Bab 10

8 1 0
                                    




Pagi menjelang siang, Aifa baru keluar dari kamarnya. Berjalan ke ruang makan untuk mengambil minum.
"Selamat pagi".  Sapa Raka yang duduk manis di meja makan.
"Lah.....kamu kok masih disini ?". Tanya Aifa heran.
"Kenapa ? Aku nunggu kamu bangun, nih aku beli bubur buat kamu". Ucap Raka menyodorkan semangkuk bubur yang dibelinya tadi.
Seketika Aifa merasakan mual dan ingin muntah, ia menutup mulutnya.
"Jauhkan makanan itu, aku nggak suka". Ucap Aifa.
Raka mengernyitkan dahi, ia merasa aneh dengan Aifa.
"Buang". Ucap Aifa yang melihat Raka masih diam.

Raka menjauh kan mangkuk bubur dari hadapan Aifa, ia mengambil segelas air putih lalu memberikannya kepada Aifa.

"Kamu nggak suka bubur?". Tanya Raka.
"Aku eneg dan ingin muntah kalau lihat ada bubur apaagi memakannya". Jelas Aifa membuat Raka heran.
"Yaudah kalau gitu ayo keluar cari makan". Ajak Raka.
"Kamu nggak kerja ?". Tanya Aifa sebelum bangkit dari duduknya.
"Nggak, aku ambil cuti tiga hari".

"Ohhhh....aku siap siap dulu".
Aifa pergi ke kamarnya untuk bersiap siap. Tak memakan waktu lama mereka pergi keluar mencari makanan yang pas untuk suasana pagi menjelang siang seperti ini.
Mereka pergi ke salah satu rumah makan yang terletak di pusat kota.

"Mau makan apa?". Tanya Raka yang memegang buku menunya.
"Samain aja". Jawab Aifa.

"Kamu ada urusan apa ? Tumben ambil cuti sampai tiga hari ?". Tanya Aifa.
" Nggak ada urusan yang penting, cuma mau jaga in kamu". Jawaban Raka membuat Aifa memicingkan matanya.

Tak lama kemudian makanan yang mereka pesan sudah datang.
"Selamat menikmati". Ucap pelayan itu kemudian berlalu, mereka makan dengan keheningan masing-masing.

Selesai makan, Raka mengajak Aifa ke cafe disalah satu mall yang masih diarea pusat kota.
Tujuannya hanya untuk merefresh pikiran saja karena mereka sudah kenyang.

Sampai di lantai 5 dan masuk ke dalam cafe, mereka memilih tempat paling samping.
"Ngapain ke cafe?". Ucap Aifa.
"Menikmati orang yang berlalu lalang dari atas sini".

Aifa mengamati sekitar, cafe ini di penuhi pengunjung namun suasananya sangat tentram di tambah alunan musik yang nyaman di dengar, membuat mereka fokus terhadap kegiatan nya masing-masing.
Raka sangat fokus terhadap ponselnya sedari tadi membuat Aifa sedikit jenuh. Ia berjalan ketepian dinding yang setengahnya terbuat dari kaca, ia memandangi suasana kota yang ramai dan para pengunjung mall yang tidak pernah sepi. Mall kota ini sangat ramai pengunjung mereka selalu menyempatkan waktu untuk pergi kesini.

Raka tersenyum melihat ke arah Aifa, ia tidak menyangka dengan dirinya sendiri yang bisa sedekat ini dengan Aifa, ia merasa sangat beruntung bisa berteman dengan Aifa yang notabe nya terlalu sulit untuk didekati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka tersenyum melihat ke arah Aifa, ia tidak menyangka dengan dirinya sendiri yang bisa sedekat ini dengan Aifa, ia merasa sangat beruntung bisa berteman dengan Aifa yang notabe nya terlalu sulit untuk didekati. Ingin sekali ia mengungkapkan rasa hati nya dan segera menghalalkan nya, namun nyali nya belum cukup untuk mendengar penolakan dari Aifa, bisa sedekat ini saja ia sangat bersyukur apalagi jika bisa mendapatkan hati Aifa sepenuhnya.

" Ai, kalau boleh tau kamu ingin menikah pada umur berapa ?". Tanya Raka iseng, ia berharap Aifa memberikan jawaban.
"Emmm.....kalau jodoh aku udah ada". Jawab Aifa.
"Emang jodoh kamu siapa?". Tanya Raka lagi.
"Seseorang yang sudah tercatat di Lauhul Mahfudz ku". Jawab Aifa dengan mantap.
"Kalau seumpama dalam waktu yang dekat ini ada seseorang yang ingin mengajak kamu ke jenjang yang lebih serius kamu  menerimanya atau tidak ? Atau harus ada kriteria pribadi dari kamu ?". 
Aifa melirik Raka. Sangat aneh tiba tiba seorang Raka bertanya seperti itu kepadanya.
" Kalau aku pribadi sih kriteria jodoh itu ya seperti jodoh aku kelak". Jawab Aifa kemudian tersenyum.
"Maksudnya ?".

"Ya kamu lihat aja besok seperti apa jodoh aku, yang utama itu memohon petunjuk Deli kepada Allah, kalau itu memang jodoh pasti di permudah jalannya dan begitu pula sebaliknya". 
Raka tersenyum mendengarkan penuturan Aifa, ia sangat kagum dengan sosok yang ada di depannya saat ini.
"Kenapa sih tanya kayak gitu ?". Tanya Aifa saat melihat Raka senyum dengan sendirinya.
"Kamu lagi jatuh cinta ya". Tebak Aifa menunjuk ke arah Raka.
"Iya, aku lagi jatuh cinta dan sekarang aku ingin memperjuangkan dia untuk bisa menjadi pendamping hidup aku selamanya". Terang Raka.
"Beneran ? Ya Allah beruntung banget ya perempuan itu bisa mendapatkan kamu, seorang Raka dengan segala kesuksesan nya di masa muda".

Iya Ai, itu kamu, perempuan itu kamu Ai, Arcilla Aifa Alquds. Batin Raka sangat mendalam.

" Kalaupun perempuan itu mau, bukan dia yang beruntung tapi aku yang sangat sangat beruntung mendapat kan berlian sebening dan seindah dirinya". Ucap Raka, pandangannya jauh ke arah depan.
"Perempuan itu sangat baik hati, ramah, nggak banyak tingkah, cantiknya melebihi bidadari surga, insyaallah dunia dan akhiratnya sudah terjamin, tapi dia sedikit egois dan keras kepala". Ucap Raka menyebutkan semua apa yang di tangkapnya selama ini.
" Yang terpenting itu seberapa besar usaha dan doa kamu untuk mendapatkan perempuan tersebut, semoga berhasil ya, jangan lupa nanti aku di undang". Ucap Aifa mengakhiri perkataan nya.

Perempuan itu sekarang ada di depan aku Ai....






...........
















...







Sajak LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang