Sajak Lalu

Bab 18

Pukul 11 siang, panas matahari menyengat kulit setiap inchi kulit. Setelah pulang dari rumah sakit tadi Aifa langsung bergegas ke alamat yang telah di kirimkan Alisya kepadanya.

Sesampainya di restoran, Aifa sudah disambut Alisya di pintu utama. Mereka berjalan masuk, melewati para pengunjung yang berlalu lalang di dalam restoran yang bisa dibilang sangat luas.
"Maaf ya kamu nunggu lama". Ucap Aifa merasa bersalah karena membuat Alisya menunggu nya lama.
"Iya tenang aja".
Mereka naik di lantai 2, ternyata ada banyak orang yang berada diruang tersebut.
"Loh, kok kamu nggak bilang sih". Ucap Aifa begitu melihat sekelilingnya, ada Rara, Lia, Adel dan beberapa orang lainnya.
Mereka teman Alisya semasa sekolah dulu.
"Assalamualaikum, halo semuanya". Sapa Aifa.
"Halo Arcilla, silahkan duduk". Sapa Rara memundurkan kursi untuk Aifa.
"Wahh, nggak nyangka banget bisa ketemu sama kalian". Ucap Aifa diiringi senyumannya yang khas.
"Nadya sekarang gimana ?". Tanya Lia kepada Aifa.
"Dia sekarang lagi pulang kerumah orangtuanya". Jawab Aifa.

Mereka saling bertukar cerita dan tertawa lepas, menuai kerinduan yang sudah terbendung lama.
Mereka di pertemukan untuk mencari ilmu dan di pisahkan juga untuk mencari ilmu yang lebih mendalam. Persahabatan yang selalu membawa aura positif, tidak ada yang memanfaatkan satu sama lain karena semua saling ada tanpa niatan yang jelek.
"Oh iya, congrats buat kalian yang udah selesai S2 nya". Ucap Lia.
Mereka tersenyum, hanya Lia yang tidak melanjutkan pendidikan nya di dunia perkuliahan, ia memilih untuk tetap tinggal di pondok pesantren dan akhirnya di jodoh kan dengan santri putra oleh kyai.
"Kamu juga selamat, jodohnya udah datang". Sahut Aifa dengan sedikit terkekeh.
"Kamu kan juga". Timpal Lia.
"Pokoknya entah siapa yang nikah duluan jangan lupa undang kita buat makan". Ujar Alisya dengan gelak tawa nya.
"Siap deh, jadi tamu VIP nanti".
Mereka tertawa menangkap ucapan dari Lia tersebut.