Bab 17

2 0 0
                                    

Setelah menunaikan sholat subuh, Aifa melanjutkan membaca Alquran yang ada di aplikasi gadgetnya karena saat ini ia tak membawa Alquran kesayangan nya.

Di saat bersamaan itu Raka berdiri di depan pintu kamar hotel Aifa, ia hendak mengajak Aifa pulang sekarang karena hari ini ia ada meeting dengan beberapa dokter dari luar kota.
Namun keinginannya mengetuk pintu tertunda karena mendengar suara Aifa yang melantunkan Al Qur'an dengan lembut.
Raka masih setia berdiri di depan pintu kamar hotel Aifa, ia sangat menikmati suara itu.
"Permisi pak". Ucap seseorang membuat senyum Raka luntur seketika.
"Permisi, mau ngantar sarapan untuk kamar 218". Ucapnya lagi membuat Raka mundur beberapa langkah.
"Iya silahkan". Sahut Raka kemudian ia berlalu begitu saja. Ia berjalan ke kamarnya dengn perasaan dongkol.

Ai, habis sarapan kita langsung ke rumah sakit ya.

Send.

Raka menulis pesan untuk Aifa. Kemudian ia mengemasi barangnya di atas meja.

Aku udah ada di lobby nunggu kamu.

Send

Raka meraih ponselnya, ia membaca pesan yg dikirim Aifa barusan.
"Lah, gercep amat ni anak". Ucap Raka sembari meraih tas nya dan keluar dari kamar.
Ia berjalan ke lift dan turun ke lantai satu.
Di kursi tunggu nampak Aifa sedang memakan roti dengan lahap.
"Kamu belum sarapan ?". Tanya Raka begitu berdiri didepan nya.
"Ini lagi makan roti, tadi sarapan nya aku kasih ke orang lain". Ucap Aifa kemudian meneguk air putih yang dibelinya tadi.
"Yaudah kita berangkat sekarang ke rumah sakit". Ucap Raka, setelah itu mereka keluar dari hotel dan segera menuju kerumah sakit.

"Kamu nggak papa kan nunggu aku selesai meeting?". Tanya Raka memecah suasana hening yang tercipta di dalam mobil.
"Nggak lama kan meeting nya ? Aku jam 10 juga ada keperluan soalnya". Ucap Aifa.
"Nanti kalo jam 10 belum selesai, aku izin dulu untuk nganter kamu". Timpal Raka.
"Nggak perlu, aku pesan taxi aja".

" Nggak boleh lah, kan aku yang ngajak kamu, nanti sekalian aku anter kamu keluar juga". Tolak Raka.
Mereka sampai di rumah sakit, Raka memakirkan mobilnya kemudian keluar dan berjaln ke ruangannya.
"Kamu tunggu disini ya". Pesan Raka sembari mengenakan jas nya.
"Iya".

"Permisi pak, anda sudah ditunggu di ruang rapat". Ucap seorang yang berpakaian perawat sembari tersenyum ke arah Raka.
"Iya, sebentar lagi saya kesana". Ucap Raka dan diangguki oleh perawat itu.
"Dia siapa ?". Tanya Aifa begitu perawat itu menutup kembali pintu ruangan Raka.
"Namanya Widya, dia asisten baru aku, soalnya asisten aku yang dulu lagi keluar negri". Terang Raka.
"Oohh".
" Kenapa ?". Tanya Raka merasa heran dengan tanggapan Aifa barusan.
"Nggak". Jawab Aifa singkat.
Raka keluar dari ruangannya, meninggal kan Aifa sendiri.
Ia meraih ponselnya, mengetik nomor seseorang dan menelfonnya.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu". Ucap seseorang dari seberang.

"Saya ingin berbicara dengan nona Alisya, apakah bisa ?".

"Sebentar, saya panggilkan terlebih dahulu".

"Baik".

Tak begitu lama seseorang yang dinantikan Aifa menyapa nya lewat telfon.

"Halo, Arcilla kan ?".

"Iya ini aku, bagaimana kabar kamu ?".

"Alhamdulillah baik, oh iya katanya kamu udah tunangan ? Iya ?".

"Alhamdulillah, doakan saja yang terbaik".

"Bagaimana ?, Kita jadi ketemuan kan nanti ?".

"Iya aku ada waktu, jam 10 siang kan ?".

"Iya, di restoran seafood ya aku tunggu".

"Baiklah, aku tutup ya telfonnya".

"Iya terimakasih Arcilla".

Aifa menutup telfonnya, ia kembali mengingat seseorang yang dibilang Raka adalah asisten baru nya.
Aifa seperti mengenal nya, namun pikirannya tak mampu menjangkau siapa orang itu.
Ia berjalan ke meja kerja Raka, barangkali ada sesuatu yang bisa membantu nya untuk mengetahui siapa asisten baru Raka.

"Widya, bukannya dia temannya Razky ya, aku pernah liat dia dulu". Ucap Aifa dalam hati.

" Mungkin beda orang". Dangkalnya kembali menutup map yang berisikan biodata seseorang. Aifa kembali duduk di sofa yang ada di samping meja kerja Raka.
Lama kelamaan rasa kantuk menyerang Aifa. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa. Memejamkan matanya sejenak kemudian membukanya lagi.
Sungguh ia sangat mengantuk pagi ini.
Mungkin sekitar 1 jam lagi Raka menyelesaikan meeting nya.
Aifa memilih untuk tidur.

Dilain tempat Raka terus menghubungi ponsel Aifa. Ia takut Aifa kenapa napa di ruangannya. Sudah berkali-kali Raka menelfonnya namun tak ada jawaban dari Aifa.
Ia memutuskan untuk keluar dari ruang meeting setelah meminta izin kepada para dokter lainnya.
Ia berjalan keruangan nya dengan tergesa-gesa.
"Ada apa dok ?". Tanya dokter Lala begitu berpapasan dengan Raka.
"Nggak ada apa-apa". Jawab Raka kemudian melanjutkan langkahnya.
Begitu sampai di ruangan kerjanya, ia mendapati Aifa yang tertidur pulas di sofa.
"Ya Allah Ai, pantes aja di telfon berkali-kali nggak di angkat". Batin Raka, ia tersenyum melihat Aifa yang tertidur dengan pulas.
Raka duduk di kursi nya, ia memilih menunggu Aifa terbangun dengan sendirinya, mungkin dia kelelahan setelah acara kemarin.
























....

Sajak LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang