Hari ini, Aifa sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit dan Devano sendiri yang akan mengantarnya pulang sesuai keinginan dari Aifa.
"Jaga kesehatan ya, jangan lupa makan, aku usahakan setiap mau berangkat ke rumah sakit ke rumah kamu dulu". Ucap Raka sebelum Aifa masuk ke dalam mobil Devano.
"Iya, makasih". Jawab Aifa.
" Gue jalan dulu ya". Ucap Devano berjalan masuk ke dalam mobil.
Begitu mobil Devano keluar dari parkiran rumah sakit Raka kembali keruangan kerjanya.Selang waktu 5 menit, mobil Devano memasuki halaman rumah Aifa. Mereka turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah.
" Ini rumah kamu sendiri ? Kenapa nggak sama orang tua kamu aja ?". Tanya Devano.
" Iya ini rumah aku, dan untuk alasannya aku ingin hidup mandiri". Jawab Aifa kemudian mempersilahkan Devano untuk duduk.
"Dimana sahabat kamu itu ?". Tanya Devano setelah memperhatikan keadaan rumah yang sunyi.
" Mungkin dirumahnya, tapi Nadya sering kesini". Terang Aifa.
"Kalau gitu aku pulang dulu ya, jaga kesehatan". Ucap Devano seraya berdiri.
"Iya hati - hati dijalan, terimakasih Dev".Devano keluar dari rumah Aifa. Keadaan kembali sunyi, ia berjalan ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya.
Bayangan kejadian beberapa Minggu di restoran itu masih sangat terlihat jelas, Aifa kembali teringat ucapan Sarah waktu itu.
"Razky, kamu beneran ninggalin aku ?". Tanya Aifa, namun tidak ada yang menjawabnya.
Aifa mengusap air matanya, ia tak boleh menangis, Aifa bangkit dari tidurnya dan berjalan ke meja belajar nya mengambil foto yang terpajang di samping lampu belajar, ada sosok Razky yang tersenyum melihatnya, dan ada setetes air mata yang mengalir di pipi Aifa.
"Andaikan dulu aku pintar, nggak jelek, terus berpendidikan, nggak manja dan andaikan dulu aku dari kalangan orang kaya pasti orang tua kamu nggak emosi kalau ketemu aku". Gumam Aifa mengusap foto Razky yang sedang tersenyum.
"Tapi mama kamu baik kok memberi waktu untuk aku bisa menjadi seseorang yang layak untuk bisa bersanding sama kamu". Aifa tersenyum mengingat ucapan mamanya Razky waktu itu.
"Aku udah mandiri Razky, aku udah selesai pendidikan aku, aku udah punya usaha sendiri, aku udah nggak minta uang orangtuaku lagi.....tapi kamu jahat ninggalin aku sendiri". Aifa menjatuhkan dirinya ke lantai.
"Aku mau kamu kembali....aku sendirian disini". Gumam Aifa.
Ia berdiri dan kembali ke tempat tidurnya menarik selimut nya dan meringkuk menutupi wajah dengan lengannya.Pukul 7 malam, Raka mengemasi barangnya dan merapikan kembali meja kerja nya. Ia bergegas ke mobilnya karena niatnya malam ini ia akan mampir ke rumah Aifa sebentar untuk memeriksa keadaannya. Tak butuh waktu lama karena memang jarak rumah sakit dan rumah Aifa dekat. Raka turun dari mobilnya, rumah Aifa terlihat sepi, lampu depan rumah mati dan sepertinya lampu yang ada di ruang tamu juga dengan keadaan mati.
"Katanya Devano Aifa tadi minta pulang kerumahnya sendiri, tapi kok rumahnya gelap ya". Gumam Raka berjalan ke pintu utama rumah Aifa.Raka sudah mengeru pintu beberapa kali namun tidak ada respon sama sekali, kemudian Raka memberanikan diri untuk membuka pintu dan ternyata dalam keadaan tidak terkunci. Raka segera masuk kedalam rumah dan menyalakan lampu, perasaannya tidak enak, ia segera mencari kamar Aifa, karena memang ada beberapa ruangan di rumah Aifa, dan Raka tidak mengetahui dimana letak kamar Aifa. Ia membuka semua ruangan dan sampai pada ruangan yang paling ujung dengan keadaan terlihat lampu kamar yang menyala, Raka memberanikan diri untuk masuk ke ruangan tersebut, dan benar saja ada tubuh yang terbaring di atas tempat tidur dengan selimut yang menutupi sebagian tubuh.
Raka berjalan mendekat ke arah tempat tidur.Raka mencoba membuka tangan Aifa yang menutupi wajahnya.
"Astaga Ai,".
Raka terkejut melihat wajah Aifa yang pucat pasi dengan suhu tubuh yang sangat dingin.
"Ai, bangun". Ucap Raka menepuk pipi Aifa, namun tak ada respon, ia mematikan AC yang ada di kamar Aifa, kemudian Raka keluar dari kamar Aifa ia mengambil tas nya dari mobil dan segera kembali ke kamar Aifa.
Raka memeriksa keadaan Aifa dan menyuntikkan cairan ke lengannya.
Raka kembali duduk di samping Aifa, suhu tubuhnya sudah kembali normal namun belum sadarkan diri.Satu jam telah berlalu, Rak tetap pada posisinya di samping Aifa, jika Aifa belum sadarkan diri juga dengan terpaksa ia akan membawa Aifa kembali ke rumah sakit. Namun beberapa detik setelah nya, Aifa perlahan membuka matanya.
" Pusing..." Rintih Aifa memegangi kepalanya.
Dengan sigap Raka membantu Aifa untuk duduk.
"Syukurlah kamu udah sadarkan diri". Ucap Raka tersenyum.
" Kamu ngapain disini ?". Tanya Aifa lemah karena memang kepalanya masih pusing.
"Maaf, aku lancang masuk ke kamar kamu, aku tadi lihat kamu pucet banget, kamu habis ngapain ? Mata kamu sampai sembab kayak gitu". Tanya Raka memperhatikan wajah Aifa yang ada di depan nya.
"Aku.....aku nggak kenapa Napa kok". Ucap Aifa, tidak mungkin ia bercerita atas kejadian tadi siang setelah pulang dari rumah sakit.
"Kamu jangan memikirkan hal - hal yang nggak penting, apalagi sampai membuat kamu sakit, ingat kamu itu belum sepenuhnya sembuh". Terang Raka dengan mata sayu nya, kalau boleh jujur dirinya sangat capek, pasien nya sangat banyak hari ini.
"Oke, terimakasih". Ucap Aifa menanggapi perkataan Raka.
"Udah malem banget kamu pulang gih". Sambungnya.
"Nggak, aku nemenin kamu malam ini"."Nggak baik Raka, kita bukan siapa-siapa". Ucap Aifa lagi.
"Kalau aku pulang, siapa yang menjamin kejadian tadi tidak terulang lagi".
Aifa terdiam ia merasa di skakmat oleh Aifa.
"Tapikan.....""Tapi apa ? Disini nggak ada orang lain selain kamu, kalau kamu kenapa napa siapa yang akan nolongin ?, nggak ada Ai, aku nggak ada niat apapun, aku cuma mau kamu istirahat malam ini dengan baik, aku cuma mau besok pagi kamu bangun dengan keadaan baik baik saja, tidak seperti tadi". Terang Raka.
"Oke... Terserah kamu, disamping kamar aku ada ruangan kosong, kamu bersihin dulu baru istirahat, ini udah jam 10 malam".Raka berdiri dari duduknya, kemudian keluar dari kamar Aifa, dengan cepat Aifa berdiri kemudian berlari mengunci pintu kamar nya.
Ia berjalan ke cermin rias nya, ia melihat matanya yang sembab, dan....
"Astaga, dari tadi gue nggak pakai jilbab ? ada Raka di kamar gue ?". Aifa membuang nafasnya kasar. " Bodoh banget sih". Lanjutnya dengan memukul kepalanya sendiri, "aawsss,,,sakit"........
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Lalu
FantasySetiap kisah memiliki asal Setiap kisah memiliki makna Dan setiap kisah memberikan pelajaran berharga. Jangan lupa vote ya Tengkyuu readers.