Setiap perjuangan memiliki kisah manis dan pahitnya tersendiri.
-Athaya.
Hari ini tepat satu Minggu Aifa di rumah sakit, Nadya kembali menjenguknya karena kesibukannya di kampus sudah selesai. Semakin hari keadaan Aifa juga semakin meningkat.
"Ini obatnya yang baru ya Ai, jangan lupa diminum". Ucap Raka setelah memeriksa kondisi Aifa. Yaps, Aifa sudah mau bertemu dengan Raka bahkan teman - temannya juga sudah menjenguk Aifa dan diterima dengan baik olenya.
"Iya". Jawab Aifa membolak balikan beberapa obat yang berbentuk tablet.
"Ini semua harus di minum ?". Tanya Aifa tanpa melihat Raka yang ada di depannya.
"Iya Ai, itu udah ada dosis yang pas buat kamu". Terang Raka lagi.
"Nggak ada gitu obat yang tidak berbentuk seperti ini ?".
Raka mengernyitkan dahinya, apa yang dimaksud Aifa ?.
"Maksudnya itu kayak cairan yang langsung di suntikkan di tubuh gitu nggak ada ?".
Tanya Aifa mencoba memperjelas perkataan nya sebelumnya.
"Aku nggak suka minum obat, kadang aku juga lupa, kalau aku harus minum obat".
Raka menghela nafasnya,
"Kalau gitu aku tulis dulu ya resep nya, nanti aku kembali kesini lagi". Ucap Raka sebelum keluar dari kamar inap Aifa.Sepeninggal Raka dari ruangan nya, Aifa turun dari bed rest nya. Mencari ponselnya yang entah kemana beberapa hari ini.
"Dimana ya handphone ku kok nggak ada, udah berapa hari aku nggak megang ponsel...aduhh aku mau menghubungi Devano". Gerutu Aifa masih sibuk mencari ponselnya. Sedangkan Raka sudah berada di belakangnya.
"Nyari apa ?". Tanya Raka secara tiba-tiba, Aifa tersentak kaget dan membuat tiang penyangga infus nya ambruk. "Astaga !!! Aifa..". Dengan sigap Raka langsung membopong tubuh Aifa ke atas bed rest nya.
"Awss..sakit". Rintih Aifa memegang tangannya yang di infus.
"Darahnya naik, kamu diam dulu jangan banyak gerak". Perintah Raka dan Aifa hanya menurut saja.
Raka dengan telaten membenarkan infus yang ada di tangan Aifa.
"Udah nggak nyeri kan ?".
Aifa menggeleng.
"Kamu nyari apa tadi ?". Tanya Raka begitu Aifa sudah tenang.
"Devano nggak kesini ?". Tanya Aifa balik.Lah malah tanya balik ni anak. Batin Raka kemudian tersenyum.
"Devano mungkin masih sibuk Ai, nanti kalau dia udah nggak sibuk pasti dia kesini". Terang Raka.
"Terus hp aku mana?". Tanya Aifa lagi ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Belum sempat Raka menjawab pertanyaan dari Aifa, Nadya masuk ke dalam kamar inap dengan membawa beberapa makanan dari luar.
"Assalamualaikum wahai makhluk hidup". Ucap Nadya dengan merentangkan kedua tangannya ke atas."Waalaikumussalam". Jawab Raka.
"Huhuhu, gue kangen sama Lo". Ucap Nadya memeluk Aifa.
"Bawa makanan apa ?". Tanya Aifa masih setia memeluk Nadya.
"Banyak buat kita mukbang malam ini...yeeeee akhirnya kita bisa makan bersama lagi". Ucap Nadya dengan mimik wajah yang selalu penuh drama.
"Ehhemm, aku pamit dulu". Ucap Raka keluar dari ruangan.
Ia berjalan dari lorong kelorong, suasana nya tenang karena memang hanya sedikit pasien yang ada di rumah sakit sebesar ini.
Raka tiba di taman belakang rumah sakit tepat nya di samping ruangannya sendiri.
Tiba tiba saja ada yang menepuk pundaknya dari belakang.
"Woyy, ngapain sendirian di sini, gue cari di ruangan Lo malah kagak ada orang"."Weehhh, tumben kesini ?". Tanya Raka menggeser posisi duduknya agar Devano bisa duduk juga.
"Kan gue udah janji mau kesini". Timpal Devano menepuk pundak Raka.
"Tadi dia nyariin Lo ". Ucap Raka yang pasti sudah sangat di pahami oleh Devano.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Lalu
FantasySetiap kisah memiliki asal Setiap kisah memiliki makna Dan setiap kisah memberikan pelajaran berharga. Jangan lupa vote ya Tengkyuu readers.