I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'til the day that I die
Adirama
"Menurut lo gimana, Del?"
"Menurut gue? Langsung bawa seserahan aja, sih."
Gue memutar bola mata, meskipun Adel pasti juga nggak bisa melihatnya.
Saat ini gue sedang tersambung dengan Adel lewat ponsel yang tertempel di telinga.
"Untung ini lewat telepon, sih," sarkas gue.
Adel terkekeh di seberang sana. "Easy. Lo kan dulu pernah ketemu, waktu kuliah entah jaman kapan itu. Inget-inget aja kalian pernah ngobrolin apa, kesukaan beliau apa. Itu pun kalau otak lo masih bisa inget, sih."
"Even though you're slightly not helping, thanks, Del," serah gue pada akhirnya.
"Much welcome! Kalo mentok banget ya tinggal lo bawain kue...atau martabak gitu yang mainstream," balasnya nyaring.
"Salam buat Eyon." Gue memilih untuk cepat-cepat mengakhiri percakapan ini.
"Yuhuu. Udah kangen Unclenya, nih."
Gue terkekeh. "Next weekend, ya."
"Ditunggu. Good luck cari mukanya," timpal Adel dan langsung menutup sambungan telepon.
Keinginan mengumpat gue sedikit teredam karena Adel sedikit banyak telah membantu.
"What's going on, dude?" tanya Adit yang sedetik lalu berdiri di sebelah gue dengan helm proyek di kepalanya.
"Dinner. Tonight. Alexa's place," jelas gue.
Siulan keluar dari bibir Adit. "Terus yang buat lo bingung?"
"Gue harus bawa apa?" Gue menoleh ke arahnya.
"Why don't you ask her?" Adit menaikkan kedua alis dan bahunya.
Gue membuang napas. Kemudian membuka ruang bertukar pesan gue dan Alexa.
Alexandra E: anything's fine
Alexandra E: but you didn't have to bring anything actually
Gue membawa ponsel dengan layar yang memperlihatkan chat Alexa ke hadapan Adit.
Adit hanya terkekeh sebagai respon. "Lo kan udah pernah ketemu pas kita masih kuliah. Emang nggak ngobrol apapun yang kira-kira bisa lo kasih gitu?" ujar Adit.
Gue bersedekap. "Lo sama Adel sharing satu sel otak apa gimana?"
Tawa Adit pecah. "Kan, emang cocok gue tuh sama Adel, sayang keduluan Raga."
Gue melirik Adit sinis. "Ngimpi lo."
–
"Hai," sapa Alexa sesaat setelah duduk di kursi penumpang. Ia mendaratkan kecupan singkat di pipi gue.
"Hello, Princess," jawab gue dengan senyum lebar.
"Tadi ke mana dulu emang jadinya?" tanyanya dengan kedua alis terangkat.
"Tuh." Gue menggerakkan kepala ke arah kursi belakang yang telah tergeletak bungkusan plastik.
Pandangan Alexa mengikuti arah yang gue tunjukkan, kemudian ia memberikan tatapan dengan lesung terpasang di pipi kirinya. "He's gonna like it for sure."
KAMU SEDANG MEMBACA
not an option [completed]
ChickLit"She was special to you, dude. Bukan, bukan. She is special to you." "Ngada-ada lo." "Dih! kalau nggak spesial, mana mungkin lo dulu mau digantungin satu semester. Satu semester woy! Setengah tahun!" "Lo nggak tahu? Someone wise once said, if you co...