Siang ini Raka berada di kantor Devano, ia sedang meminta pendapat atas niatannya untuk mendekati Aifa.
"Gue cuma mau berpesan sama Lo, Cilla itu nggak gampang jatuh cinta dan nggak mudah langsung bisa ngasih perhatian sama orang lain, kecuali dia duluan yang punya rasa. Jadi kalo Lo mau ngedeketin Cilla apalagi Lo mau ngajak ke jenjang yang lebih serius ya Lo harus bener bener berjuang, kalo seumpama Cilla nolak Lo kan, jangan nyerah dulu, tambah lagi usaha untuk deketin." Terang Devano yang diangguki oleh Raka.
" Terus setelah itu ?". Tanya Raka.
" Ya kalo dia langsung nerima Lo.... Alhamdulillah aja, karena Cilla itu tipe yang melihat perjuangan dan ketulusan, simpel sih tapi sedikit susah.....kalau nggak gitu Lo langsung aja kerumah orangtuanya".Raka mendengarnya begitu serius membuat Devano tertawa.
"Santai aja kali, deg deg an amat". Ucap Devano menepuk pundak Raka."Kalau gue langsung ke rumah orangtuanya gimana ?". Tanya Raka.
" Ya terserah Lo aja". Jawab Devano santai.
" Yaudah deh gue langsung kerumah orangtuanya"." Hah!!, Lo serius ?!!". Tanya Devano memastikan pendengaran nya.
"Gue nggak terlalu yakin dia bakal nerima gue secara langsung"."Elo udah putus asa aja, belom di mulai". Ucap Devano tertawa kecil.
"Gimana ya ? Besok deh gue coba ngomong ke dia"." Nah gitu dong, usaha dulu ngedeketin Cilla, nanti gue kirim alamatnya, gue dulu pernah kesana sama Razky".
"Ngapain ?". Tanya Raka penasaran.
"Cuma main kerumah aja". Jawab Devano.
"Terus orangtuanya gimana ?". Tanya Raka semakin penasaran.
" Orangtuanya Cilla itu baik, ramah, tapi ya gitu mereka jarang ada di rumah, banyak keluarnya, dan itu salah satu alasan mengapa Cilla nggak tinggal bersama orangtuanya, dia lebih milih hidup sendiri dan belajar mandiri". Terang Devano."Terus kalau gue ketemu orangtuanya langsung gue harus bilang apa ?". Tanya Raka.
" Nah itu dia, sebaiknya Lo bicara dulu deh sama Cilla, jangan asal- asalan, dibicarakan dulu baik baik". Ucap Devano.Setelah dari kantor Devano Raka memutuskan untuk pulang kerumah daripada kerumah sakit.
Ia memakirkan mobilnya di garasi kemudian masuk kedalam rumah nya.
" Selamat siang sayang". Sapa seorang perempuan paruh baya yang sedang duduk di depan televisi.
"Mama..". Ucap Raka sembari menyalami punggung tangan mamanya.
"Ini anak siapa ma ?". Tanya Raka begitu melihat anak kecil yang tertidur di sofa samping mamanya.
" Ini Alta sayang anak nya Tante Maya". Terang mamanya.
" Terus ngapain disini ?". Tanya Raka lagi.
"Kan kamu tau kalau Alta itu anak yang tidak di inginkan oleh suami Tante Maya, kamu tega anak sekecil ini di bunuh oleh orangtuanya sendiri ?". Perkataan mamanya sangat menohok bagi Raka.
" Tapi kenapa harus mama yang ngasuh ? Dimana keluarganya ? Mama itu terlalu baik, mama lupa perbuatan seperti apa yang dilakukan oleh suaminya Tante Maya ? Ma....bukannya Raka nggak mampu tapi Raka itu kasihan sama mama..." Ucap Raka frustasi, mamanya memang tidak pernah membenci orang-orang yang telah mencelakainya, bahkan perlakuan papanya dulu sangat di maklumi oleh mamanya." Maka dari itu Raka, kamu secepatnya nyari calon istri biar mama punya teman untuk ngasuh Alta". Ucap mamanya dengan halus.
" Iya ma, ini lagi berusaha". Ucap Raka meraup wajahnya kasar.
"Raka istirahat dulu ya". Tambahnya kemudian berlalu dari ruang tamu.Di dalam kamar Raka merebahkan tubuhnya dengan rileks. Ia harus secepatnya bertemu dengan Aifa, tapi bagaimana mengajaknya bertemu. Entah saat ini Raka bingung memikirkan caranya, padahal hampir setiap saat jika ia ingin bertemu dengan Aifa pasti langsung mengabarinya.
Arghh!!! Raka memukul tempat tidurnya.
"Raka sayang, mama masuk ya". Raka bangkit dari tidurnya, ia berjalan kearah pintu. Didapatinya Alta yang tengah tersenyum kepadanya.
"Ada apa ma ?". Tanya Raka setelah mempersilahkan mamanya masuk kedalam kamar.
"Mama mau keluar bentar titip Alta ya, kalau dia haus susunya udah mama siapin di meja makan". Terang mama membuat Raka jantungan.
"Raka capek ma, mau istirahat". Ia melihat Alta yang terus menerus tersenyum kepadanya.
"Sebentar sayang nggak lama".
"Oke, tapi ma..." Raka menggantungkan perkataannya.
" Tapi apa ?". Tanya mamanya penasaran.
"Alta aku ajak keluar bolehkan ?". Tanya Raka.
"Boleh, emang mau kemana ?"." Jalan-jalan aja sih, suntuk dirumah". Terang Raka dan diangguki oleh mamanya.
" Jangan lupa pakaikan jaket untuk Alta". Pesan mamanya sebelum keluar kamar.
"Iya ma".
Raka membaringkan Alta di tempat tidurnya. Matanya fokus ke lengan Alta yang sedikit lebam, Raka mengelusnya pelan membuat Alta merasa tidak nyaman dan menangis.
"Sakit ya, cup...cup...orangtua kamu nggak jahat, cuma belum bisa menerima kamu lahir kedunia ini". Raka mengelus puncak kepala Alta.Bayi yang baru berumur 5 bulan, yang pada hakikatnya tidak memiliki kesalahan apapun harus menerima kekejaman dari ayah kandungnya sendiri.
Beruntungnya 1 minggu yang lalu mamanya membawa Alta pergi dari rumah Tante Maya. Jika tidak mungkin saat ini Alta sudah tidak ada di dunia ini....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Lalu
FantasiSetiap kisah memiliki asal Setiap kisah memiliki makna Dan setiap kisah memberikan pelajaran berharga. Jangan lupa vote ya Tengkyuu readers.