Bab 14

4 1 0
                                    


Satu minggu berlalu dengan cepat, Aifa terus dihantui pertanyaan oleh Raka, jujur ia belum siap untuk berbicara dengan keluarganya. Beberapa hari terakhir ini tokonya juga ramai pemesanan.
"Mbak ini yang pesen wallpaper dinding banyak sedangkan stok  bahan di toko sudah menipis". Ucap Rea adalah satu karyawan Aifa yang sudah lama bergabung dengannya.
"Iya ini aku mau telfon Nadya dulu, habis ini kalian belanja apa saja yang habis di toko, saya ada keperluan mendadak". Terang Aifa dan diangguki oleh Rea.

Selang 10 menit Nadya sampai di toko nya, ia membawa 2 tas dengan ukuran yang besar.
"Bawa apa ?". Tanya Aifa begitu Nadya memasuki toko.
"Gue ada barang yang nggak kepakek tapi masih bagus, kalau dimodifikasi dengan baik pasti harga jualnya juga tinggi". Terang Nadya lalu meletakkan tas yang dibawanya ke atas meja.
"Yaudah nanti biar ditangani sama tim kreatif, oh iya Rea udah nunggu di depan". Ucap Aifa memberitahu Nadya.
"Tumben Lo nyuruh gue, ada kepentingan apa Lo ?". Selidik Nadya, tidak biasanya Aifa menyuruhnya berbelanja, terkadang dia yang memaksanya untuk ikut berbelanja barang toko.
"Ada keperluan yang sangat penting". Tutur Aifa dengan gelagat yang mencurigakan.
"Kepentingan apa ?". Tanya Nadya sekali lagi.
"Nanti aja kalau udah selesai belanja Lo kerumah gue". Jawab Aifa dengan mendorong tubuh Nadya agar segera keluar menemui Rea.
"Oke nanti gue kesana, awas aja kalo Lo bohong". Teriak Nadya dengan menutup pintu keras.

Aifa kembali merapikan barang-barang yang sedikit berserakan, dibantu beberapa karyawan lainnya.
Wooden krafty milik Aifa ini sudah membuka 1 cabang di salah satu pusat kota, ia memulai bisnisnya sejak 2 tahun yang lalu bersama dengan Nadya. Setiap minggunya Aifa pergi ke toko yang ada dipusat kota untuk mengecek kinerja karyawan sekaligus memantau penghasilan tokonya.

Setelah semuanya selesai Aifa pamit pulang kepada yang lainnya, ia pulang dengan berjalan kaki karena antara rumah dan toko nya hanya berjarak 5 bangunan saja.

Ting !
Aifa merogoh sakunya, ada pesan masuk di hpnya.

Ai, udah dirumah ?
From : Raka.

Sudah, ada apa ?

Aifa menutup hpnya, ia masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya untuk menghilangkan rasa pegal di punggungnya. 3 hari yang lalu ia sudah menghubungi mamanya perihal Raka yang ingin bertamu kerumah orangtuanya, dan hari ini Raka akan berkunjung kesana. Ia sempat ragu dengan keputusan nya kemarin malam, tapi hari ini ia berubah pikiran.
Ia melihat layar handphone nya, tidak ada balasan dari Raka, mungkin dia banyak pasien hari ini. Aifa bangkit kemudian berjalan ke lemari bajunya, ia mengambil Tote bag merah yang berisi baju untuk Nadya, ia sengaja membelinya sebagai ucapan terimakasih kepada Nadya.
"Selamat siang nona Aifa". Ucap seseorang di pintu kamar.
Aifa menoleh kebelakang didapatinya Nadya yang sudah bersender di daun pintu kamarnya.
"Ceper kesini". Suruh Aifa dan Nadya hanya menuruti perintah Aifa, ia berdiri di samping Aifa melihat Tote bag yang ada di tangan Aifa.
"Itu apaan ?". Tanya Nadya penasaran.
"Buat Lo, sebagai ucapan terimakasih". Aifa menyerahkan tote bag tersebut kepada Nadya.
"Ucapan terimakasih ?". Beo Nadya sambil membuka nya.
Isinya gaun berwarna Lilac dan tas kecil berwarna hitam.
"Ya ampun bangus banget, pasti harganya mahal". Ucap Nadya mengangkat tas nya keatas.
" Nggak, kata siapa mahal ?". Tanya Aifa. " Jangan dilihat dari harganya". Lanjutnya.
Nadya masih membolak-balik tas yang ada ditangannya.
"Nad dengerin gue, Lo ikut gue pulang kerumah". Ucap Aifa membuat fokus Nadya teralihkan.
"Maksudnya pulang kerumah orangtua Lo ?". Tanya Nadya menaikkan satu alisnya.
" Iya habis ini". Jawab Aifa.
"Tumben Lo pulang ada apa ?" Tanya Nadya lagi.
"Ada acara di rumah".
Aifa berjaln kemeja hiasnya, membereskan alat make up nya.
"Acara apaan ?". Nadya sangat  penasaran.
"Nanti Lo juga tau sendiri, mandi sana habis ini kita langsung berangkat". Suruh Aifa.
"Acara apaan sih ? Nggak biasanya loh gue Lo ajak pulang kerumah orangtua Lo dadakan kayak gini". Gerutu Nadya sebelum masuk ke kamar mandi.
"Jangan lama-lama mandi nya". Ucap Aifa sebelum Nadya menutup pintu kamar mandi.
"Iya bawel". Sahut Nadya.
Aifa menyiapkan apa saja yang perlu dibawanya sore ini. Ia menarik nafas dan menghembuskan nafasnya pelan. Serasa berat hati nya mengambil keputusan ini, namun ia tidak boleh egois dengan tidak memikirkan orang lain. Ia wajib beranjak dari pikirannya tentang masa lalu yang memang tidak bisa terulang lagi.

Bismillah.
Semoga menjadi awal yang baik, amiin.


































;

Sajak LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang