27 | what should i do to make it better?

3.2K 285 2
                                    

I swear to you I will always be there for you

There's nothin' I won't do

I promise you all my life I will live for you

We will make it through


Adirama

Black suit, black shirt, black classic Converse.

Saat ini gue telah terduduk di kursi kayu bercat putih, lengkap dengan meja yang tertutup alas warna senada. Diatasnya telah tertata rapi gelas dan piring kaca—dengan napkin merah terlipat manis di atasnya—yang diapit oleh garpu sendok. Scented candle tergeletak di pusat meja dan dikelilingi mawar putih. Tidak hanya itu, gue membawa tambahan, yaitu satu buket penuh mawar merah.

Gue sendirian. Mungkin lebih tepatnya ditemani ratusan jenis hewan laut yang berlalu lalang bebas di akuarium raksasa di samping tempat gue duduk. Yep, sekarang ini gue sedang menikmati private dining di Jakarta Aquarium. Kalaupun menikmati menggambarkan kata yang tepat, karena gue belum menikmati satu pun menu yang disuguhkan.

You think it was my idea? Nope. It was all Alexa's.

Waktu itu, gue dan Alexa seperti biasa tengah menonton film di apartemen setelah makan malam.

"You know what, Lex..."

Alexa yang sedang menyandarkan kepalanya di antara bahu dan dada gue mendongakkan kepala. "Hmm?"

"I think...it's not a bad idea...that...when I got home, there's already someone waiting for me," ujar gue. "Well," gue mengedikkan bahu, "kalau nggak lembur."

Alexa tersenyum setengah menampilkan lesungnya. Matanya menyipit ke arah gue. Sesaat setelahnya ia telah menegakkan badan, membuat rangkulan gue berpindah ke pinggangnya. "I'm kinda glad you brought something...like this up," balasnya.

Gue hanya bisa mengangkat alis sebelah, nggak mengerti apa maksudnya.

Tanpa menjelaskan terlebih dahulu, Alexa langsung mengambil ponselnya yang tergeletak di meja. Dia sedikit menggeser posisi duduk hingga berhadapan dengan gue, membuat layar ponselnya nggak terlihat.

"Check your email, please," pintanya setelah beberapa waktu.

Salah satu bibir gue tertarik ke atas. "Ini...nggak kaya yang pas kita di Bandung, kan?"

Alexa terkekeh. "Just check it first."

Akhirnya gue mengambil ponsel yang berada di sebelah milik Alexa sebelumnya dan membuka email. Setelah mengecek isi email yang Alexa kirimkan, gue langsung menatapnya dengan mata terbuka lebar dan alis terangkat tinggi. Senyum lebar terpasang di muka gue.

"I just want to initiate things," ucapnya dengan senyum terpatri di wajahnya.

Gue menariknya ke dalam pelukan. "Thanks."

"No problem at all," bisiknya. "Kamu bawa tiketnya. Aku bawa tiketnya. Kita berangkat sendiri-sendiri," ujar Alexa saat badan kami telah terpisah.

Dahi gue mengernyit. "Why?"

"Nanti kamu terpesona sama aku duluan. Biar afdol dan lengkap surprise-nya di sana nanti," elaknya.

Tawa gue pecah. "Bisa gitu? Well, I've always been awestruck by you."

Alexa menarik bibirnya menahan tawa dan mengangguk. "Lumayan, lah. Meningkat gombalannya."

not an option [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang