KNA - Part 9

1K 160 113
                                    

Merasakan guncangan dan deru nafas hangat dari belakang, Levi perlahan membuka kelopak matanya yang terasa berat. Ia menggerang rendah seraya memijat keningnya. Rasa ngilu di sekitar perutnya menyerbunya, tangannya reflek menyentuhnya.

Eren merasa adanya pergerakan pria raven di pelukannya, ia memperlambat pacuan kudanya.

" Jangan banyak bergerak." ucapnya.

Levi mendongak menatap Eren. Ia terkejut, mengapa dirinya bisa berada di pelukan pria tan itu? Rona tipis muncul di kedua pipinya saat hidungnya bertubrukan dengan dada bidang Eren.

" Aku sudah merasa lebih baik,"

" Kyuseishu-kun..."

" Apa?"

" B-bisakah aku merubah posisiku?"

" Kenapa." ucap Eren bingung.

" Sedikit...tidak nyaman." balas Levi seraya mengulum bibirnya sendiri. Bohong, ia sebenarnya sangat nyaman berada di pelukan pria brunette. Tetapi, saking bahagianya ia takut jika dirinya terlihat aneh di mata Eren. Jadi, ia memutuskan untuk berpindah posisi.

Saat ingin mengganti posisinya, tiba-tiba saja Eren mengangkat kedua paha Levi lalu melebarkannya hingga posisi Levi sekarang ini duduk menghadap depan, dengan Eren yang duduk di belakangnya.

" Apa begini sudah nyaman?" bisik Eren di telinga kanan Levi, membuat sang empu tersentak.

" Eren, jangan membuatku kaget. Posisi seperti ini sudah cukup baik, sekarang fokuslah pada perjalanan."

" Hm..."

" Dimana Zeke?! " ucap Levi panik, menyadari jika bocah pirang tak bersamanya.

" Dia bersama Mikasa."

" Huh syukurlah..." setelah mengecek bocah pirang itu Levi bisa bernafas lega. Sekarang ia menganggap Zeke seperti adiknya sendiri atau lebih tepatnya sebagai putra- ekhem Levi tidak ingin beranggapan seperti itu, ia menyenderkan punggungnya dengan kasar di dada bidang Eren lalu menyanyikan sebuah lagu.

Reiner yang melihat Levi sudah sadar dari pingsannya segera memacu kudanya lebih cepat agar bisa menyamai kuda milik keduanya. Berthold hanya bisa menghela nafasnya melihat dari belakang kelakuan sahabatnya jika sedang jatuh cinta.

" L-levi." panggil Reiner malu.

" Koe wa hidoku itanda, kawaita-" nyanyian Levi terhenti saat Reiner memanggilnya. Ia menoleh kearah pria pirang berkumis.

" Su-suaramu sangat indah, bolehkah kau menyanyikan lagu itu sekali lagi untukku." Reiner merasa dirinya bisa meledak kapan saja saat kedua netra abu-abu itu menatap teduh kearahnya.

Eren berdehem, ia melirik tajam Reiner.

" Sekarang bukan waktunya bernyanyi."

Levi menaruh jari telunjuknya di dagunya, " Jadi sebenarnya tidak boleh menyanyi? "

" Hm. Fokus pada tujuan." jawab Eren lalu memacu kudanya sedikit cepat hingga Reiner tertinggal cukup jauh.

" Lalu kenapa kau tadi diam saja saat aku bernyanyi?" tanya Levi.

" Aku tidak mendengar kau bernyanyi." balas Eren dingin membuat Levi berdecak kesal.

" Bagaimana, apa kau berhasil mendekati Levi." ucap Berthold seraya tertawa kecil melihat wajah Reiner yang murung.

" Eren menghalangi ku."

--------------------

" Waahh aku tak menyangka kuil Inari begitu besar." ucap Hanji, ia membenarkan kacamatanya.

Kitsune No Akuma [ EreRi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang