Bab 5

6 0 0
                                    

ada sabar yang tak berujung, ada sadar yang harus dijunjung mungkin mundur setelah berusaha lebih baik dibanding mundur tanpa usaha.

-Athaya



Sepeninggal pasien terakhir dari ruangannya tadi, Raka terus menerus memikirkan Aifa. Entah apa saja yang mengelilingi kepalanya. Ingin rasanya ia menghubungi Aifa kembali setelah tadi pagi ia menghubungi namun tidak ada respon sama sekali. Sungguh hatinya sudah terpaut pada sosok perempuan sederhana nan indah itu.
Arcilla Aifa Alquds, nama yang selalu ada disetiap doanya, sungguh ia meminta dan memaksa tuhan untuk menjadikan jodohnya kelak.
Cukup tidak masuk akal, namun itu lah kenyataan nya.

Coba telfon aja deh. Batin Raka kemudian meraih handphone nya kembali, ia menekan nomor Aifa. Dan panggilan pun langsung terhubung.
"Assalamualaikum, ada apa kok tumben telfon ?" Tanya Aifa dari seberang sana.
"Nggak apa-apa Ai cuma mau mastiin aja kamu baik baik saja atau nggak, hehehe"
"Oh gitu, aku lagi di kampus tadi maaf ya tadi telfon kamu aku matiin,sorry"
"Iya nggak papa kok, udah makan?"
"Ini mau cari makan sama Nadya"
"Oh yaudah deh..gitu aja ya"
"Iya aku tutup dulu ya assalamua..."
"Tunggu Ai, maaf motong salam kamu...eeee soal yang kemarin aku ajak kamu itu.."
"Iya kenapa ? Nggak jadi?".
"Eh bukan gitu jadi kok, malah nanti malam acaranya gitu, kamu tetap mau kan?"
"Emmm...nanti malam ya ?
" Iya, kamu tetap bisa kan?".
" Insyaallah bisa, aku tutup dulu ya, soalnya disini rame banget, assalamualaikum".
"Waalaikumussalam Ai".
Tuuuuttt.

Raka menghela nafasnya, ia bersorak gembira dalam hatinya. Sungguh kemenangan bagi dirinya.

Pukul satu siang, jam bertugas sudah selesai, akhirnya Raka bisa pulang lebih awal. Ia bergegas ke parkiran, segera masuk dan melajukan mobilnya ke sebuah mall untuk membeli sesuatu. Niatnya ingin membelikan baju untuk Aifa agar dikenakan malam ini.
Sesampainya di mall Raka langsung menuju toko pakaian wanita, sungguh dirinya sangat bersemangat memilih baju dan bertanya ke penjaga toko mana baju yang cocok untuk Aifa.

Setelah dua jam memilih dan memilah baju yang cocok Raka mambayar nya dikasir setelah itu ia langsung bergegas ke rumah Aifa.

Sesampainya di rumah Aifa, Raka mengetuk pintu rumah Aifa, tak lama kemudian pintu terbuka dan...

"WHAT !!!!! Gue nggak salah liat ?? Wooww...Rak - ka...elo eh maksudnya kamu ngapain kesini ?? Nyari itu eeee... siapa sih si Aifa?". Sungguh Nadya sangat shock melihat lelaki bak dewa ini muncul didepan matanya.
"Iya aku nyari Aifa, adakan ?". Tidak ada reaksi dari Nadya ia masih menatap Raka tak percaya.
"Hei..? Aifa nya adakan?".
Raka melambaikan tangannya didepan wajah Nadya. Seketika Nadya tersadar dari alam bawah sadarnya.
"Ehmm..iya ada kok ada...silahkan masuk ya..aku panggil dulu Aifa, silahkan duduk, tunggu sebentar ya".
Nadya berlari ke kamar Aifa, sedangkan Raka duduk dan mengamati interior yang ada diruang tamu milik Aifa, sangat rapi dan warna nya sungguh elegan, perpaduan yang sangat bagus.
"Hai ? Kok udah kesini ? Acaranya jadi nanti malam kan ?".
Ucap Aifa begitu melihat Raka ada diruang tamu.
"Hai". Raka tersenyum.
" Aku kesini mau ngantar ini". Lanjutnya juga menyerahkan paper bag yang dibawanya tadi.
"Apa ini ?". Tanya Aifa membolak-balik paper bag yang sudah ada ditangan nya.
"Kamu lihat aja sendiri, di pakek ya nanti malem, Kalau gitu aku pamit dulu, assalamualaikum". Pamit Raka begitu saja keluar rumah membuat Aifa menggeleng kan kepala.
"Aneh banget sih". Gumamnya kemudian tersenyum.
Sungguh Raka memang laki laki yang baik dan bertanggung jawab.
Sesampainya di kamar Aifa langsung membuka paper bag nya, ia terkejut melihat isinya, satu set pakaian yang sangat indah.
"Widihhh baju baru nih, buat dinner nanti malam, uluh uluh tuan putri nanti malam dinner bersama pangeran". Goda Nadya begitu duduk di samping Aifa.
"Tuan putri apaan deh, siapa juga yang mau dinner, gue itu perginya karena ada acara bukan dinner,kalau ngomong jangan ngasal yeeee" sahut Aifa melipat kembali bajunya.
"Ih siapa tau nanti setelah acara di ajak dinner gitu berdua di restoran mahal".
"Udah kali ngayalnya tuh beresin bekas skincare Lo, gue mau siap siap dulu".
" Iya tuan putri".

Sajak LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang