"Youngjae-ya," panggil Mina ketika yang bersangkutan sedang duduk di ruang tengah, memangku dan menyusui Jiyoon. Rutinitas gadis tersebut setiap pagi sebelum berangkat kerja.
"Hm?" Youngjae menoleh. Di pelukannya, seorang bayi sembilan bulan nampak mulai memejamkan mata tertidur meski mulut masih bergerak-gerak mengenyot puting susu ibunya. Mina mendudukkan diri di sebelah wanita tersebut.
"Ada seorang temanku yang tiba-tiba hamil, padahal dia tak punya pacar," ujar Mina membuat sahabatnya mengerutkan kening.
"...lalu?" Youngjae menyahut ragu, tak mengerti kenapa mendadak dijadikan tempat ghibah padahal seluruh dunia tahu Tzuyu lebih ahli dalam hal per-ghibah-an.
"Dia bilang dia tidak tahu siapa ayah anaknya. Dia sedang mabuk berat waktu itu. Tapi setelah aku desak ternyata dia berbohong. Dia sebenarnya tahu ayah anak di kandungannya, cuma bingung mau bagaimana."
Kening Youngjae makin mengerut heran. "Maksudnya?"
"Jadi--" Mina meletakkan tangan di lutut sahabatnya. "Temanku itu tidak sengaja tidur dengan seseorang yang punya reputasi. Dia bingung, mau memberitahu orang itu kalau dia hamil atau tidak usah mengabarinya sama sekali. Bagaimana menurutmu?"
Youngjae terdiam sejenak, menarik perlahan puting susu dari dalam mulut Jiyoon yang sudah tidur pulas dan mengancingkan kemeja.
"Kalau menurutku..." gadis tersebut menggumam. "Mending diberitahu saja."
Mina nampak terkejut. "...begitu?"
"Yaa...mau orang itu menerima atau tidak, yang penting dia sudah tahu kalau dia telah menghamili seseorang. Daripada tidak memberitahunya dan membuatnya tak bersalah karena ia tak tahu apa-apa," ujar Youngjae.
"Kalau temanku pada akhirnya tidak memberitahu bagaimana?" tanya Mina ragu. "Maksudku, jika dia memikirkan reputasi orang itu atau sebagainya--"
"Tidak apa-apa juga," jawab Youngjae. "Itu berarti temanmu sudah siap dengan segala resiko menjadi single parent dan tidak diakui ayah dari anaknya. Hanya saja nanti di masa depan, akan lebih baik jika dia kemudian tidak mencari orang itu lagi sebab cuma akan mempermalukan dirinya saja." Dengan hati-hati Youngjae meletakkan bayinya di atas selimut yang sudah digelar di meja sofa, menepuk pantat Jiyoon lembut untuk membuatnya semakin lelap baru kemudian bangkit berdiri.
"Saranku sih, daripada memikirkan soal ayah anak itu, akan lebih baik jika temanmu fokus saja pada kehamilannya. Menjaga kesehatan dan melakukan yang ia suka. Itu akan lebih baik untuk bayinya." Youngjae tersenyum, mengambil tas, lantas beranjak pergi menuju beranda.
"Aku mungkin pulang telat hari ini dan tidak bisa datang untuk makan siang. Kalau kau senggang, pergilah ke kantor atau aku minta Tzuyu mengantar susu nanti," pesan Youngjae sebelum membuka pintu apartemen.
"Eoh," jawab Mina pendek. Terdengar suara kunci dibuka dari dalam disusul daun pintu yang tertutup menyisakan keheningan di dalam rumah.
"Apa maksud kata-katanya tadi?" celetuk Tzuyu yang melangkah masuk ke ruang tengah dengan secangkir kopi di tangan.
"Apa mungkin Youngjae sebenarnya sudah mencoba memberitahu ayah Jiyoon...tapi dia ditolak?" desis Mina menerima kopi dari kekasihnya.
"Eonnie yakin ayah Jiyoon itu Kim Yugyeom?" tanya Tzuyu. Mina menoleh cepat padanya.
"Bukankah kau yang mengatakannya duluan?" ia membalas.
"Aku cuma merasa mereka agak mirip. Mana aku tahu kalau Eonnie juga merasa begitu." Tzuyu cemberut.
Pandangan Mina menerawang, teringat akan pertemuannya dengan Yugyeom di lobi perusahaan Youngjae. Melihatnya secara langsung.
"Dia sangat mirip dengan Jiyoon," bisik Mina.
KAMU SEDANG MEMBACA
그밤 (That Night)
FanfictionYugJae (Yugyeom X Youngjae) GOT7 GS Youngjae hanya mabuk seperti kebiasaannya namun di suatu pagi dia terbangun di dalam hotel dan kemudian positif hamil tanpa ingat siapa ayah si jabang bayi. Di sisi lain, seorang artis Kim Yugyeom mendadak selalu...