya dan berganti tersenyum miring.

"Bukannya nafsu kata lain dari cinta dan suka?"

Jemian melotot. "Teori darimana itu!?"

Jevian tak menjawab malah membenarkan posisi duduknya dan mengeluarkan satu kotak rokok yang ia sembunyikan di sakunya lalu mengambil satu batang dan menyalakannya.

Ia sesap dalam dan menghembuskannya.

"Bukannya dari lo?" balas Jevian sarkas.

Obsidi Jemian semakin melotot. "Kapan gue ngomong kayak gitu anjing!? "

Jevian terkekeh. "Lo kalo ngeliat Rangga penuh nafsu Jem, lo gak bisa berbohong. Dan yang lebih parah lo masokis."

Plak!

"Lo kalo ngomong gak bisa di filter ya!?"

Jevian meringis dan menatap pemuda disamping nya tajam setelah tangan pemuda itu menggeplak kepala belakangnya diiringi kalimat sarkas setelahnya.

"Tapi benerkan lo masokis?"

"Gue penasaran yang pihak atas sama bawah, sebenernya siapa?"

"Ya jelas gue lah bego!" balas Jemian kesal ikut menyalakan satu batang rokok dan menyesapnya.

"Walau dia suka kasar dikehidupan sehari-hari. Tapi beda lagi kalo udah di ranjang."

"Dia itu cuman rubah kecil, sedangkan gue serigala yang siap ngemangsa dia," akhir Jemian sambil menjilat bibir bawahnya.

"Nahkan, orang nya gak ada aja lo udah nafsu," celetuk Jevian berdiri dari duduknya dan membuang puntung rokoknya.

"Lu sih mancing-mancing!" Jemian menyalak keras dan ikut berdiri juga membuang puntung rokoknya.

Jevian tak membalas dan memilih berbalik akan pergi. Namun, Kata-kata dari Jemian selanjutnya membuatnya urung melangkah.

"Tapi Ian, kalo lo sama Hema beneran saling suka. Lo nunggu apa lagi?"

Jevian kembali berbalik menatap Jemian yang menaikan alis.

"Gue gak tau..." lirih Jevian.

Jemian terkekeh sarkas.

"Lo bukan gak tau Ian."

"Tapi lo takut. "

"Lo takut kalo Hema bakal kayak Arin kalo dia tau lo punya ■■■. "

Rahang Jevian mengeras.

Jemian melanjutkan, "Ian, Hema sama Arin tuh beda. "

"Gue bisa liat tatapan Hema ke lo tuh tulus."

"Bahkan Rangga juga bilang begitu," akhir Jemian sambil berjalan mendekati Jevian yang masih berdiri mematung.

"Gue harap lo gak bakal nyesel kalo Hema keburu diambil sama yang lain," peringat Jemian sambil memegang bahu Jevian.

🐶 ♡ 🐻

Catatan:

Menurut kalian Jevian punya apa??

P.s. Vote dan komentar kalian sangat berharga bagi penulis (⁠。⁠・⁠ω⁠・⁠。⁠)⁠ノ⁠♡

[nohyuck] little j (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang