Park chaeyoung

4.8K 470 9
                                    

"Siapa lagi yang coba kau rayu"

Pertanyaan itu datang dari seorang kakak yang sedari tadi memperhatikan adiknya menelpon dengan berbagai orang yang berbeda. Dan juga kata-kata manis yang membuat sang kakak geleng kepala.

"Mereka teman-temanku"

Elak sang adik yang jengah melihat kakaknya selalu menatapnya dengan geli.

"Teman? Tak pernah membicarakan kesukaan dan apakah dia nyaman hari ini. Teman hanya membicarakan hal yang seperlunya"

"Unnie kau tak memiliki temankah? Hingga kau berkata seperti itu?"

Tersenyum menanggapi sang adik jujur saja sebagai seorang kakak dia cukup terkejut tentang itu. Sebelumnya adiknya tak pernah berperilaku seperti sekarang.

"Aku mengenalmu bahkan sebelum kau di lahirkan. Kau yang sekarang seperti bukan lagi yang dulu"

"Apa yang coba kau katakan?"

"Chaeyoung ah, kita memang pernah berpisah karena mimpi masing-masing. Tapi aku tetap kakakmu yang tahu bagaimana dirimu sebenarnya. Jangan mencoba bersembunyi di kedua mataku"

Chaeyoung terdiam. Kakaknya memang tahu segalanya. Dia harap kakaknya mengerti tapi ternyata kakaknya mulai jengah dengan tingkahnya.

"Tak hanya kau yang terluka karena cinta sebelah pihak. Tapi hanya kau yang terus mencari pelarian untuk menghindari hatimu. Padahal itu tak berhasil sama sekali. Nyatanya setiap hari kau malah semakin mencintainya"

"Kau tahu apa tentang hatiku unnie. Aku sedang tak mencintai siapa-siapa"

Ucapan Chaeyoung membuat Alice tersenyum. Lagi-lagi adiknya mengelak padahal terlihat Jelas. Sikap chaeyoung selalu berbeda ketika orang itu di sampingnya. Dia menyebalkan untuk mencari perhatian. Padahal biasanya selalu lembut dan seperti malaikat.

"Rela melanggar kontrak di sebuah acara hanya demi dia melakukan solonya, membuat makanan yang kau benci untuknya, menyukai binatang yang sangat kau tidak suka, meninggalkan makan malam demi menemaninya bermain salju, rela tak tidur demi menemaninya syuting dan masih banyak hal yang kau lakukan hanya untuk dia. Kau masih mengelak jika kau tak mencintainya?"

Menurut chaeyoung entah kenapa kakaknya begitu menyebalkan. Soal perasaan biasanya sang kakak tak pernah peduli. Ada apa dengan kakaknya padahal ibunya tak keberatan dengan tingkahnya selama ini. Dan dari yang di ungkapkan kakaknya chaeyoung hanya menatapnya datar.

"Berhenti membuat pelarian untuk menenangkan hatimu. Cobalah ikhlaskan segalanya. Jangan membuat orang lain berharap nyatanya kau merasakan bagaimana berharap lebih tapi tak sesuai keinginanmu itu menyakitkan. Jangan sakiti yang lain karena kau merasa tersakiti"

Setelah mengatakan itu Alice berdiri meninggalkan Chaeyoung yang tertegun dengan ucapan sang kakak.

"Sama sepertimu aku juga mencintainya Chaeng. Tapi aku tak cukup egois dengan menyakiti yang lain"

Apa maksudnya?? Chaeyoung masih bertanya-tanya. Mencintai? Mencintai siapa? Entahlah kenapa otaknya selalu tak bekerja cepat ketika harus di gunakan dalam keadaan serius.

"Kenapa melamun disini?"

Sang Daddy yang awal mulanya tak mau mengganggu kedua kakak adik itu akhirnya mendekat ketika melihat wajah kebingungan anak bungsunya. Chaeyoung memang pintar dalam seni tapi soal hati anak bungsunya ini kadang lambat mencerna.

"Aku tak melamun dad, hanya sedang bermain gitar"

Tersenyum dengan jawaban putri bungsunya Daddy park duduk di depan Chaeyoung. Melihat putri yang tumbuh dewasa dengan tatapan teduhnya.

PESONA MAKNAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang