A𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘰𝘣𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘩𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘱𝘪 𝘵𝘢𝘬 𝘳𝘦𝘭𝘢, 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘢𝘸𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘵𝘶𝘱𝘪 𝘭𝘶𝘬𝘢.
Sepulang dari toko buku dengan Raka tadi, Aifa menyempatkan waktu untuk membeli beberapa kebutuhan dapur yang hampir habis.
"Udah segini aja?". Tanya Raka yang melihat begitu sedikit barang yang di ambil oleh Aifa.
"Iya itu aja, yang lainnya masih ada semua". Terang Aifa kembali berjalan ke samping rak makanan instan.
"Kamu nggak mau ini ?". Tanya Raka sambil memperlihatkan brownies coklat yang ada di tangannya. Aifa menggeleng kan kepala, " kenapa ?". Tanya Raka lagi.
"Nggak papa sih, lagi nggak mau aja". Tutur Aifa membuat Raka ber oh ria.
Setelah membayar ke kasir, mereka keluar dari toko dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Tidak memakan waktu lama mereka sampai di depan rumah Aifa.
" Terimakasih Raka atas tumpangannya, maaf ya bikin repot kamu tadi". Ucap Aifa sebelum keluar dari mobil Raka.
" Nggak kok, aku malah senang bisa membantu kamu, aku juga terimakasih ya".
" Iya sama-sama, kalau begitu aku masuk rumah dulu ya". Pamit Aifa hendak membuka pintu mobil.
"Eh tunggu Ai, kamu Minggu ini nggak ada kesibukan sama sekali kan ?".
" Seperti nya tidak ada apa?". Tanya Aifa.
" Gini aku mau ngajak kamu ke suatu tempat gitu, kumpul sama teman teman aku, tapi kalau kamu nggak bisa juga nggak papa sih". Tutur Raka sangat ber hati hati takut Aifa menolak nya.
"Boleh, tapi lihat kondisi kedepannya aja ya, takutnya aku lupa ada janji lain gitu".
" Nanti aku kabarin lagi kalau jadi ya".
"Baiklah aku pamit ya assalamualaikum, hati hati dijalan ya". Aifa keluar dari mobil kemudian melambaikan tangan sebelum mobil Raka pergi dari depan rumahnya.Aifa membuka pintu rumah nya, tidak terkunci berarti Nadya sudah berada didalam. Dan benar saja Begitu pintu terbuka nampak Nadya yang sudah berdiri di depan Aifa.
"Acciieee dianter siapa tuh ? Raka ya". Goda Nadya menoleh Noel lengan Aifa.
"Apaan sih Nad".
"Oh jadi itu alasannya nggak ngajak gue pergi, taunya lagi kencan sama pak dokter". Goda Nadya lagi, ia sangat suka menggoda sahabatnya yang satu ini.
"Siapa juga sih yang kencan".
" Halah alasan aja, pajak jadian dong". Nadya menaik turunkan alisnya.
" Terserah Lo mau bilang apa gue capek mau istirahat, tuh di paper bag ada camilan Lo ambil gih".
"Pajak jadiannya nih ?".Aifa tidak membalas ucapannya Nadya, ia berlalu masuk kedalam kamar, karena jika mereka berdebat tidak akan ada habisnya.
Setelah mandi, Aifa duduk di tepi ranjang, mengeluarkan hp nya yang masih di dalam tas tadi.
" Emmm...telfon mama nggak ya ? Atau besok pagi aja ya ? Hemmm... Besok pagi ajalah". Gumam Aifa kembali meletakkan hp nya. Ia bangkit dari duduk nya dan berjalan ke meja riasnya, ia melihat dirinya sendiri di pantulan kaca. Mengenaskan sekali dirinya. Kantung mata hitam, kelopak mata yang sayu, raut wajah kurang tidur, memang dia tidak tidur semalam.
Aifa mengambil hairdryer nya untuk mengeringkan rambutnya. Sungguh panjang rambut Aifa, ia sangat merawatnya, sekaligus sangat enggan untuk memotong nya. Mungkin dia akan memotong rambut yang kurang sehat saja setiap bulannya.Setelah menggunakan body care dan segala sangkut pautnya, Aifa merebahkan tubuhnya ke kasur. Sungguh sangat rileks sekali, ia rebahan sambil scroll hp nya. Melihat dunia sosmed yang semakin maju.
"Hayoo, ngintip Ig siapa tuh ?". Aifa menoleh kebelakang, didapatinya Nadya sudah memata matainya. Hehehe
"Huhh,ngapain juga sih fa liat Ig nya ?! Jelas jelas dia itu udah nggak ada kabar sama sekali... Jangan stuck di masa lalu dong fa".
Aifa menutup ponsel nya. Ia menoleh kesamping menatap Nadya yang terus memberikan siraman rohani nya.
" Elu tuh ya harus nya sadar banyak cowok yang dekatin Lo, mereka itu nggak kalah ganteng fa sama masa lalu Lo, apalagi si Raka..huuhh kalau gue jadi Lo ya udah gue terima Raka dengan lapang dada fa, mana mau gue menyiakan berlian yang begitu berkilau kayak gitu, udah ganteng, dokter muda, berprestasi dalam semua bidang, kaya, mandiri. Uuuhhhh idaman banget tuh si dokter". Tukas Nadya panjang lebar.
" Iya dia itu berlian yang sangat berkilau nggak ada bandingannya sama gue yang hanya debu...mana mungkin Raka punya tipe yang modelan kayak gue, tipe nya Raka itu yang sepadan sama dia, contohnya nih...mungkin sesama dokter, kalau nggak gitu sepadan lah kasta nya". Jelas Aifa membuat Nadya sedikit berfikir.
" Lah emangnya si Raka udah pernah bilang gitu sama elu kalau tipe pasangannya kayak gitu ?".
"Ya nggak juga sih Nad, tapi ya...tau ah pokok nya bukan modelan kayak gue yang pasti".
"Elu mah... Buka mata Lo...Raka itu memperlakukan elo tuh spesial banget fa, gue yakin deh Raka itu suka sama Lo".
" Bilang aja Lo suka sama Raka, gue kasih deh besok Raka kalau Lo suka sama dia".
" Lah ngapa jadi gue sih, sorry ya Raka itu bukan tipe gue, noh liat pacar gue ada tiga, ya kali Raka jadi cabang gue yang ke 4, enggak lah insecure gue dekatin Raka".
"Yaudah sih kalau nggak mau". Timpal Aifa kemudian membenarkan letak bantalnya.
"Nyenyenye...mamam tuh Raka..bye gue mau tidur".
"Eh bentar deh Nad, Tesis gue udah selesai nih, masak gue besok ke kampus ?".
Seketika itu Nadya kembali membuka matanya.
"What!!! Udah selesai? Skripsi gue aja masih revisi tadi".
" Tapi besok gue harus ngisi acara dulu di salah satu project".
" Kalau gue sih mending ke kampus dulu ya, lebih cepat lebih baik gitu, jadi udah nggak ada tanggungan lagi, beres deh".
"Yaudah deh besok gue pikirin".
Nadya mengendikkan bahu nya, ia lanjut rebahan.Haaaiiiiiiiii??????
![](https://img.wattpad.com/cover/267150691-288-k553158.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Lalu
FantasíaSetiap kisah memiliki asal Setiap kisah memiliki makna Dan setiap kisah memberikan pelajaran berharga. Jangan lupa vote ya Tengkyuu readers.