13 | can you please lean on somebody?

2.8K 336 30
                                    

When my world is falling apart

When there's no light to break up the dark

That's when I look at you


Adirama

"Berarti sudah nggak ada masalah untuk jumlah pekerjanya, ya."

Saat ini gue sedang meeting dengan pihak sub-kontraktor dan supplier. Setelah pembangunan proyek berjalan beberapa waktu, mulai muncul beberapa hal yang perlu perhatian. Salah satunya adalah kebutuhan pekerja dan lembur, membuat rapat hari ini lumayan memakan waktu lebih lama.

Setelah selesai, gue segera kembali ke ruangan. Walaupun sebenarnya cukup tanggung karena nggak sampai lima belas menit lagi jadwal pulang kantor.

Mendekati jam pulang, gue membereskan apa yang perlu dibereskan sebelum pulang. Ponsel gue berdering, membuat sebelah alis gue terangkat.

"Iya, ada apa, Bel?" sapa gue pertama kali setelah mengangkat telepon.

"Halo, Ram?" sapanya terburu-buru. "Ram, gue minta tolong dong. Maagnya Alexa kambuh. Please, minta tolong bawa rumah sakit, ya. Bokap nyokapnya lagi di luar kota, gue juga."

Seketika gue langsung berlari keluar ruangan, mengabaikan sapaan dari beberapa orang yang gue temui. I have to go there as fast as possible.

"Gue tadi lagi telepon buat ngecek karena kemarin dia udah absen, dia bilang perutnya sakit, terus mati telepon gue."

Dengan cepat gue sudah sampai di parkiran. "Can you share the loc, Bel. Rumahnya Alexa," minta gue buru-buru.

"Wait."

Setelah pesan Bella datang, gue bergegas mengecek lokasi yang dikirimkan Bella dan menyambungkan ponsel ke mobil.

Sejak kapan Alexa punya maag? Well, it's been eight fucking year. Anything can happen. Ram.

"I'm on my way," terang gue ke Bella.

"Oke. Tolong, ya, Ram."

"Iya, Bel." Gue melajukan mobil sesegera mungkin ke daerah Pondok Indah.

"Thanks, ya. Nanti minta tolong gue kabarin, ya, Ram."

"No probs. Nanti bakal gue kabarin."

"Once again, thank you, Ram."

Sambungan telepon terputus.

Gue masih terbungkus rasa cemas hingga akhirnya sampai di lokasi berdasarkan alamat yang dikirimkan Bella. Rumah Alexa nggak ada satpam. And she's alone?!

Gue memencet bel. Nggak ada jawaban. Mengetuk pintu beberapa kali pun sama saja. Gue mencoba mengayunkan gagang pintu. Nggak terkunci.

I don't know whether I should be relieved or worried. Untungnya gue bisa masuk dengan mudah. Di sisi lain, gue khawatir karena Alexa di rumah sendirian tanpa mengunci pintu.

Maaf, ya, Om, Tante, saya masuk tanpa izin.

Gue melangkahkan kaki memasuki rumah bercat putih itu.

"Lex?" teriak gue agak kencang. Gue berjalan menaiki tangga berlapis kayu setelah melewati ruang tamu. "Lex?"

Gue menemukan ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka. Samar gue dengar suara seseorang. Segera gue memasuki ruangan tersebut. Dari barang-barang yang terpasang di sekitarnya, gue yakin ini kamar Alexa.

not an option [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang