Bab 6

5 0 0
                                    

Kringgg !!! Kringgg !!

Pukul 8 pagi, alarm berbunyi sangat keras, namun sosok yang ada di balik selimut tak bergerak sedikitpun, sampai seorang wanita paruh baya masuk kedalam kamar tersebut dan mencoba membangunkan nya.

"Den udah jam 8, bangun den". Ucap wanita tersebut.
Tak lama kemudian sedikit demi sedikit matanya mulai terbuka.
"Jam berapa buk sekarang ?". Tanya nya dengan suara khas bangun tidur.
"Jam 8 den, waktunya berangkat ke rumah sakit den, setelah mandi nanti den Raka turun ya, udah ibuk siapin sarapannya". Terang wanita tersebut kemudian berlalu dari kamar.
"Arrgghh!! Ngantuk banget gue". Teriak nya mengacak rambutnya.

Segera ia bergegas ke kamar mandi dan setelah itu sarapan dan berangkat kerja. Setelah rapi dan wangi Raka keluar dari kamarnya, berjalan ke ruang makan.
"Silahkan den sarapannya".
"Iya buk".
Raka menikmati menu sarapannya pagi ini. Ia tidak peduli dengan jam yang sekarang pukul 9, toh dia bekerja di rumah sakit nya sendiri.
"Tadi nyonya ninggalin pesan buat den Raka katanya nyonya ke luar kota selama tiga hari den".
"Iya buk".
Setelah sarapan, Raka langsung bergegas menuju rumah sakit karena mendapat telfon darurat.

Begitu sampai di rumah sakit ia melihat sosok yang tidak asing di matanya.
Ia berjalan dengan cepat menuju ruangannya.
"Selamat siang pak, jadwal hari ini ada pasien baru, masih berada di IGD dan sudah sadarkan diri". Ucap perawat yang baru saja memasuki ruangan Raka kemudian keluar lagi.

Raka menggunakan baju dinasnya kemudian menyusuri lorong menuju IGD.
"Mari pak saya antar". Ucap perawat yang membuntuti Raka kemudian mendahului nya memasuki ruangan pemeriksaan.
"Selamat pagi, dokter nya sudah sampai, kami periksa dulu ya mbak". Ucap perawat itu.
"Aifa ?" Ucap Raka begitu melihat pasiennya, namun yang di tatap tidak melihatnya sedikitpun.
"Keluhan sebelumnya seperti apa ?". Tanya Raka mencoba memegang tangan Aifa untuk mengecek nadi nya, namun dengan cepat Aifa menepis nya.
"Tadi pagi dia tuh panas banget badannya, terus dia juga menggigil kedinginan". Terang Nadya yang berada di samping Aifa.
" Aku periksa dulu ya". Ucap Raka.
"Aku nggak mau". Timpal Aifa begitu lirih.
"Ai..pliss ini demi kesehatan kamu". Ucap Raka lagi berusaha membujuk Aifa.
"Aku nggak mau". Jawabannya tetap saja seperti itu.
"Fa ayo lah kamu itu sakit, biar Raka periksa dulu ya". Bujuk Nadya juga.
"AKU NGGAK MAU NAD !!". Bentak Aifa membuat seluruh nya terdiam. Raka mundur beberapa langkah ia tahu Aifa masih marah kepada nya.
" Dokter Lala sudah datang ?". Tanya Raka kepada salah satu perawat yang ada di ruangan tersebut.
"Sudah dok."
"Panggilkan dokter Lala untuk segera ke ruang IGD, secepatnya dan setelah itu bawa hasil pemeriksaan nya ke ruangan saya".
"Baik dok".
Raka berlalu dari ruangan itu. Ia membuang nafasnya kasar.
Ia berjalan menuju ruangannya.

Sedangkan Nadya diam tak berkutik, dia tidak pernah melihat Aifa semarah ini, dan ia juga tidak pernah di bentak Aifa selama ini.

Raka berjalan ke arah dapur rumah sakit, meminta kopi untuk di bawa ke ruangannya.
Raka belum pernah melihat Aifa se marah dan se menderita itu.
Apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu nya.

Tok..tok..
" Permisi dok, ini laporan pemeriksaan pasien atas nama Aifa". Ucap dokter Lala menyerahkan beberapa berkas ke hadapan Raka.
"Depresi ?". Tanya Raka tidak percaya.
" Iya dok, pasien atas nama Aifa memiliki penyakit depresi sejak lama, jadi jika satu waktu pasien merasa tertekan otomatis seluruh tubuh nya akan merespon dan itu membuat daya tahan tubuhnya melemah secara drastis". Jelas dokter Lala.
"Baiklah dok terimakasih".
Dokter Lala mengangukkan kepala kemudian undur diri dari ruangan tersebut.

Raka berpikir keras, apa ada hubungannya dengan kematian Razky ??
Siapa Aifa sebenarnya ??
Mengapa Sarah bisa mengetahui semua nya ??

Sedangkan di ruang inap melati, Aifa belum sadarkan diri setelah di beri cairan tadi.
Nadya nampak kebingungan serta memikirkan sesuatu.
" Kok jadi gini ya..kan tadi malam Aifa keluar sama si Raka, tapi tadi Aifa juga menolak Raka...wahh ada yang nggak beres nih berdua..gue harus bicara sama Raka sekarang juga".

Setelah bertanya ke salah satu perawat, akhirnya Nadya sampai juga di depan ruangan Raka.
" Kok gue deg degan ya". Ucapnya sebelum mengetuk pintu.
"Permisi".
" Iya masuk silahkan".
Oke, Nadya memberanikan diri untuk masuk kedalam ruangan Raka.
"Silahkan...loh temennya Aifa kan ?". Ucap Raka begitu Tahu jika Nadya yang mengetuk pintu.
"Iya gue Nadya...emmm...mau tanya sesuatu boleh ya".
" Iya silahkan".
"Jangan formal gitu lah santai aja kali". Ucap Nadya merasa canggung dengan respon Raka.
" Oke, mau tanya apa ?".
" Kan Lo semalem pergi tuh sama Si Aifa terus tadi gue ngerasa ada yang beda gitu, Aifa lagi marah sama Lo ?". Tanya Nadya penuh selidik.
" Gue nggak tau Nad dia kenapa".
" Jangan bohong Lo, pastinya Lo udah berbuat macam-macam kan sama Aifa ?".
" Sumpah gue nggak tau Nad, kemaren malam itu nggak sengaja ada orang yang nglabrak Aifa".
BRAKKKK !!!!
Nadya menggebrak meja membuat Raka jantungan.
"Siapa yang nglabrak Aifa ??!!" Tanya Nadya penuh emosi.
" Santai aja kali, duduk dulu gue jelasin".
Nadya sadar dirinya dari tadi berdiri, akhirnya dia memutuskan untuk duduk.
" Jadi gini semalem tuh ada yang nglabrak Aifa di tempat acara, gue nggak tau kok bisa kayak gitu, akhirnya gue ajak Aifa pulang, udah gitu doang".
" Lo nggak kenal sama orang yang nglabrak Aifa ?".
"Kenal dia.."

Tuk!
Nadya memukul kepala Raka menggunakan tongkat yang ada di depan nya.
" Kenapa Lo nggak bilang kalo Lo kenal anjrit".
" Gue baru aja mau ngomong udah Lo pukul". Ucap Raka sambil mengusap kepalanya.
"Yaudah sorry, makasih ya gue keluar dulu, kebelet pipis". Ucap  Nadya berlalu begitu saja.
"Dasar aneh".

















Haiii???


Sajak LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang