Parkiran basement terasa lengang. Meski hari masih siang, namun semua karyawan fokus bekerja di dalam kantor dan hampir tidak ada yang berniat meninggalkan gedung sebab ada kafe yang sudah disediakan jika menginginkan makan siang. Di dalam salah satu mobil yang terparkir, di balik kaca yang nampak buram dari luar, duduk Yugyeom di kursi pengemudi dengan Youngjae diam di sampingnya.
"Maaf sudah membuat keributan," desis Yugyeom merobek keheningan, dia menoleh memandang gadis yang bergerak kecil menundukkan kepala.
"Ne," balas Youngjae.
"Aku...hanya tidak menyangka..."
"Maaf sudah melupakannya," ganti Youngjae yang memandang Yugyeom hingga tatap mata mereka bertemu. "Kebiasaanku kalau mabuk berat akan lupa apapun yang aku lakukan. Aku...tidak merepotkanmu 'kan?"
"Bukannya aku yang lebih merepotkanmu?" pemuda tinggi menyeringai kecil. "Anak itu..."
"Ah...Jiyoonie," desis Youngjae.
"Namanya Jiyoon?" tanya Yugyeom.
"Ne. Beratnya 2,8 kg dan panjangnya 46 cm waktu lahir. Tangisannya sangat keras tapi dia juga gampang tertawa."
Yugyeom tersenyum ngilu. "Kedengaran...sangat kyeowo." Ia berhenti sejenak. "Maaf sudah meninggalkanmu waktu itu."
Youngjae tidak menjawab.
"Aku ada pekerjaan yang tidak bisa ditunggu dan kau tidak sadar-sadar meski aku bangunkan. Aku tidak bermaksud---pasti ini terdengar seperti alasan saja 'kan?"
"Eoh." Tatapan Youngjae berubah tajam. "Kau...kenapa tidak mengaku waktu aku pertama kali bertanya padamu? Walau waktu itu aku belum ingat detilnya, tapi aku yakin kaulah orangnya."
"Karena aku dengar kau menggugurkan anakmu," desis Yugyeom.
"Siapa yang--"
"Sekarang aku baru tahu itu cuma salah paham, saat itu aku pikir kau sudah menggugurkan anakmu dan aku sangat marah. Awalnya aku bermaksud mengaku, bahkan sebelum berangkat tur konser. Tapi tak pernah ada waktu yang tepat dan kau sama sekali tidak mengingatku. Aku...aku takut kau menolakku," jelas Yugyeom, kemudian menundukkan kepala. "Maaf, semua ini salahku."
Youngjae menghela napas pelan. "Aku juga salah karena tidak bisa mengingatnya lebih cepat. Aku juga minta maaf."
Hening sejenak. Masing-masing dari kedua orang tersebut larut dalam pikiran serta perasaan, memandang ke depan dengan tatapan gamang.
"Apa yang akan kau lakukan?" kembali Yugyeom yang mengakhiri kesunyian.
"Apa bagaimana maksudmu?" balas Youngjae.
"Tentang Jiyoon." Pria lebih muda menoleh. "Tentang kita."
"Aku bisa merawat Jiyoon sendiri. Aku tidak akan menyerahkannya padamu."
"Pfft--" Yugyeom menahan tawa. "Apa aku kelihatan seperti orang yang akan bisa membesarkan anak? Aku tidak akan mengambilnya darimu dan kau juga jangan pernah memberikan dia pada orang lain." Entah kenapa kalimat lelaki tersebut penuh dengan penekanan.
"Tentu saja!" sahut Youngjae walau tidak mengerti maksud penegasan Yugyeom barusan.
"Good." Pemuda tinggi tersenyum. Dia menyandarkan punggung ke kursi sambil menghela napas panjang.
"Aku hanya percaya padamu, Choi Youngjae-ssi," desis Yugyeom.
"Apa...maksudmu?" desis gadis mungil heran.
Pemuda tinggi menoleh, senyum tersungging lembut di bibirnya. Di detik itu, bohong jika Youngjae bilang Yugyeom tidak tampan dan dia bilang dia tidak terpesona. Mungkin inilah alasan kenapa di usia muda, lelaki tersebut bisa menjadi publik figur populer.
KAMU SEDANG MEMBACA
그밤 (That Night)
FanfictionYugJae (Yugyeom X Youngjae) GOT7 GS Youngjae hanya mabuk seperti kebiasaannya namun di suatu pagi dia terbangun di dalam hotel dan kemudian positif hamil tanpa ingat siapa ayah si jabang bayi. Di sisi lain, seorang artis Kim Yugyeom mendadak selalu...