Red Light- 21.

244 51 5
                                    

•••

Menghilangnya jejak Red

•••

"Sakura, kau tidak akan pulang?" Gaara mengetuk pintu ruangan Sakura, pria itu membukanya dan langsung bertanya.

Sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian penyerangan yang mereka alami, karena situasi sudah aman, Sakura memutuskan untuk kembali bekerja dan Gaara kini kembali menjadi asisten pribadinya.

Gadis itu masih berkutat dengan komputer nya, ia tidak memperdulikan Gaara yang kini sudah berdiri di sampingnya sampai pria itu menghela napas panjang. Sudah dua jam Sakura lembur, seharusnya gadis itu sudah pulang.

"Sakura?"

Gadis itu tersentak kemudian menoleh pada sumber suara dengan senyum polosnya.

"Eh, sejak kapan kau di situ, Gaara?" Sakura malah balik bertanya, "Kau belum pulang?"

Gaara menepuk dahinya sendiri, "Demi Tuhan, Sakura. Kau malah bertanya kenapa aku belum pulang?"

Gadis itu hanya bisa terkekeh pelan, tentu saja Gaara belum pulang karena ia menunggu Sakura. Bagaimana mungkin Gaara membiarkan kekasihnya pulang sendirian, kan?

"Ayo, bersiaplah pulang. Selesaikan itu besok karena kau harus beristirahat."

"Sedikit lagi ya," Sakura mengangkat tangan nya, mengisyaratkan Gaara untuk menjauh, "Sedikit lagi, kau tunggu saja di luar."

Pria itu hanya bisa menghela napasnya kemudian keluar dari ruangan Sakura, mereka sudah bisa hidup normal tapi Sakura terlalu fokus dengan pekerjaan sehingga sering melupakan banyak hal.

Gaara dan Sakura sedang merencanakan sebuah pesta pertunangan yang di sarankan oleh Kakashi agar segera di laksanakan, tapi Gaara tidak mau berpikir terlalu jauh sebenarnya.

Dia seorang diri, tidak memiliki keluarga atau siapapun di sini. Keluarganya berada di luar negeri yang mana sudah lama tidak ia hubungi. Apakah mereka masih menerima jika Gaara tiba-tiba pulang, kemudian membawa Sakura ke sana?

Gaara merasa seperti manusia tidak tahu diri, merantau tanpa kabar lalu kembali tiba-tiba karena memiliki seorang pasangan.

"Hei, melamunkan apa?" Sakura sudah berada di sampingnya tanpa ia sadari, Gaara sedikit tersentak kaget.

"T-tidak ada, kau sudah selesai?" Gaara bertanya akhirnya.

Gadis itu mengangguk pelan sebagai jawaban iya, merekapun berjalan bersama menuju basement. Sakura terlihat sangat ceria, gadis itu memikirkan banyak rencana saat ini.

Setelah berkonsultasi dengan Kakashi siang ini, Sakura mendapat jawaban dan restu dari kakaknya itu. Ia menyarankan dengan segera agar Sakura meresmikan hubungan nya dengan Gaara melalui sebuah pertunangan.

Tapi Sakura bingung, harus mulai bicara dari mana dengan Gaara? Pria kaku itu saat ini bahkan mengendarai mobil tanpa bicara sepatah katapun.

Sakura menghela napasnya dengan malas, kenapa sih Gaara belum berubah? Sampai kapan Sakura harus selalu memulai segalanya?

"Banyak yang kau pikirkan, seperti nya? Hm?"

Sakura menoleh ke sumber suara, Gaara baru saja bertanya padanya dan memecah keheningan diantara mereka.

"Banyak sekali, bahkan salah satunya ada yang membuatku sangat frustasi. Aku takut dengan respon seseorang saat ini, jika saja aku mengungkapkan hal yang menggangu pikiranku sekarang."

Gaara menoleh pada Sakura sekilas, sulit untuk tidak menoleh pada Sakura padahal dirinya sedang menyetir.

"Apa itu?"

Singkat, jelas dan Sakura tau arah pertanyaan itu kemana. Gadis itu ingin sekali menepuk jidatnya, mendengar dua kata yang keluar dari mulut Gaara itu membuatnya tambah frustasi.

"Sejauh ini apa masih ada yang kau takutkan dari pekerjaan mu yang sebelumnya?" Sakura bertanya, gadis itu dengan setia memandangi Gaara sepanjang perjalanan.

"Apa aku pernah bilang padamu kalau takut sesuatu dari pekerjaan ku yang itu," Gaara malah balik bertanya dengan nada datar, "Tidak ada yang kutakutkan dari FuM."

"Lalu apa yang selalu kau cemaskan selama ini? Kau sering kali terlihat gelisah jadi aku menebak kau takut akan sesuatu..."

Gaara menghela napasnya dalam-dalam, sekilas ia menoleh pada Sakura yang masih setia memandanginya, dengan tatapan penasaran tapi terlihat penuh cinta. Bagaimana bisa seseorang menatap seperti itu? Pria itu di buat tersipu.

"Aku hanya khawatir orang yang ku cintai akan terluka dan aku takut kehilangan. Pekerjaan ku yang beresiko tinggi membuat aku tidak ingin memiliki hubungan dalam kehidupan nyata," Gaara menjelaskan.

"Bisa saja aku yang akan kehilangan atau orang tersebut yang akan kehilangan aku..."

Sakura rasanya bisa memahami perasaan Gaara, semua orang yang berkecimpung dalam dunia berbahaya seperti itu pasti memikirkan hal yang sama. Itulah jawaban dari sikap dingin Gaara pada semua orang selama ini, sikap tidak mau tahu dan tidak suka bersosialisasi karena tidak ingin ada orang lain yang masuk ke dalam kehidupannya lebih dalam.

"Tapi semua itu sudah berakhir, kan? Kau tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal lagi Gaara. Kau hanya tinggal menikmati kehidupanmu yang sudah normal saat ini."

Ya, semua mungkin sudah berakhir...

Gaara tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya.

"Aku ingin kita mengumumkan hubungan ini dalam sebuah pesta tunangan Gaara, bagaimana menurutmu?" Sakura memberanikan diri bertanya pada pria kaku itu.

Ia tidak berharap banyak tapi respon Gaara cukup mengejutkan, pria itu seperti baru saja tersengat listrik hingga menginjak rem mendadak dan mobil berhenti begitu saja membuat Sakura terkejut.

"Maksudmu?" Gaara menoleh sepenuhnya pada Sakura sekarang. "Pesta... banyak orang yang datang?"

"Hah.. tentu saja akan banyak yang datang Gaara, namanya juga pesta. Kau bisa memulai pekerjaan lain dan kita berhubungan seperti orang lain pada umumnya, dalam acara tunangan kita aku ingin memperkenalkan dirimu yang sebenarnya kepada orang-orang."

Gaara menghela napasnya berulang kali, bukannya ia tidak mau tunangan dengan Sakura, tapi saat ini ia belum terpikirkan sampai sana. ia terus memikirkan hal buruk yang bisa terjadi kapan saja pada mereka karena Red masih ada.

Ia juga tidak pernah datang ke pesta seperti itu, di penuhi banyak orang dan untuk pertama kalinya dalam hidup, Gaara akan menggunakan identitas aslinya untuk selamanya dan akan di kenal banyak orang.

"Kau sudah mempertimbangkan semuanya?" tanya Gaara.

Sakura mengangguk dengan mantap, "Aku sangat tidak sabar untuk mengumumkan bahwa kita bersama."

Gaara menghela napasnya kemudian tersenyum penuh arti pada Sakura, "Baiklah, ayo kita adakan pesta itu." Pria itu kemudian menghelus puncak kepala Sakura dengan lembut lalu kembali melajukan mobil yang mereka tumpangi.

Walaupun hatinya masih gelisah, tapi ia sudah yakin dengan keputusannya untuk melanjutkan hidup dengan normal. Menikmati hidupnya yang hanya sekali, dengan gadis yang kini menjadi bagian dalam hidupnya.

"Akan aku umumkan dengan lantang bahwa kau adalah milikku, Sakura."


TO BE CONTINUE...


Maaf ya kayaknya aku hiatus udah setahun deh wkwkwk.

RED LIGHT (GaaSaku) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang