그 밤/That Night 4

70 11 0
                                    

"Youngjae--"

"Aku tidak bisa." Belum selesai Tzuyu bicara, rekannya sudah memotong.

"Wae?" Gadis tinggi mengedipkan mata heran memandang Youngjae yang dengan terburu-buru memasukkan barang-barang ke dalam tas dan asal saja merapikan meja kerjanya.

"Aku ada urusan," jawab Youngjae mulai berjalan meninggalkan ruangan kantor dibuntuti oleh Tzuyu.

"Urusan apa yang lebih penting dari nongkrong di kafe?" Gadis bermata besar cemberut sebab merasa ditinggalkan oleh temannya.

"SANGAT PENTING." Youngjae memberi tekanan pada kalimat yang diucapkan.

"Kau ada kencan?" Tebak Tzuyu. "Mau makan hanwoo sendirian? Mau pergi ke diskonan baju? Mau mencari make up limited edition? Sedang menunggu barang online shop? Pergi ke klub malam?"

Youngjae tak menjawab, cuma menyunggingkan sebentuk senyum datar lalu mempercepat langkah meninggalkan Tzuyu yang berhenti dan menghentakkan kaki jenjang ke lantai.

"Choi Youngjae, kau jahat tidak mengajakku!" seru gadis tinggi dengan kesal. "Awas saja kalau kau punya pacar, baju, make up, dan aksesoris baru apalagi makan hanwoo sendirian, aku doakan kau tak akan bisa melupakan aku seumur hidupmu!" Dia berteriak sekeras mungkin tanpa peduli jika suaranya menggema di lorong gedung perusahaan dan didengar orang lain.

"Sampai jumpa besok, Tzuyu!" Namun Youngjae melambaikan tangan seolah tidak pernah mendengar apapun dan masuk ke dalam lift dengan santai.

Sejatinya Youngjae ada janji untuk bertemu dokter di rumah sakit tempatnya hendak menggugurkan kandungan. Dia sengaja tidak mau mengajak Tzuyu sebab kalau gadis itu ikut, ia pasti tak akan tinggal diam dan terus membujuknya supaya tidak jadi aborsi. Sangat merepotkan.

Ting, lift berhenti satu lantai di bawah kantor Youngjae. Gadis mungil menggeser badan agak ke samping, memberi tempat pada siapapun yang nantinya akan masuk dan sesosok tinggi pemuda memakai tas, topi, jaket, serta masker melangkahkan kaki melewati pintu lift yang terbuka.

Kim Yugyeom? Batin Youngjae sembari melirik orang yang mulai dia kenali tersebut. Yugyeom sendiri tidak memperhatikannya, hanya berdiri bagai orang melamun tepat di depan pintu lift yang kembali menutup.

Ting, lift kembali berhenti satu lantai di bawah. Mata Youngjae melotot saat pintu terbuka dan terlihat ada banyak orang menunggu di luar. Tubuh mungil gadis itu terdorong oleh massa ke belakang. Dia sempat terantuk kakinya sendiri dan nyaris jatuh tapi sebuah cengkeraman kuat menahan lengannya lalu dengan cepat membawa dia ruang kosong di pojokan.

Lift yang sempit terasa pengap dalam sekejab. Bau napas, keringat, serta karbondioksida bercampur di udara memunculkan hawa panas serta tak nyaman. Youngjae sendiri berpegangan kuat pada besi yang menempel di dinding lift, memundurkan badannya dengan maksimal seraya sesekali melirik ke atas pada sosok tinggi yang berdiri berhadapan dengannya sekarang.

Yugyeom yang barusan memegang lengan Youngjae dan membantunya tetap berdiri hingga tidak jadi korban injakan massa yang bergulir memenuhi lift, kini sedang berdiri tepat di depan gadis itu. Kedua tangan panjangnya memperangkap Youngjae, menjadi penahan tubuh supaya tidak terlalu dekat dengan wanita yang juga nampak rikuh di posisinya sekarang.

Ting, lift kembali berhenti. Pintunya terbuka dan beberapa orang masih mencoba masuk hingga muncul peringatan FULL di layar.

"Yah! Sudah penuh, jangan masuk lagi!" seru seorang pegawai yang berdesakan di bagian tengah.

"Gerah anjir! Jangan masuk lagi! Ikut yang selanjutnya saja!" beberapa yang lain ikut berteriak emosi.

Youngjae sendiri sebenarnya juga tak mau menyia-nyiakan momen untuk berkata kasar, tapi Yugyeom yang tiba-tiba terdorong dari belakang dan langsung menubruk memeluk badannya membuat gadis itu terkejut luar biasa. Wajah Youngjae tepat berada di dada Yugyeom, dia bahkan bisa mendengar detak jantung pemuda tersebut. Lengan yang mengelilingi tubuhnya juga terasa hangat melindungi. Namun yang lebih membuat Youngjae bergeming adalah harum yang menguar dari lelaki itu. Wangi yang ia sukai. Memeluk Yugyeom rasanya seperti memeluk bayi.

그밤 (That Night)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang