"jian fu!"
Teriakan keras itu lantas membuat ji ya mendengus tak suka, baru saja rasa kesalnya terobati dan kini datang masalah baru.
"bodoh, harusnya aku membunuhnya di tempat sepi. Kau sangat ceroboh ji ya!" gumam ji ya sembari menatap seorang perempuan berpakaian mewah yang menangis meratapi mayat perempuan di kaki ji ya.
"Kau iblis jahat! Kenapa kau membunuh jian fu!" teriak perempuan itu lagi, tangannya menunjuk-nunjuk ji ya dengan emosi.
Ji ya hanya diam tidak berkata apapun untuk membela dirinya sendiri, ji ya lebih memilih diam dan melihat apa saja yang terjadi.
Perempuan itu terus menangis histeris bahkan sampai mengacak-acak rambutnya sendiri, hingga ia terlihat seperti baru saja menghadapi badai.
Meskipun, keadaan sudah tampak sangat kacau. Tetapi pelayan dan prajurit yang melewati tempat itu menunjukan sikap seolah tidak ada yang janggal di tempat itu, padahal sudah sangat jelas ada mayat dengan kepala terpenggal dan seorang perempuan menangis dengan suara nyaring.
Ji ya sadar ada yang aneh, tidak ada satu pun orang yang panik melihat pemandangan mengerikan itu. Selain perempuan yang tengah menangis itu.
Hingga terdengar suara berat yang menghampiri ji ya.
"Ada apa ini?"
Dia adalah kaisar xiao, yang menatap dingin ji ya. Sedangkan ji ya hanya menatap ke arah lain dengan wajah malas.
"Chen yan, jelaskan apa yang sudah terjadi." perintah kaisar xiao yang langsung di angguki perempuan yang menangis itu.
"Yang mulia, saya melihat perempuan rendahan ini menebas selir ke-3 hingga tewas, bahkan dirinya tampak tidak perduli sedikitpun. Dia iblis jahat! Tolong beri keadilan pada selir ke-3 yang mulia!" jelas chen yan dengan wajah memelas.
"Aku memang tidak perduli" sahut ji ya sambil melenggang pergi tanpa melihat kebelakang lagi.
Bukannya marah karena salah satu selirnya mati, kaisar xiao malah tersenyum miring menatap kepergian ji ya.
Setelah ji ya tidak terlihat lagi, kaisar xiao menatap tajam ke arah mayat selirnya yang sudah tidak utuh itu.
"Prajurit, Bereskan mayat itu. Jangan sampai aku melihat setetes darahpun di istana ini." para prajurit yang mendengar perintah sang kaisar segera membereskan kekacauan itu. Namun, teriakan parau chen yan membuat kaisar xiao cukup kesal.
"Yang mulia mengapa yang mulia berbuat demikian? Seharusnya yang mulia menghukum perempuan rendahan itu! Dia telah membunuh salah satu istri anda!"
Kaisar xiao menatap chen yan dingin.
"kau pikir kau siapa? Sehingga berani memerintahku."Sontak chen yan gelagapan, baru kali ini dia di posisi serba salah begini. Niatnya hanya untuk mencari muka di depan kaisar xiao dengan bertindak seolah-olah perduli dengan semua orang di sekitarnya.
Chen yan melakukan semua itu demi mendapat perhatian kaisar xiao dan memperkuat posisinya sebagai selir ke-2 di kekaisaran ini, chen yan memang bermuka dua karena ambisinya yang besar untuk menjadi seorang permaisuri. Dia rela melakukan apa saja.
Bahkan dia menangis histeris untuk seseorang yang tidak dia sukai. Ya, chen yan tidak pernah sungguh-sungguh menangisi jian fu yang mati di tangan ji ya. Dia melakukan itu hanya agar dilihat kaisar sebagai perempuan dengan simpati besar. Licik memang, tetapi itulah yang bisa dia lakukan agar tidak gugur di medan peperangan dalam harem.
Tidak ada yang adil dalam peperangan dan cinta.
"y-yang mulia, saya tidak bermaksud demikian. Saya hanya merasa selir ke-3 mati dalam ketidakadilan." ucapnya dengan berlinang air mata. Dimata orang lain mungkin chen yan terlihat menyedihkan dengan memperjuangkan keadilan bagi sesama selir di harem kaisar. Namun, dimata kaisar yang dilakukan chen yan semuanya adalah kepalsuan.
Chen yan hanyalah lotus putih yang haus perhatian darinya. Menjijikan, batin kaisar xiao sembari menatap rendah ke arah chen yan.
"Keadilan katamu? Asal kau tahu saja, kalian hanyalah tumbal yang aku sediakan jika kutukan sialan itu kembali bangkit. Sejak awal kalian memang akan mati. Dan ya perempuan yang kau sebut perempuan rendahan itulah istriku yang sebenarnya, sedangkan kalian, hanyalah ternak yang siap di sembelih bagiku." ucap kaisar xiao tanpa perasaan.
Mata chen yan membelalak, ia benar-benar tak menyangka alasan di balik pengangkatan para selir begitu mengerikan.
Pada awalnya chen yan mengira kaisar xiao mengangkatnya sebagai selir karena jatuh cinta padanya, tapi kini dia tidak bisa berkata-kata lagi.
Pantas saja kaisar xiao selalu mengangkat sebanyak 5 selir setiap 5 tahun sekali. Bahkan para selir itu selalu meninggal dengan alasan yang beragam, mulai dari bunuh diri hingga di serang kelompok penyusup.
Tubuh chen yan bergetar dengan sendirinya, bahkan wajahnya sudah pucat pasi. Siapa yang tidak takut saat tahu dirinya akan mati mengenaskan.
Melihat selirnya yang tampak sangat ketakutan, kaisar xiao malah menyeringai dan terus menatap chen yan yang mulai memundurkan tubuhnya mencoba menjauh.
Kaisar xiao tampak sangat menikmati ketakutan di bawah chen yan yang begitu ketara. Kaisar xiao mulai melangkah mendekati chen yan, tangannya mengambil pedang seorang prajurit yang di dekatnya.
Kaisar xiao sengaja mengelus bilah pedang itu dan mulai menatap chen yan dengan bengis.
"ah bagaimana jika pedang ini menusuk tubuh indahmu itu? Bukankah itu akan semakin indah dengan darah sebagai perwarnanya."
Chen yan semakin ketakutan, bahkan mencoba berdiri dan hendak berlari. Namun, semuanya sudah terlambat.
Craassss
Pedang itu menembus perutnya, tidak sampai disitu saja. Kaisar xiao menarik pedangnya keatas sehingga pedang itu menyayat tubuh chen yan dari bawah ke atas hingga mencapai dadanya.
Darah menyembur semakin banyak, bahkan organ dalam chen yan keluar dengan sendirinya.
"khak uhuk t-toloong!"
Tubuh chen yan ambruk dengan darah sebagai alasnya di lantai.
Keadaan chen yan semakin di perparah dengan kaisar xiao menginjak perutnya yang menganga itu.
"padahal jika kau tidak bersikeras meminta ji ya istriku di hukum, mungkin kematianmu dapat di tunda." ujar kaisar xiao menatap rendah chen yan yang mulai sekarat dan kejang-kejang.
Hingga akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di tangan kaisar xiao.
Kaisar xiao melangkah pergi dari sana,
"bersihkan segera tempat ini.""baik"
*****
Dari balik tembok yang tak jauh dari sana tampak ji ya yang menatap kasihan pada chen yan. Ji ya mengakui dirinya kejam, tapi dia tidak se-psykopat kaisar xiao.
Ji ya tidak suka mendengar jeritan kesakitan, ia lebih suka memberikan kematian instan dan yang di bunuhnya tidak akan merasakan sakit lebih lama.
"Semoga kau tenang di sana." ucap ji ya sambil pergi dari sana dengan perasaan tidak nyaman.
"Aku rasa, tak lama lagi aku akan bertemu dua selir kaisar xiao yang masih hidup. Semoga mereka tidak menyulitkanku, tapi... Sepertinya ada yang bisa aku lakukan agar kaisar xiao berhenti menahanku di sini. Hahahaha kau sangat jenius ji ya."
"Sangat-sangat jenius, aku tak sabar menanti kebebasan depan mataku ini."
Bersambung.
Holla izel kembali wahai readersku tercintah...
Jadi tuh, kenapa izel upnya agak cepat padahal biasanya sebulan baru up, itu karena izel bersemangat dengan komentar kalian pastinya. Ada yang spam bahkan ada yang maksa buat up tapi itu membuat izel malah semakin bersemangat. Bahkan izel kaget melihat komentar kalian yang sangat banyak membuat izel merasa di nanti-nanti oleh kalian.
Kalau author lain biasanya akan kesal karena spam atau komentar memaksa, tapi izel beda ya.. Kalian boleh memaksa bahkan spam di kolom komentar karena izel suka pembaca yang aktif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuri Licik
Historical FictionHan ji ya seorang gadis modern yang memiliki sifat tomboy dan pemberani tiba-tiba bertransmigrasi hanya karena menggangu orang pacaran. Han ji ya bertransmigrasi ke tubuh putri yang memiliki nama yang sama dengannya.... Sang putri yang terkenal can...