YEAY, UP!!! 🎉
Seneng gak, up cepet? Wkwk
Lagi gabut parah soalnyaaaaa. Btw, kalian kalo gabut terus gak tau mau apa suka ngapain? Nonton film? Baca Wp? Kasih tau dong judulnya.....
Selamat membaca dan seperti biasa bintang atau komentarnya, Bestie.🙆
Love You. 😘
...__...
Begitu masuk, aku disambut oleh satu set kursi rotan yang berada di sisi kanan ruangan tanpa dikelilingi barang-barang antik seperti tempo hari aku datang ke sini. Di sudut kiri ruangan dekat dengan pintu yang mengarah ke ruang pribadi Kek Wira, ada tiga buah koper yang ditumpuk juga dua kardus bersisian terikat oleh tali rapia merah.
“Duduk.” titahnya.
Setelah berkata demikian, Kek Wira kembali ke ruang pribadi minimalis miliknya. Denting gelas terdengar seperti diambil dari tempatnya, tak lama suara sendok dan gelas menyusul seperti tengah mengaduk sesuatu dalam gelas.
Tak lama, Kek Wira keluar dengan membawa satu gelas besar teh hangat juga kue pia kacang disusun di atas piring. Dia meletakkannya di meja yang menjadi pembatas kami.
“Terima kasih.”
Kek Wira mengambil duduk, lalu menyalakan rokok yang memang sudah tersedia di meja. Dia menghirup kemudian mengembuskannya sehingga menciptakan kumpulan asap tipis disekitar tubuhnya. Sebenarnya aku kurang suka jika mengobrol atau dekat dengan seseorang yang tengah merokok. Aku tidak suka baunya.
“Kenapa tokonya tutup?” Aku membuka suara untuk memulai obrolan.
“Saya berniat menjual tempat ini.” jawabnya.
“Lalu kakek akan pindah ke mana?”
Kek Wira membuang ujung rokok yang sudah menjadi abu dengan mengetukknya ke sisi asbak. “Sepertinya ke luar kota. Saya juga berencana untuk membangun bisnis baru di sana.”
“Dua hari yang lalu ada seorang pemuda barat yang menawar toko beserta isinya. Dia memindahkan barang-barang ke tempat lain dan toko ini dia akan sewakan.” Sambungnya menjelaskan kondisi toko dan barangnya.
“Aku pikir hidup Kakek berpindah-pindah zaman juga untuk bertualang.” Kataku yang disambut tawa geli darinya.
“Apa yang mau kamu bicarakan?” tanya Kek Wira tepat sekali ke inti pembicaraan sekarang.
“Aku rasa tulisanku sudah selesai. Ya, meskipun ada beberapa bagian lagi yang harus aku tulis tapi tidak mungkin aku bisa melihatnya secara langsung seperti ini, kan?”
“hmm?”
“Bagian dia menikah dengan siapa, siapa anaknya, bagaimana kehidupan dia setelah memanangkan kontes di Holland.” Sambungku menjelaskan.
Kek Wira merubah posisi duduknya lebih tegap. Dia meletakkan rokok pilinnya di atas asbak.
“Bisa saya atur setelah kamu pulang. Sesuai janji saya, saya akan membantumu menyelesaikan tugas.”
Aku bernafas lega setidaknya untuk kebersediaan dia dalam membantuku.
“Jadi, aku bisa pulang segera?” tanyaku menyimpulkan.
Kek Wira mengagguk mantap, “Ya.”
Aku menggigit bibir cemas, sempat berpikir untuk tidak jadi menceritakan masalah pribadi padanya. Tapi, masalah ini muncul karena ulah dia juga. Karena dia membawaku ke sini, bertemu dengan Kresna dan keluarganya lalu sesuatu di luar kendalinya muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia 1920
Mystery / ThrillerTAMAT (PART MASIH LENGKAP)‼️ /// Luna Ayunda\\\ Saat itu aku sangat senang sekali. Mungkin aku adalah satu dari seribu orang yang beruntung di bumi ini karena mendapatkan hal paling ajaib semur hidupku. Bisa bertemu dengan seniman hebat jalanan di k...