15 | couldn't throw it away

3K 340 20
                                    

I got lucky finding you

I won big the day I came across you

'Cause when you're with me I don't feel blue

Not a day goes by that I would not redo


Alexandra

Aku sedang bersiap menyalakan mesin mobil untuk pulang ke rumah ketika ada telepon masuk dari Kak Adit. "Halo? Kak Adit? Kenapa, Kak? Gue lagi nggak sama Bella," gurauku setelah menekan tombol hijau di layar ponsel.

"Iya, gue tahu. Kan emang lagi on the way ketemu gue," timpal Kak Adit dari seberang sana.

Aku hanya memutar bola mata yang pastinya juga tidak bisa terlihat oleh Kak Adit.

"Anyway, Lex. Gue telepon cuma mau bilang, Rama tadi ada kecelakaan kecil di site. Dia —"

"Hah!" teriakku memotong penjelasan Kak Adit. "Sekarang di mana? Rumah sakit? Parah nggak, Kak?" racauku.

"Lex, Lex! Can you please calm down first?"

Aku menyela napas panjang, kemudian membuangnya terburu-buru. Kuulangi hal itu hingga perasaanku sedikit lebih tenang. "Okay, I'm fine now," ujarku pada akhirnya.

"Oke. Tadi dia nggak sengaja ketimpa besi tulangan. Nggak serius-serius banget, kok. Lo nggak usah khawatir," jelas Kak Adit.

"Terus sekarang di mana?" desakku tidak sabar.

"Di apart. Dia tadi bilang ke gue jangan bilang lo, tapi masa, ehm...pacar sendiri nggak dikasih tahu," tambah Kak Adit dengan sedikit nada mencibir di akhir.

"Ha.ha.ha." Aku mengeja tawa dengan setengah hati. "Anyway, thanks for letting me know, Kak."

"My pleasure, Lex."

Selesai menutup sambungan telepon dari Kak Adit, aku segera melajukan mobil ke arah apartemen Rama berada.

Apakah kami berpacaran kembali? Well, kalau misal kata tersebut yang paling mendekati definisi hubungan kami saat ini, then yes—we're in relationship. It's been a week since I said yes to his proposal. Kami memutuskan untuk mencobanya kembali. Aku memutuskannya. It's not hurt, at least to try.

Aku tidak mau melepaskan kesempatan yang datang kepadaku. Mungkin ini salah satu kebaikan yang Tuhan berikan, memberikan kesempatan kedua untuk menebus kesalahan telah melepaskannya dahulu.



Aku menekan bel pintu apartemen Rama. Detik berikutnya, sudah ada laki-laki berdiri di hadapanku dengan mata yang sedikit membulat—dengan masih mengenakan kemeja kerjanya.

"Alexa?" Dia memberikan muka bosan. "Adit pasti."

Aku memamerkan deretan gigi sebagai jawaban.

Rama menggeser badannya untuk mempersilakanku masuk.

"Kamu nggak pa-pa?" tanyaku ketika kami telah duduk di sofa.

"I'm fine, Lex. Cuma kecelakaan ringan biasa," jawab Rama dengan enteng.

"Udah ke dokter? Mana lihat." Aku sedikit naik di atas sofa dengan bertumpu pada lutut untuk mencondongkan badan, berniat melihat luka di bahunya.

Rama sedikit membuka kerah kemejanya, memberikan akses agar aku dapat melihatnya. "Udah kok, untungnya nggak pa-pa. Nggak ada retak atau yang lain, cuma memar aja."

not an option [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang