8 | so-called-research

3.6K 379 16
                                    

We made it through hell and back again

We were slipping through the cracks staring at the end


Adirama

Dari apartemen, gue mengarahkan mobil ke daerah Tangerang tempat proyek akan diadakan. Setelah kemarin melakukan aanwijzing, hari ini adalah jadwal untuk site visit. Survey lapangan ini sebenarnya juga masih berada dalam tahapan aanwijzing. Hal ini perlu dilakukan supaya para peserta tender bisa mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kondisi lapangan dan proyek yang akan dikerjakan.

Jam delapan kurang lima belas menit gue tiba di lokasi. Sudah ada beberapa orang yang gue lihat sedang berkumpul, satu diantaranya adalah Alexa.

Gue turun dari mobil dan segera menghampiri gerombolan yang sedang asyik mengobrol. Alexa yang pertama kali menyadari kedatangan gue. Dia memberikan senyum dan gue membalasnya dengan anggukan.

"Halo, Mas," sapa bapak-bapak berkumis. Maaf, tapi gue lupa namanya karena hanya nama company yang tertera di name tag.

"Pagi, Pak," jawab gue yang dibalas anggukan dan senyuman ramah dari peserta lain.

"Pak Halim," sapa gue ke atasan yang telah berdiri di antara bapak-bapak yang lain.

"Halo, Ram." Pak Halim menepuk bahu gue. "Macet nggak tadi ke sini?"

"Yaa, biasalah, Pak." Gue membalas dengan nada bercanda.

Pak Halim hanya tertawa untuk kemudian lanjut mengobrol dengan rekannya.

Gue sedikit berbasa-basi dengan peserta lain setelah kemarin berkesempatan untuk berkenalan dan mengobrol singkat. Peserta yang ikut masih sama dengan kemarin—termasuk dari owner, perencana, dan peserta. Saat bercakap dengan seseorang, gue menyadari Alexa yang sedang berjalan mendekat.

"Jam berapa mulainya?" tanya gue entah kenapa dengan mode bisik-bisik.

Kami berdua otomatis saja sedikit menjauhkan diri kira-kira hingga percakapan kami tidak cukup jelas untuk didengar.

Alexa melihat jam di tangannya. "Delapan, sih. By the way, Ram, you okay? Lo nggak tidur apa gimana, deh?"

Gue memegang wajah, tepatnya di bawah mata. "Kenapa emang? Kelihatan banget?"

Alexa mengganguk. "Lembur?"

Gue nggak tahu harus menjawab apa. "Yaa, something similar."

Alexa mengangkat alisnya.

Iya, emang gue lembur gara-gara kepoin lo.

Nggak mungkin, kan, gue menjawab seperti itu?


--


Pulang dari meeting kemarin gue masih nggak bisa menghilangkan adegan yang terjadi di teras kantor. Selama di kantor pun beberapa kali gue teringat dan jadi nggak fokus ke pekerjaan. Alhasil gue menghabiskan waktu lebih lama dari biasanya untuk menyelesaikan pekerjaan yang biasanya gue kerjakan dengan mudah.

"Nggak pulang lo?" Adit bertanya ke gue dengan hanya memunculkan setengah badannya dari pintu.

"Pulang, tapi nanti. Belum kelar ini," jawab gue.

"Tumben. The almighty Adirama belum kelar sebelum jam kerja," cemoohnya.

Gue memutar bola mata malas. "Almighty, your ass. Gue nggak sekali dua kali lembur kali."

not an option [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang