35. Penerus

120 29 17
                                    

Happy reading!

SinB berjalan cepat menuju ruangan Seokjin, SinB mengetuknya cepat dan langsung masuk begitu saja. Seokjin memperhatikan SinB yang datang terburu-buru, Seokjin mengeluarkan napasnya pelan, entah apa lagi yang akan dilakukan oleh anak keduanya.

"Baginda Raja, Permaisuri sakit," ucap SinB.

"Lalu?" tanya Seokjin.

"Baginda Raja tentu harus berada di samping Permaisuri," jawab SinB.

"Katakan Raja sedang sibuk," ucap Seokjin.

Seokjin kembali menyibukkan diri, SinB menatap Seokjin dengan wajah kesal, haruskah SinB menyeret Seokjin agar ikut.

"Baginda Raja," panggil SinB.

"Eunbi, pergilah," ucap Seokjin.

SinB menghentakkan kakinya kesal, SinB marah dengan Seokjin yang tampak cuek seperti itu, Jisoo sedang sakit.

"Baginda Raja ayo temui Permaisuri, jika tidak, aku akan mengacaukan ruangan ini," teriak SinB.

"Eunbi berhenti bersikap seperti anak kecil," bentak Seokjin.

"Apa susahnya untuk Baginda Raja menemani Permaisuri, Permaisuri sedang sakit keras, bahkan Permaisuri mengatakan jika hidupnya tidak akan lama lagi." SinB sudah tak kuasa untuk menahan kesedihannya, SinB menangis di depan Seokjin, biarlah, SinB tidak malu dengan dirinya yang seperti bocah.

"Aku mohon Baginda Raja, tolong temui Permaisuri," pinta SinB.

Seokjin yang melihat tingkah SinB lantas bangkit dari kursinya dan pergi lebih dulu, SinB menghapus air matanya dengan senyum mengembang, akhirnya Seokjin mau menemui Jisoo. SinB segera menyusul kepergian Seokjin, meski dalam hati, SinB masih kesal dengan sikap Seokjin.

Seokjin dan SinB masuk ke dalam kamar Jisoo, Jisoo sedang bersama dengan Irene, Jisoo masih sama berbaring dan menutup matanya. Melihat Seokjin datang, Irene lantas memberi Seokjin ruang untuk menghampiri Jisoo, Jisoo terdiam dan tetap pada tempatnya.

"Sayang," panggil Seokjin.

Jisoo membuka matanya perlahan, Jisoo tersenyum begitu manis, melihat Seokjin Jisoo tentu mencoba untuk bangkit. Seokjin membantu Jisoo agar bisa bangkit, Jisoo memeluk Seokjin dengan erat.

"Sayang, ini sangat sakit," keluh Jisoo.

Seokjin mengusap punggung Jisoo perlahan, Jisoo lagi tersenyum, dia merindukan pelukan hangat ini. Irene dan SinB hanya berdiri dan menatap kedua orangtuanya, Irene merasa sedih, akhirnya Irene bisa melihat kedua orangtuanya seperti keluarga pada umumnya.

"Aku tidak tahan sayang," ucap Jisoo.

"Bertahanlah," ucap Seokjin.

Jisoo menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa bertahan lagi. "Sayang, terima kasih untuk semuanya, aku mencintaimu," ucap Jisoo.

"Yah, aku mencintaimu Jisoo," ucap Seokjin.

Jisoo tersenyum, matanya kembali tertutup dan badannya seketika melemah. Seokjin jelas merasakan tubuh Jisoo yang melemah begitu saja, Seokjin tak lagi mendengar suara juga napas Jisoo, Jisoo telah pergi meninggalkannya juga anak-anaknya.

"Eomma," panggil Irene.

Tak ada sahutan, ibunya telah pergi, Irene runtuh seketika, air matanya kembali mengalir deras. SinB ikut menangis, dia tentu merasa sedih melihat Jisoo telah meninggalkan mereka untuk selamanya, SinB tak lagi bisa bertemu dan berbincang dengan Jisoo.

Seokjin membaringkan Jisoo kembali, Seokjin menundukkan pandangannya, Seokjin menatap wajah tenang Jisoo. Istrinya tertidur untuk selamanya, masa-masa mereka bersama tentu terlintas dari bayangan Seokjin, Seokjin tentu tak mengeluarkan air matanya, dia berusaha tegar dan akan terus tegar.

FROM THE FUTURE (𝐬𝐢𝐧𝐤𝐨𝐨𝐤)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang