Tadi malam secara mendadak Irene menghubungi Lisa untuk bertemu. Dengan penuh keberanian dia memulainya lebih dulu. Dengan dalih ingin memberikan oleh-oleh dari Indonesia. Lisa menyetujuinya karena memang dia tak lagi sibuk. Dan disinilah dia. Duduk di sebuah restoran cukup terkenal dengan ruang privat. Menunggu irene sembari mengotak atik kameranya.
"Maaf.. kau pasti menunggu lama"
Irene dengan kegugupannya mencoba memberikan senyum sebaik mungkin. Dia cukup kesal dengan lalu lintas hari ini yang macet parah hingga terlambat. Dia takut Lisa memiliki kesan buruk tentangnya.
"Minumlah dulu unnie, kau tak perlu berlari aku pasti menunggumu"
Memberikan air minumnya pada irene. Lisa menyambutnya dengan senyum lebar seperti biasa.
"Maaf aku terlambat kemacetan hari ini cukup parah"
"Tak apa unnie aku juga baru tiba mungkin 5 menit yang lalu"
Lisa seorang yang memiliki toleran yang luar biasa. Dia selalu memakhlumi apapun. Hal sepele seperti ini tak akan jadi masalah untuknya. Kecuali sebuah kebohongan dan pengkhianatan Lisa tak akan segan untuk pergi tanpa kembali menoleh.
"Lisayaa.. kau sudah memesan makanan?"
"Nee aku sudah memesannya"
Lisa tersenyum dengan manis ketika menjawab irene. Yang kemudian memanggil pelayan agar Irene juga memesan. Sikap Lisa ini entah mengapa membuat Irene menatap sang IDOL dengan senyum malu2nya.
"Unnie kau terlihat sangat cantik dengan warna kuning"
Beberapa saat ketika Pelayan pergi Lisa kembali berbicara. Saat ini irene tampil begitu cantik dengan warna kesukaan Lisa. Dan Irene sendiri akhir2 ini sedang menggilai warna kuning.
"Ah terima kasih"
Mendapat pujian Lisa membuat Irene malu sekaligus berdebar. Pipi merahnya tak bisa dia sembunyikan sama sekali.
"Ngomong ngomong kenapa unnie meminta kita bertemu?"
Lisa manusia tak peka ini. Dengan wajah polosnya bertanya. Tak peduli pipi merah irene dan jantung irene yang berdebar hebat. Kemudian membuat irene dalam kegugupannya kembali.
"Aku hanya ingin memberikan oleh-oleh dari Indonesia"
Irene memberikan paper bag yang dia bawa. Alasan sebenarnya entah kenapa dia sangat merindukan Lisa. Padahal sejauh ini mereka tak dekat sama sekali. Dia hanya memantau Lisa dari media sosialnya.
"Wow mie goreng ini... aku pernah memakannya ketika di Indonesia dulu. Terima kasih unnie"
Lisa berbinar ketika tahu isi paper bagnya. Tentu saja mie goreng adalah kesukaan semua orang. Irene tak hanya membawa itu tapi juga banyak kue yang dia beli dari bali.
"Indonesia tempat yang indah, ketika ada waktu pergilah ke bali dan nikmati matahari terbenam disana"
"Ya kau benar unnie selain itu orang disana ramah2. Aku menyukai ketika malam tiba banyak jajanan yang bisa di coba"
Obrolan ringan itu berlangsung hingga makan mereka datang dan hampir habis. Lisa mampu membuat Irene yang dingin berbicara dan tertawa lepas.
"Lisa jika aku menyukaimu, apa kau akan membenciku?"
Pertanyaan itu entah kenapa tiba-tiba muncul. Irene dengan sisa keberanian yang dia miliki bertanya.
"Jika kau tak menyukaiku kita tak akan berteman unnie. Tak ada yang salah untuk itu lantas kenapa aku membencimu?"
Lisa lagi lagi merespon dengan polos. Tak menyadari arti kalimat lain yang tersembunyi di baliknya. Dan Irene di dalam hati merasa gemas sendiri.
"Bukan itu maksudku Lisa, tapi bagaimana jika ada perasaan lain yang lebih dari itu. Bisakah aku melakukannya"