그밤 (Sequel) 10

526 102 21
                                    

Sambil melepas topi dan masker yang menjadi senjata andalan penyamaran, Yugyeom melangkahkan kaki keluar lift menuju lorong panjang gedung apartemen mewah yang dia tinggali. Pemuda itu menyibakkan rambut dengan wajah letih. Tak perlu takut akan ada yang mengganggunya sebab yang tinggal di bangunan tersebut hanya beberapa kepala keluarga dan keamanannya juga tingkat tinggi karena memang diprioritaskan untuk para penyewa borjuis namun mencari privasi.

Yugyeom berhenti di depan salah satu pintu kamar. Kedua mata melirik lantai di bawah engsel pintu dan melihat ada sebuah isi pensil yang patah.

Lagi? Batin pemuda itu sambil menghela napas. Dia membuka pintu dengan kunci hologram, melangkah masuk, dan menutupnya.

Hanya beberapa menit, Yugyeom sudah keluar dengan baju serta tas yang berbeda. Sebelum pergi dia menyelipkan sebatang isi pensil di celah engsel pintu rumahnya baru kemudian beranjak.
.
.
Ting tong~

"Yes?" Terdengar sapaan dari speaker di sebelah bel rumah.

"Aku," jawab Yugyeom pendek.

"Ah, wait." Suara itu membalas, beberapa saat kemudian kenop pintu nampak diputar dari dalam disusul sebuah tangan menariknya hingga terbuka. Seorang pemuda berkulit pucat tersenyum menyambut.

"Masuklah," ucapnya dengan suara ramah. Yugyeom menurut, melangkah masuk dan menutup pintu begitu sudah menginjakkan kaki di beranda.

"Aku menginap di sini ya, Hyung," ujar Yugyeom meletakkan tasnya di lantai dan langsung menjatuhkan diri di atas sofa ruang tamu.

"Wae? Ada yang masuk rumahmu lagi?" Tanya Mark seraya beranjak ke dapur. Hanya beberapa detik dia sudah kembali dengan secangkir teh hangat untuk diletakkan di meja. Pria itu sendiri duduk di sofa sebelah Yugyeom.

"Eoh. Sudah tiga kali ini." Pemuda tinggi mendesis. "Entah apa yang dicari. Barang-barangku tidak ada yang hilang tapi dia terus masuk."

"Sasaeng?" Tebak Mark.

Yugyeom menggeleng. "Sepertinya tidak. Aku sudah tanya security tapi tidak ada orang mencurigakan yang masuk gedung apalagi terlihat seperti fans."

"Kau sudah tanya tetanggamu?"

"Hanya aku yang menyewa kamar di lantai itu. Penghuni lain ada di lantai yang berbeda, mereka mana paham meski aku tanya juga."

Mark mengangguk-angguk. Problematika sosial masyarakat modern...

"Lalu apa yang akan kau lakuk--" kalimat pria tersebut tak selesai sebab ternyata tamunya sudah memejamkan mata tertidur di sofa dengan napas yang keluar-masuk teratur. Mark tersenyum kecil.

Dia pasti sangat lelah...
.
.
"Hyung, apa kau dicurhati Yugyeom baru-baru ini?" Tanya Sehun sambil membidik dengan hati-hati bola bilyard di meja permainan.

"Tidak. Dia tidak cerita apa-apa padaku. Ada masalah?" Balas Myungsoo heran.

Sehun mengedikkan bahu. "Luhan menyuruhku mencari tahu apa adiknya punya masalah atau tidak. Dia bilang orangnya pernah melihat Yugyeom menemui pengacara dan menyebut soal surat wasiat."

"Dia mau bunuh diri?" Myungsoo bertanya dengan wajah datar.

"Entah bunuh diri, entah sakit yang tidak kita tahu. Makanya aku diminta mencari tahu."

"Kau masih berhubungan dengan Noona Yugyeom?" Myungsoo seperti mengalihkan pembicaraan.

"Eoh." Sehun menjawab pendek, mengakhiri gilirannya dengan sundulan pelan dari ujung stik bilyard ke salah satu bola yang luput masuk lubang. "Kampret." Dia memaki kesal.

그밤 (That Night)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang