19 | it's always been like this

2.3K 283 16
                                    

I think I've seen this film before

And I didn't like the ending


Adirama

Jam yang tersemat di tangan kiri gue telah menunjukkan pukul tujuh lebih.

"Lo beneran nggak beli apa-apa?" tanya Adit di sebelah gue.

"Iyee," jawab gue sekenanya.

Saat ini gue sedang menemani Adit untuk membeli sepatu di GI. Mungkin setan baik baru hinggap di gue hari ini, sehingga mau mengiyakan ajakan Adit. Kidding. Nggak tega juga gue kalau dia uring-uringan nggak jelas seperti beberapa hari terakhir.

"Nggak mau beliin apa gitu buat Alexa? Oh iya, emang dia ke mana?" tanyanya beruntun.

Gue melirik Adit. "Kepo banget sih lo?"

"Lo baru kenal gue?" Adit tersenyum miring.

Gue menggelengkan kepala dan membuang napas. "Dia pergi katanya, nggak tahu gue ke mana."

Salah satu alis Adit terangkat. "Tapi Bella lagi balik ke rumahnya."

Gue memutar bola mata. "She has a life, Dit. Teman dia juga nggak cuma Bella doang."

Adit mengangguk-angguk. "Whatever. Ngapain juga gue mikir relationship orang lain, punya sendiri aja ribet. Mending sekarang mikirin mau makan apa karena gue udah laper."

Tolong kalau ada yang paham bagaimana otak Adit bekerja, kasih tahu gue. Sejak masih berseragam putih biru, sampai sekarang usia tiga puluh, gue masih nggak paham. Siapa yang mulai bahas Alexa, siapa juga sekarang yang katanya nggak mau mengurusi hubungan orang.

"Pengen apa lo?" tanya gue.

Adit memasukkan tangan kanannya yang bebas ke kantong celana. "Hmm...Bakmi GM? Mau nggak lo?"

Gue menganggukkan kepala sekali. "Boleh. Naik aja kan ini?"

"Yoi." Adit menjawab dengan semangat, terlihat dengan langkahnya yang semakin cepat melaju.

Kami membelah keramaian menuju eskalator yang kebetulan nggak jauh di depan. Gue sedang sibuk berpikir menu apa yang akan dipesan, sampai penglihatan gue menemukan seseorang yang membuat otak gue beku seketika.

Tawa lebar terpasang di wajah Alexa, begitu pula dengan laki-laki di sebelahnya. Kalau gue nggak kenal dengan Alexa, mungkin gue akan berpikir mereka pasangan muda yang berpikir dunia hanya milik berdua, yang lain sewa.

Wait. Where have I seen him? He's oddly familiar.

"Dude, you okay?" Adit mengerutkan dahi, mungkin teheran dengan gue yang berhenti tiba-tiba.

Karena gue nggak segera menjawab, Adit mengedarkan pandangan ke sekeliling. Gue jamin seratus persen dia nggak akan melihat Alexa karena kali ini laki-laki itu sudah berdiri di depannya, menghalangi Alexa dari posisi kami saat ini.

"Lo pengen banget Bakmi GM?" Gue menoleh ke Adit, memilih menghiraukan pertanyaan sebelumnya.

Adit sedikit menarik kepala ke belakang. "Ee...nggak juga, sih. Kenapa?"

"Kintan aja, yok. Gue traktir," putus gue sepihak.

Tanpa menunggu jawaban dari Adit, gue langsung berbalik arah. Adit mengikuti gue tanpa bertanya lebih jauh.

Holyshit.

Akhirnya memori di otak gue mengingat siapa laki-laki tadi. Reiza?


not an option [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang